Saat ini  menjelang tahun politik pilpres 2024, banyak yang melihat dan menciptakan  peluang untuk menarik sang rakyat, seperti main catur, melihat Langkah awal, lalu mengatur strategi lalu mengambil ancang-ancang menyerang.Â
Namun, tak sedikit , yang  menggunakan teori  politik Machiavelli, begitulah teman saya berargumen dia mengomentari gejala-gejala -gejala itu semakin menguat dengan terminology baru "politik identitas. Teman saya memang sedikit nyeleneh dalam berkomentar. Saya menghargainya karena ' kita berada di negara demokrasi.
Teman saya ini,  ingat  betul pelajaran sejarah Ketika SMP dahulu, kami memiliki guru sejarah yang sangat detil  tentang  sejarah Eropa. Kebetulan kami satu sekolah, saya berbeda kelas dengan teman saya  itu, namun guru sejarah saya sama.
Teman say aitu  berkata, tentu berdasarkan ilmu yang diberikan oleh guru sejarah kami, Menurut Machiavelli bentuk negara meliputi negara republik dan monarki. Selanjutnya Monarki dibagi atas dua yaitu Monarki Warisan dan Monarki Baru. Tujuan negara yaitu memenuhi berbagai kebutuhan warga negara selama negara tidak dirugikan karena negara juga memiliki berbagai kepentingan dan kepentingan utama.
Apa Itu? tanya teman yang lain dengan nada serius
Dia menambahkan, kekuasaan negara merupakan alat yang harus digunakan untuk mengabdi pada kepentingan negara. Oleh karena itu sumber kekuasaan adalah negara. Dalam hal penyelenggaraan kekuasaan negara membutuhkan kekuasaan, wujud kekuasaan fisik, kualitas penguasa untuk mempertahankan kekuasaan negara, maka diperlukan militer. Penguasa yang ideal yaitu penguasa militer, hal ini digambarkan dalam teori politik dan etika Machiavelli sebagai dasar nasionalisme.
Namun, Menurut Machiavelli, tujuan selalu membenarkan cara---tidak peduli seberapa kejam, penuh perhitungan, atau tidak bermoral cara itu. Tony Soprano dan Shakespeare's Macbeth mungkin adalah karakter Machiavellian yang terkenal, tetapi pria yang namanya menginspirasi istilah itu, Niccolo Machiavelli, tidak beroperasi dengan buku aturan sinisnya sendiri.Â
Sebaliknya, ketika Machiavelli menulis The Prince, pedomannya yang cerdik untuk berkuasa di abad ke-16, dia adalah seorang negarawan yang diasingkan yang mencari posisi di pemerintahan Florentine. Itu adalah harapannya bahwa penguasa yang kuat, seperti yang digariskan dalam tulisannya, dapat mengembalikan Florence ke kejayaannya.
Semua teman di bale bengong itu, bengong dan terus bertanya-tanya, tentang teori Machiavelli, itu, kita sepakat untuk Bersama menelisiknya.
Dia menjawab, Panduan Machiavelli menuju kekuasaan bersifat revolusioner karena menggambarkan bagaimana orang-orang kuat berhasil---seperti yang dia lihat---bukan seperti yang dibayangkan seorang pemimpin harus beroperasi.
Anda perlu tahu katanya, Sebelum pengasingannya, Machiavelli telah menavigasi lingkungan politik yang bergejolak di Italia abad ke-16 sebagai seorang negarawan. Ada perebutan kekuasaan yang konstan pada saat itu antara negara-kota Italia, Kekaisaran Romawi Suci, Prancis dan Spanyol.