Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Mengenal Lebih jauh Pengobatan HIV AIDS dengan Antibodi

1 Desember 2021   19:11 Diperbarui: 2 Desember 2021   05:15 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap bulan Desember,  tepatnya  1 Desember  diperingati sebagai hari AIDS sedunia . Tahun ini mengusung tema  "Akhiri ketimpangan. Akhiri AIDS, dengan pesan indah nya bahwa Peningkatan Kewaspadaan pada HIV AIDS, dimana  WHO ingin memfokuskan kampanye Hari AIDS sedunia 2021 kepada semua  warga negara  untuk waspada pada bahaya penyakit HIV AIDS. Anjuran itu ditujukan pada negara yang kurang waspada terhadap bahaya yang menghancam akibat merebaknya HIV  AIDS.

Masuk akal, bila kampanye itu disebarkan  kei seluruh dunia, khususnya negara-negara yang berisiko tinggi akan penyebaran penyakit HIV AIDS, apalagi  adanya  COVID-19, sehingga kewaspadaan harus dibuat padu  dan bersama-sama/

Banyak permasalahan yang muncul dari HIV AIDS, karena merebaknya kasus HIV/AIDS  dapat berdampak pada jumlah sumber daya manusia yang terinveksi , sehingga produktivitas menurun, hal ini .dapat memunculkan beban negara yang tidak ringan

 Meningkatnya kasus HIV/AIDS yang menyebar di kalangan remaja, terus meningkat Di Indonesia, hingga 2018, pengidap HIV pada anak dan remaja (di bawah 19 tahun) terus bertambah, mencapai 2.881 orang. Jumlah tersebut meningkat dari tahun 2010, yaitu sebanyak 1.622 anak terinfeksi HIV Secara umum, cara penularan enam dari sembilan kasus pada kelompok usia 15-19 tahun adalah melalui aktivitas seksual di kalangan homoseksual atau biseksual ( Kompas.com - 01/12/2020)

Oleh karena itu,   pemerintah perlu memperhatikan peningkatan kasus tersebut.  Berbagai upaya nampaknya perlu di lakukan oleh semua pihak dimana  pemerintah sebagai inisiatornya, yaitu menerapkan survailans tes HIV melalui skrining rutin kepada perempuan hamil merupakan langkah konkret untuk mendeteksi kasus HIV pada perempuan hamil.  Langkah berbeda juga perlu dilakukan pada survailans kaum laki-laki ,  dilakukan terhadap pasien IMS (infeksi menular seksual), jika melakukan hubungan tanpa kondom  serta pada  pengguna narkoba suntikan, narapidana, darah donor dan pasien TB.

Dibingkai itu, salah satu alternatif pemecahan penyebaran dan pengobatan yang menggunakan spesi lain  menarik untuk disimak  Meskipun kemajuan besar dalam kemampuan kita untuk mencegah dan mengobati infeksi HIV-1, HIV-1 tetap merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan vaksin HIV-1 yang sangat manjur belum tersedia. Oleh karena itu, alat tambahan untuk mencegah dan mengobati HIV-1  sangat diperlukan. Salah satu strategi adalah dengan menggunakan Imunisasi pasif.  

Imunisasi Pasif 

Imunitas pasif adalah imunisasi yang terjadi saat tubuh memperoleh imunitas dengan cara menyuntikan serum pada tubuh yang didalamnya mengandung antibodi terhadap suatu penyakit. Imunisasi ini biasanya diberikan saat dalam keadaan darurat yang diperkirakan tidak ada waktu pembentukan antibodi yang cukup untuk melawan antigen yang masuk dalam tubuh. Contohnya ketika seseorang digigit ular, maka akan diberikan serum antibisa.

Oleh karena itu imunisasi pasif dengan antibodi telah digunakan selama satu abad untuk pencegahan dan pengobatan penyakit menular. Plasma kaya antibodi awalnya dievaluasi sebagai terapi terhadap infeksi HIV-1 pada awal 1990-an dengan keberhasilan yang sangat terbatas. Pada tahun-tahun berikutnya, beberapa antibodi penetralisir monoklonal generasi pertama diidentifikasi dan diuji di klinik.

Identifikasi antibodi penetralisir yang kuat dan luas (bNAbs) terhadap HIV-1 telah merevolusi bidang ini dan mungkin terbukti bermanfaat secara klinis. Kemajuan signifikan telah dibuat dalam mengidentifikasi antibodi yang lebih luas dan lebih kuat, mengkarakterisasi antibodi dalam model hewan praklinis, merekayasa antibodi untuk memperpanjang waktu paruh dan memperluas cakupan dan fungsionalitas, dan mengevaluasi kemanjuran kombinasi bNAb dan bNAb tunggal pada orang dengan dan tanpa HIV- 1. Oleh karena itu, ulasan ini, saya ingin  meninjau kemajuan terbaru dalam mengembangkan bNAbs untuk pencegahan dan pengobatan HIV-1 sungguh sangat menarik untuk diulas..

Kombinasi Nabs 2G12, 2F5, 4E10 hanya mengendalikan viremia sedang selama penghentian pengobatan antiretroviral (ART) dan mengakibatkan munculnya varian yang resistan terhadap antibodi. Pengenalan antibodi penetralisir luas generasi kedua (bNAbs) dengan potensi dan keluasan yang ditingkatkan secara signifikan baru-baru ini memicu antusiasme baru untuk prospek pengembangan terapi antibodi monoklonal yang berguna secara klinis untuk HIV-1. Memang, selama dekade terakhir kemajuan substansial dalam mengkarakterisasi bNAb ini in vitro serta in vivo dalam model praklinis telah dibuat, dan pengembangan klinis untuk beberapa bNAb sedang berlangsung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun