Sebagai sebuah kepercayaan lokal masyarakat Hindu Bali pelaksanaan upacara potong gigi tidak terlepas dari penggunanaan sarana pendukung seperti banten dan alat lainnya. Sarana tersebut bermakna perwujudan Tuhan yang nirguna ke dalam saguna brahman.
Selain itu banten merupakan simbul beragama atau berreligius masyarakat Hindu Bali. Dalam teks Lontar Eka Prathama penggunaan banten dalam upacara potong gigi sangat banyak sekali perannya. Â Seperti tetulis dengan rapi pada sloka tersebut :
Nyan tingkahing babaline wong wus atatah, angadegaken sanggara tawang, ryarepning kabuyutan, genep sakramaning sanggar tawang, caru kang munggagi sanggar tawang, banten suci 4 dandanan, tekeng catur warna genep kadi kramaning suci kayng lagi. Ring sor tambehana caru, sakutu-kutuning walantaga, den jangkep kadi nguni.
 Terjemahan:
Inilah tatacara orang potong gigi, mendirikan sanggar tawang, di depan sanggar kemulan, uakara sanggar lengkap. Banten yang dinaikkan di sanggar tawang banten suci 4 perangkat, disertai dengan catur warba, lengkap sebagaimana suci biasanya. Dibawah tambahkan caru, peji, uduh, pisang lalung, agar lengkap seperti biasanya. Dari kutipan teks Lontar tersebut telah mencerminkan keberagamaan di Bali, dimana setiap pembuatan bangunan berupa sanggar pendukung menempatkan banten sebagai simbolnya, kemudian di bawah meletakkan caru sebagai simbul keharmonisan.
Dari hal tersebut religius masyarakat dari zaman kuno yang tertuang dalam teks Lontar Eka Prathama sangat tercermin sekali melalui perwujudan banten. Selain kutipan teks tersebut dijelaskan pula secara detail banten yang dipergunakan dalam upacara potong gigi, sebagai berikut.
Mwah paruk alit 4, maka catur kumba. Dyun pere, kumba carat 4, mwah caratan, pane, sasenden, kekeb, keren, dangdang lemah, kuskusan anyar, mesi sarwa rwi-rwi 108, palungan, suwir pepek, ilir, cucukin don, kalasa anyar, pada 1. Pari rong tenah, parahwatning anenun, kampil mesi beras. Malih panyukcuk itik belang kalung, ayam sudhamala, celeng muani, garboda, pungu-pungu, patlasan anut dina, kukusuk sudhamala.
Terjemahan: Lagi periuk kecil 4 buah untuk catur kumba, tempayan pere, kuba carat 4, dan kendi, panai, senden, tutup, keren, periuk tanah, kuskusan baru, berisi jenis-jenis duri sebanyak 108, lumpang, siwur pepek, kipas, pucuk daun, tikar halus masing-masing satu. Padi dua tenah, perlengkapan menenun, kampil berisi beras. Lagi sebagai pemucuk itik belang kalung, ayam sudhamala, babi jantan, garboda, pungu-pungu, patlasan sesuai dengan hari, kukusuk sudhamala. Selain menempatkan banten secara detail peletaan sarana banten juga disesuaikan dengan tattwa, meskipun pada dasarnya umat Hindu di bali beragama berdasarkan acara yaitu praktek, akan tetapi tidak terlepas dari tattwa dan susila secabagai tonggak ukur pelaksanaan kegiatan yajna umat Hindu. Melalui penggunaan banten dapat dilihat secara gamblang mengenai pemaknaan relegius terkait dengan upacara potong gigi khususnya dalam teks Lontar Eka Prathama. Semua jenis benda tersebut merupakan perlengkapan inti dari pelaksanaan  upacara manusa yajna metatah. Makna dari keberadaan benda-benda tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Akan teteapi secara umum makna dari sarana upacara tersebut adalah bentuk perjalanan hidup manusia, dimana pelaksanaan upacara metatah merupakan peningkatan status seseorang dari masa anak-anak menjadi remaja dan siap untuk meningkat ke status berikutnya. Dalam menjalakan kehidupan diperlukan sarana penujang, sebagai contoh sederhana ketika memerlukan air untuk minum dipergunakan kendi, caratan, serta dalam membuat kain di tempatkan peralatan nenun, dipergunakan binatang sebagai pendukung kehidupan. Sehingga binatang-binatang tersebut memiliki perannya tersendiri. Semua perlengkapan upacara tersebut merupakan bekal untuk menjalakan kehidupan di dunia secara material.
Kesimpulan:
- Upacara potong gigi termasuk dalam upacara yang berkaitan dengan ritus peralihan. Upacara potong gigi merupakan peralihan dari masa remaja ke masa dewasa. Dari masa-masa yang harus dilewati dalam lingkar hidup manusia, sering dianggap sebagai suatu masa yang berbahaya bagi manusia
- Upacara Potong Gigi mengandung makna yang dalam bagi kehidupan, yaitu: (1). Pergantian perilaku untuk menjadi manusia sejati yang dapat mengendalikan diri dari godaan nafsu, (2) memenuhi kewajiban orang tuanya terhadap anaknya untuk menemukan hakekat manusia yang sejati, dan (3) untuk dapat bertemu kembali kelak di surga antara anak dengan orang tuanya setelah samasama meninggal.
- Pelaksanaan upacara yajna di Bali di atur dalam berbagai sumber sastra, yang salah satunya adalah Lontar sebagai sumber pengetahuan dalam melaksanakan ritual keagamaan. Lontar Eka Prathama merupakan salah satu lontar yajna dipergunakan sebagai pedoman pelaksanaan ritual keagamaan masyarakat Hindu Bali. Etika pelaksanaan ritual metatah khusunya penting dicermati guna menciptakan ritual yang benar-benar mengandung konsep yajna yaitu tulis dan iklas. Selain itu penggunaan banten juga dipaparkan dalam lontar Eka Prathama, serta makna dari banten yang dipergunakan. Menjadi penting memberikan makna filosofi dari setiap tindakan yang dilakukan manusia untuk lebih memahami dan  mengenai ajaran agama Hindu.
Moga bermanfaat ****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H