Kembali ke Pura Gelap , marupakan  salah satu Pura Catur Lawa, kehadirannya  sebagai Pura Pemujaan Tuhan dalam manifestasinya sebagai Batara Iswara pelindung arah timur alam semesta (Bhuwana Agung.). Ishvara terutama merupakan julukan Dewa Siwa. Dalam Shaivisme dan bagi sebagian besar umat Hindu, Ishvara identik dengan Shiva.
Kekhasan  nilai local Bali  sangat menonjol  sebagai nama-nama  pura di kompleks Pura Besakih itu Namun di balik ciri khas lokal itu terbungkus konsep yang sangat universal.  Kearifan local Bali telah  menjadi piranti utama menjaga tradisi oleh para pemuka -pemuka Hindu masa lampau  dengan menggunakan  menggunakan konsep ''berpikir universal berlaku lokal''.
Misalnya,  Istilah ''gelap'' dalam nama Pura Gelap ini tidak  berasal dari bahasa Indonesia. Kata ''gelap'' dalam nama Pura Gelap ini diambil  dari bahasa Kawi  (Jawa Kuno) yang artinya kilat  atau  petir  dengan sinarnya yang muncul itu  berwarna  putih  nyang sangat menyilaukan itu.  Dewa Iswara dalam konsepsi Hindu di Bali menunjukkan dengan warna putih dalam konsep dewata nawa sanga. Â
Konsep Dewata Nawa Sanga mengakui sembilan dewa di sembilan mata angin, masing-masing memerintah dan melindungi arah yang berbeda. Diagram matahari yang menggambarkan Dewata Nawa Sanga ditemukan dalam simbol Surya Majapahit pada bendera kerajaan Kerajaan Majapahit. Kesembilan dewa bersemayam di sembilan pura besar di pulau yang disebut 'Kahyangan Jagat.'
Lokasi Pura Gelap paling ujung dengan posisi paling tinggi, sehingga anda bisa menyaksikan keindahan alam di bawahnya, termasuk sejumlah pura lainnya di komplek pura Besakih dengan lebih leluasa, udara terasa sejuk menyelimuti, suasana alamnya damai, ideal untuk tujuan wisata rohani  bagi siapa saja yang ingin berselancar dalam keheningan dan kedamaian.
Pura Gelap  adalah tempat suci  untuk  pemujaan Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Iswara. Dewa Iswara  sebagai penguasa Cahaya.  Filosofi pemujaan ini sangat penting, sebab cahaya yang merupakan bersumber dari matahari  merupakan penyokong kehidupan di Bumi. Tentu  Bumi ini, tanpa sinar matahari, memiliki wajah berbeda. Sinar matahari sangat memungkinkan kehidupan berlangsung  dengan adanya fotosintesis. Fotosisntesis menyebabkan  terjadi biosintesis karbohidrat dari air dan karbondioksida, dengan adanya reaksi gelap dan terang.
Pura gelap ketinggiannya sangat kentara , lingkungannya eksotik banyak ditemukan belalang.  Belalang hidup Pada fase soliter, artinya sendiri, bisa sendiri Bersama pasangannya, atau tidak berkelompok. Banyak terlihat  belalang kembara hidup sendiri-sendiri dan tidak menimbulkan kerusakan bagi tumbuhan disekitarnya. Karena Iklimnya sejuk dan cenderung dingin, maka belalang tak berkelompok (gregaria), tentu fase perubahan iklim jarang terjadi, sehingga belalang tak merusak tanaman di sekitar Pura Gelap itu
Dari puncak pura ini kita bisa berpikir sejenak, bahwa Bersama bintang. Bersama bulan. Bersama langit malam. Cukup dengan melihat alam, anda merasakan kedamaian. Kedamaian itu hadir  dari menerima yang tak terhindarkan dan menjinakkan keinginan kita. Salam Rahayu****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H