Potong gigi merupakan upacara tradisi yang sangat kental  bagi umat Hindu khususnya di Bali, umumnya di Indonesia.Â
Upacara ini  merupakan sebuah fase penanda siklus dalam kehidupan manusia. Potong gigi termasuk dalam kelompok manusia yadnya.
Upacara manusa yadnya (ceremony related to human life) menjadi fondasi umat beragama Hindu untuk menciptakan harmoni.Â
Ritual yang dilakukan untuk mendoakan agar selalu dalam perjalanan kehidupanmanusia menemuhi rahayu, rahajeng  dan jagatditha, dilaksanakan oleh semua umat Hindu dengan keyakinan bahwa upacara ini adalah salah satu utang yang harus dibayar untuk penciptaan generasi yang matang dalam menghadapi tantangan kehidupan.Â
Lewat beragam ritual itu yang  merupakan rangkain tangga penghubung antara manusia dengan sang maha pencipta.Â
Intinya adalah keikhlasan, seperti banyak diajarkan oleh tetua di Bali, "Jembatan paling singkat dan tepat  penyambung manusia  dengan Tuhan, bernama cinta dan keikhlasan".
Dalam dimensi keikhlasan itulah upacara potong gigi  bagi umat Hindu di Bali menjadi titik penting, karena di dalamnya terdapat mutiara keindahan pendidikan karakter.
Manusia yang bersiklus itu wajib menyadari bahwa ada jeda untuk merenungi diri dan waspada, karena sosok manusia itu pada masa remaja menuju dewasa. Di mana titik itu kerap hadir sebuah  sinyal perubahan yang berdimensi jamak, bisa baik, bisa buruk, dan campuran keduanya. Paling tidak di dimensi itu konsepsi yang perlu disadari adalah fase quarter life crisis.Â
Dalam aspek itulah saya ingin memaknai dan menempatkan upacara potong gigi, yang merupakan salah satu tradisi di Bali yang sarat makna nilai ajaran Hindu, yang kerap menghadirka pencerahan yang dalam, sehingga pribadi baru bisa lahir untuk menghadapi kehidupan yang penuh gejolak.
Maka setiap pribadi diajarkan tentang inti pencerahan, yakni, tidak marah ketika dimaki, tidak sombong tatkala dipuji, tidak melekat pada kabahagiaan, dan tidak menolak kesedihan.