Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Simbar Menjangan yang Eksotik dan Anti-kanker

2 Februari 2022   22:01 Diperbarui: 2 Februari 2022   22:02 5438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

 Tanaman ini sangat mudah ditemui, dia hidup  menempel di batang pohon,  sebagai tanaman hias, banyak orang menyukainya, karena menghijau sepnajang tahun, sedap dipandang mata, serta  tak banyak menghasilkan sampah, daunnya jarang rontok, kalau sudah menguningpun masih menempel, sehingga pemiliknya dengan mudah mengambilnya untuk dipisahkan dari pohon induknya. Pohon yang dimaksud adalah paku tanduk rusa, atau dikenal dengan  simbar menjangan.

Tanaman paku tanduk rusa merupakan   tanaman yang sungguh eksotis , mempunyai jaringan tanaman induk,  yang mirip sebagai   tempat melekat yang berlubang-lubang dan daun menjuntai ke bawah, bercabang-cabang, cabang inilah  mirip dengan tanduk rusa. Hidupnya sungguh menarik, sebagai tumbuhan kelompok epifit, sebuah karakter  tanaman bergantung dan menempel setia pada tanaman lain, dan tentu tidak merugikan. Tanaman ini sungguh memukau karena  keunikannya terletak pada kediriannya yang  memiliki dua tipe ental dengan fungsi dan bentuk yang jelas sangat berbeda, dengan salah satu tipe entalnya bercabang-cabang berbentuk seperti tanduk rusa.

Tipe ental yang pertama selalu steril berbentuk perisai tegak, mengering pada kondisi kurang air, fungsinya mengumpulkan dedaunan kering dan penangkap air sehingga kelembapan bagi rimpang terjaga. Tipe kedua menjuntai dari tipe pertama fungsinya sebagai pembawa spora yang terletak di sisi bawah daun. Spora dibawa angin dan siap tumbuh dimana spora itu jatuh.  Indonesia memiliki sedikitnya 5 spesies Paku Tanduk Rusa, 1. Platycerium bifurcatum, 2. Platycerium coronarium, 3. Platycerium ridleyi 4. Platycerium wandae 5. Platycerium willinckii. Jenis Paku Tanduk Rusa Platycerium willinckii merupakan paku tanduk rusa endemik jawa

Kemampuan tumbuh liarnya juga sangat menarik, sehingga tersebar luas di wilayah tropis dan sub tropis di  Asia, Afrika, dan Australia, dengan satu jenis ditemukan di pegunungan Amerika Selatan.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Perlu diektahui bahwa Epifit sejati, dengan rimpang (rhizome) lunak namun liat, bergerombol dan menjalar pendek pada batang pohon atau bebatuan. Rimpang sulit dipotong dan tumbuh menjalar pendek, membuat tampilan seperti bergerombol.

. Penyakit lain yang dilaporkan adalah busuk pada pangkal daun atau seluruh daun yang diakibatkan pada tempat platycerum yang terlalu lembab/terlalu teduh. Jadi dihimbau jangan terlalu banyak menyiram air pada tempat melekat terutama pada tunas tanaman. Sebaiknya menggunakan sprayer/penyemprotan halus di sekitar tanaman /tidak diarahkan ke langsung ketanaman.

Paku tanduk rusa memiliki nama ilmiah Platycerium bifurcatum, ternyata keberadaannya  mempunyai  banyak spesies dan sudah mulai banyak yang mengembangkannya, sebagai tanaman hias dirumah-rumah dan di hotel  memanjakan mata para turis.

KAJIAN ILMIAH TANAMAN PAKU TANDUK RUSA. 

Simbar menjangan atau Paku tanduk rusa ini, terus menarik peneliti, antara lain (1) kandungan senyawa bioaktif  sebagai anti kanker, (2) kandungan senyawa fenolat dan antioksidan,  dan lain-lain  

Kandungan senyawa bioaktif  menarik untuk diketahui, , Ada beberapa penelitian terbaru terhadap senyawa bioaktif tanaman ini, yaitu  isolasi tanam paku tanduk rusa untuk mencegah terhadap perkembangan  sel kanker payudara   Efek sitotoksik ekstrak etanol serabut akar, spora, daun fertil, dan daun steril paku tanduk rusa P. coronarium diujikan terhadap   sel kanker payudara MCF-7, .

Langkah kerjanya dilakukan dengan mengekstrasi  dengan Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan bantuan sonikasi menggunakan pelarut etanol 70%, menghasilkan rendemen ekstrak serabut akar, spora, daun fertil, dan daun steril berturut-turut 1,19%, 6,45%, 33,2%, dan 2,4%. Potensi aktivitas sitotoksik ekstrak terhadap sel kanker payudara MCF-7 diuji menggunakan uji MTT pada seri kadar ekstrak 2000, 1000, 500, 250, 125, dan 62,5 ppm. Data hasil berupa nilai absorbansi pada panjang gelombang 595 nm dianalisis menggunakan regresi linier sehingga diperoleh konsentrasi ekstrak yang mampu membunuh 50% sel (IC50).

. Hasil pengujian menunjukkan hanya ekstrak serabut akar yang memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel MCF-7 dengan nilai IC50 sebesar 427,76 ppm, dan rasio selectivity index (SI) 1,14. Skrining fitokimia dilakukan dengan metode standar menunjukkan bahwa pada ekstrak serabut akar mengandung senyawa golongan alkaloid, fenolik, flavonoid, steroid/triterpenoid, glikosida, tanin, dan saponin. Dari perlakuan itu, maka  hasil yang diperoleh ketahui bahwa ekstrak etanol dari  serabut akar paku tanduk rusa itu bersifat sitotoksik lemah terhadap MCF-7, sedangkan ketiga ekstrak lainnya tidak bersifat sitotoksik terhadap sel MCF-7. Semua ekstrak yang diuji tidak memiliki selektivitas terhadap sel normal.

Mencegah Keguguran 

Telah dilaporkan juga bahwa paku tanduk rusa  memiliki kegunaan .mencegah keguguran pada wanita hamil, yaitu pada saat dikonsumsi dua bulan setelah pembuahan (Flora dan Ubah, 2006), mengobati edema, batuk dan hipertensi (Mensah, et al., 2006). Potensi antibakteri ekstrak metanol P. bifurcatum menggunakan metode pengenceran agar telah dilaporkan (Ojo, et al., 2007). Itu isolasi dan karakterisasi polisakarida dari jenis  P. bifurcatum juga telah dilaporkan (Omeje, et al., 2007). Saat ini, ada minat besar untuk menemukan antioksidan dari sumber alami untuk meminimalkan kerusakan oksidatif pada sel. Stres oksidatif telah terkait dengan kanker, penuaan, aterosklerosis, cedera iskemik, peradangan dan kondisi kesehatan neurodegeneratif seperti penyakit Parkinson dan Alzheimer.

Sifat Anti Oksidan 

Konstituen fenolik dari Platycerium bifurcatum dan mereka sifat antioksidan, .Pemisahan HPLC semi-preparatif dari fraksi etil asetat ekstrak daun Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr. menyebabkan isolasi polifenol senyawa- quercetin 3-O--D-glucopyranoside (1) dan asam karboksilat asam klorogenat (2). Struktur senyawa dijelaskan dengan 1D (1H, 13C), 2D NMR (COSY, HSQC, dan HMBC); spektroskopi massa (HPLC/ESI-MS) dan dengan membandingkan dengan data yang dilaporkan. Aktivitas antioksidan dari isolate senyawa (1--2) dievaluasi menggunakan 2, 2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH) pengujian kadar logam. Metabolit sekunder ini diisolasi untuk pertama kalinya dari Platycerium bifurcatum.

Platycerium bifurcatum (Cav.) atau ''staghorn fern'' merupakan tumbuhan epifit, tumbuh secara alami pada cabang dan batang pohon di hutan tropis, subtropis dan hutan hujan (Bode dan Oyedapo, 2011; Hemipman dan Roos, 1982). Platycerium bifurcatum lebih rendah,  karena tidak memiliki akar dan menghasilkan spora untuk berkembang biak, daripada bunga-bunga. Itu milik keluarga Polypodiaceae dan berkembang biak dengan  sporanya.

Terlepas dari kegunaan sebagai tanaman Hias , oaku tanduk rusa telah dilaporkan memiliki kegunaan obat yang luas. Di Nigeria, daun muda Platycerium bifurcatum diresepkan sebagai obat antiulkus yang umum (Pemberton, 2003). . Saat ini, ada minat besar untuk menemukan antioksidan dari sumber alami untuk meminimalkan kerusakan oksidatif pada sel. Stres oksidatif telah  terkait dengan kanker, penuaan, aterosklerosis, cedera iskemik, peradangan dan kondisi kesehatan neurodegeneratif seperti penyakit Parkinson dan Alzheimer.

Kerusakan oksidatif disebabkan oleh radikal bebas dan spesies oksigen reaktif, sebagian besar dihasilkan secara endogen (Aniya, 2002). Radikal bebas adalah atom atau kelompok atom yang memiliki setidaknya satu elektron tidak berpasangan, yang membuatnya sangat tidak stabil dan reaktif. Organisme hidup mengakumulasi radikal bebas melalui metabolisme normal proses dan sumber eksogen. Meskipun radikal bebas memiliki efek menguntungkan selama produksi energi dan sebagai antibakteri, tingkat radikal bebas yang terlalu tinggi menyebabkan kerusakan protein seluler, lipid membran dan asam nukleat, dan akhirnya kematian (Asres, et al., 2006; Pham-Huy, et al., 2008). Polifenol tanaman memberikan perlindungan terhadap penyakit ini, karena mereka memiliki sifat antioksidan yang tinggi. Di Sini, kami mengisolasi dua metabolit sekunder murni dari daun kering Platycerium bifurcatum dengan metode Agbo, et al. (2013). Potensi anti-oksidatif dari senyawa yang diisolasi ini dinilai dengan menggunakan metode pemulungan radikal DPPH dijelaskan sebelumnya oleh Tsevegsuren, et al. (2007). Ini adalah laporan pertama polifenol dari daun Platycerium bifurcatum dan aktivitas antioksidannya. P. bifurcatum didistribusikan secara luas di Nigeria dan ini telah memberikan wawasan tentangn penggunaan obat etno.

Mencegah Kerusakan Oksidatif 

 Kerusakan oksidatif disebabkan oleh radikal bebas dan spesies oksigen reaktif, sebagian besar dihasilkan secara endogen (Aniya, 2002). Radikal bebas adalah atom atau kelompok atom yang memiliki setidaknya satu elektron tidak berpasangan, yang membuatnya sangat tidak stabil dan reaktif. Organisme hidup mengakumulasi radikal bebas melalui metabolisme normal proses dan sumber eksogen. Meskipun radikal bebas memiliki efek menguntungkan selama produksi energi dan sebagai antibakteri, tingkat radikal bebas yang terlalu tinggi menyebabkan kerusakan protein seluler, lipid membran dan asam nukleat, dan akhirnya kematian (Asres, et al., 2006; Pham-Huy, et al., 2008). Polifenol tanaman memberikan perlindungan terhadap penyakit ini, karena mereka memiliki sifat antioksidan yang tinggi. Di Sini, kami mengisolasi dua metabolit sekunder murni dari daun kering Platycerium bifurcatum dengan metode Agbo, et al. (2013). Potensi anti-oksidatif dari senyawa yang diisolasi ini dinilai dengan menggunakan metode pemulungan radikal DPPH dijelaskan sebelumnya oleh Tsevegsuren, et al. (2007). Ini adalah laporan pertama dari polifenol dari daun Platycerium bifurcatum dan aktivitas antioksidannya. P. bifurcatum didistribusikan secara luas di Nigeria dan ini telah memberikan wawasan tentangnya penggunaan obat etno

Perkembangan sporofit dan gametofit .

Morfologi sporofit dan gametofit, jenis perkecambahan spora dan perkembangan protalial P. coronarium dan P. grande didokumentasikan. Gametofit P. coronarium dan P. grande dikultur secara in vitro menggunakan media yang berbeda. Gametofit kemudian dipindahkan dan ditampung dalam Cyathea spp yang telah dicacah steril. (anonotong) akar dan tanah kebun untuk pembentukan sporofit. Sporofit (plantlet) dari dua spesies Platycerium menempel pada lempengan anonotong dan pada cabang dan batang Swietenia macrophylla (mahoni) di bawah kondisi rumah kaca dan lapangan.

Morfologi sporofit P. coronarium dan P. grande bervariasi tetapi morfologi gametofitnya tidak bervariasi. P. coronarium dan P. grande menunjukkan perkecambahan spora yang cepat dan perkembangan gametofit pada media kultur spora dan media kultur Knudson C yang mengandung glukosa 2%. Gametofit P. coronarium dan P. grande yang dipindahkan ke media pot menghasilkan jumlah sporofit yang lebih banyak sedangkan gametofit di dalam media kultur tidak menghasilkan sporofit. Sporofit P. grande yang menempel pada cabang mahoni menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak dengan luas daun yang lebih besar daripada yang menempel pada lembaran anonotong. Demikian pula sporofit P. coronarium yang menempel pada dahan mahoni dan lembaran anonotong tidak mengembangkan daun baru selama dua minggu pemantauan dan masih dalam masa penyesuaian dengan lingkungannya. Sporofit P. grande yang tumbuh atau menempel pada batang pohon mahoni di lapangan dan di bawah naungan sangat mendukung pertumbuhannya.

Platycerium Desv., umumnya dikenal sebagai pakis staghorn, menonjol sebagai salah satu pakis hias yang paling umum ditanam dan harganya mahal (Darnaedi dan Praptosuwiryo, 2003). Pakis Staghorn menjadi terancam di alam liar karena mereka dicari -- oleh kolektor tanaman karena ukuran dan bentuknya yang megah (Madulid, 1985). Karena paku-pakuan staghorn menjadi terancam punah dan memiliki spora yang sulit berkecambah di bawah kondisi alami (Amoroso, 1990, Amoroso, 1992, Amoroso dan Amoroso, 1998, Amoroso dan Amoroso, 2003), menarik untuk mengetahui perbedaan perkembangannya. pola gametofit dan sporofitnya yang dapat dimanfaatkan dalam perbanyakan massal tanaman tersebut. Untuk melestarikan populasi yang tersisa, teknik in vitro diperlukan untuk memastikan produksi massal spesies ini.

Mempelajari perbedaan perkembangan gametofit dan sporofit P. coronarium (Koenig) Desv. dan P. grande (Biaya) C. Presl. memberikan bukti pada pola variasi, yang merupakan salah satu kriteria dalam taksonomi pakis (Raghavan, 1989, Joaquin dan Zamora, 1996). Selain itu, spora pakis dan gametofit merupakan sistem biologis yang sangat baik untuk analisis masalah fisiologis dan perkembangan (Raghavan, 1989).

Secara lebih spesifik, kajian ini  untuk mengetahui media kultur untuk perkecambahan spora yang cepat dan perkembangan gametofit kedua spesies Platycerium; mengidentifikasi mana dari dua metode perbanyakan, yaitu, (i) mentransfer gametofit ke media pot yang berisi Cyathea spp yang dicincang dan disterilkan. (anonotong) akar dan tanah kebun (1:1) atau (ii) meninggalkan gametofit dalam media kultur agar, menghasilkan lebih banyak sporofit (plantlet) dari dua spesies Platycerium; cari tahu media mana, lempengan Cyathea spp. (anonotong) atau cabang Swietenia macrophylla (mahoni), lebih efektif untuk pertumbuhan sporofit kedua spesies Platycerium dalam kondisi rumah kaca; dan mengamati pertumbuhan sporofit P. coronarium dan P. grande yang menempel pada batang S. macrophylla (mahoni) di lapangan. Moga bermanfaat****

Reference

  • Aspiras, R. A. (2010). Sporophyte and gametophyte development of Platycerium coronarium (Koenig) Desv. and P. grande (Fee) C. Presl.(Polypodiaceae) through in vitro propagation. Saudi Journal of Biological Sciences, 17(1), 13-22.
  • Oliwa, J., & Skoczowski, A. (2019). Different response of photosynthetic apparatus to high-light stress in sporotrophophyll and nest leaves of Platycerium bifurcatum. Photosynthetica, 57(1), 147-159.
  • Burns, K. C. (2021). On the selective advantage of coloniality in staghorn ferns (Platycerium bifurcatum, Polypodiaceae). Plant Signaling & Behavior, 16(11), 1961063.
  • Voronkov, A. S., & Ivanova, T. V. (2021). Fatty Acids Composition of the Epiphytic Ferns, Platycerium bifurcatum and Asplenium nidus, and the Terrestrial Fern, Asplenium trichomanes. American Fern Journal, 111(2), 117-128.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun