Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Produk Teknologi yang Didiseminasikan pada Masyarakat: Kopi Luwak Tanpa Hewan Luwak

7 November 2021   00:38 Diperbarui: 7 November 2021   05:48 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kolase -- ilustrasi pribadi

 PTDM  singkatan  dari Produk Teknologi yang didiseminasikan ke Masyarakat. Kegiatan ini  merupakan skema pengabdian kepada masyarakat yang dikelola dan dikembangkan oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Deputi Bidang Penguatan Riset dan Pengembangan, dulu ada di bawah  Kementerian Riset dan Teknologi/BRIN , kini dibawah Kemndikbudristek dikti. Apakah tujuan dan sasaran program ini?  tak laindan tak bukan, adalah untuk mengakselerasi proses hilirisasi produk teknologi hasil penelitian lembaga litbang agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Saya, sebagai peneliti memiliki formulasi  konsorsium  mikroorgansime , yang merupakan kumpulan mikroorganimse dari usus luwak yang hidup di hutan-hutan kopi di  Bali utara. Saya menemukan berbagai jenis bakteri dan berbagai jenis jamur. Temuan ini diaktivasi untuk kemudian   diaplikasikan pada fermentasi  kopi, sehingga menghasilkan kopi luwak fermentasi, pembuatan kopi luwak meniru mekanismedan kondisi seperti di usus luwak., sehingga dihasilkan kopi luwak original tanpa hewan luwak.  Aplikasi ini saya terapkan di Desa Wanagiri. 

Desa Wanagiri terletak di kecamatan  Sukasada kabupaten Buleleng Bali. Desa yang memiliki panorama menarik, terletak di  Jalur wisata Singaraja-Denpasar. Kalau anda berangkat dari arah selatan (Denpasar), melewati Bedugul, lalu Pancasari,  ada jalan menanjak di pinggir danau,  sampai batas akhir puncak anda akan bertemu dengan destinasi wisata yang menawan , itulah batas awal desa Wanagiri. 

Maka jangan heran  ada segerombolan monyet  berebut menyapa anda ketika sampai di puncaknya Para monyet itu lebih tepatnya  dia ingin meminta makanan dari pengunjung, namun  bila anda pelit, maka dia tidak segan-segan merampas dengan    gerakan yang sangat cekatan. Anda bisa beristirahat sejenak sambil minum kopi  dan anda akan disodori pemandangan yang sangat indah dengan kabut tipis di atas permukaan danau. sambil bercanda dengan monyet-monyet itu, anda diajak sadar bahwa mereka seakan mengerti bahwa orang datang pasti memberi  sedekah makanan. Kelucuan dan caranya berebut menjadi totonn gratis, yang manarik., dilatarbelakangi  beragam  pohon hutan lindung, yang didominasi pinus yang tetap terjaga menambah suasana kian asri.   

 View yang sangat eksotik itu, disebabkan oleh latar  nun jauh kelihat tepi danau bertemu dengan hutan yang ada di perbukitan itu. Danau  yang sangat indah   yakni danau Buyan dan Tamblingan, Dipinggir  danau itu, kita bisa menikmati secangkir kopi hangat khas desa wanagiri.  Kopi arabika dan kopi robusta hasil  perkebunan kopi penduduk yang sangat terkenal. Di desa ini juga trkenal dengan kopi luwaknya.  Kopi itu  diolah oleh masyarakat setempat, lalu dijajakan  di kedai-kedai kopi di Desa Wanagiri.

Perlu diketahui, bahwa Desa Wanagiri, memiliki luas wilayah Desa : 15,75 km  Desa ini terletak 1.220 meter dari permukaan laut  Jumlah penduduk: 3.457 jiwa (2010). Desa Wanagiri adalah termasuk desa muda karena baru terbentuk pada tahun 1973, penggabungan dari 3 banjar, yaitu: Banjar Dinas Asah Panji, Banjar Alas Ambengan (Sekarang namanya Banjar Dinas Bhuanasari sesuai SK Bupati Buleleng  Nomor. 10 tahun 1989) dan Banjar Yeh Ketipat. Wilayah Desa Wanagiri didominasi oleh perkebunan kopi dan cengkeh., selain itu masih tersisa kawasan hutan lindung.

kolase -- ilustrasi pribadi
kolase -- ilustrasi pribadi

Ditinjau dari struktur Pemerintahan Desa. Desa  Wanagiri  terdiri dari Desa Dinas dan Desa Adat (Pakraman). Desa dinas dipimpin oleh Perbekel (Kepala Desa) sedangkan desa Pakraman dipimpin oleh seorang Kelian Adat. Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa didukung oleh lembaga-lembaga desa yaitu desa Adat, PKK, Subak Abian, Karang Taruna(sekehe teruna dan teruni)  BUMDES, LEM dan LPD serta lembaga yang ada di masing-masing banjar seperti sekaa shanti, sekaa gong dan angklung, sekaa teruna, kelompok ukir, dan kelompok wanita tani. Pada dokumen RPJM desa Wanagiri   tahun 2015-2020, jumlah penduduknya sekitar Laki laki : 1489 Jiwa dan Perempuan : 1478 Jiwa). Subak abian meliputi subak Abian Giri Merta Desa Wanagiri.

Selain pemandangan eksotik Danau Buyan dan Tamblingan, potensi wisata yang dimiliki oleh desa Wanagiri juga memiliki beberapa obyek wisata yang memukau,  antara lain, wisata air terjun Banyumala, air terjun Banyuwana, air terjun puncak manik, bumi perkemahan, wisata bersepeda, wisata agro kopi organik, wisata kuliner, wisata selfie. Namun kini sejak pandemi covid-19, semua potensi itu seakan tertidur.

Kopi Wanagiri

Desa wanagiri memiliki wilayah yang sebagian besar digunakan  sebagai areal perkebunan kopi dan cengkeh.  Berbagai kegiatan telah dilakukan seperti  Dinas Pertanian Buleleng sudah menyiapkan 2.000 bibit tanaman kopi Arabica. Bibit ini diberikan kepada petani secara cuma-Cuma (Oktober 2018).  Bantuan bibit tanaman kopi untuk petani Wanagiri dan sekitarnya merupakan salah satu upaya Pemkab Buleleng mengembalikan lahan pertanian yang dijadikan lahan semusim oleh petani. Hal itu pun lima tahun belakangan menyebabkan labilnya tanah di daerah pegunungan yang sangat berpotensi  bencana longsor dan banjir bandang.

Kopi yang dihasilkan oleh Desa wanagiri, dari sentra perkebunan kopi, dan dikenal kopi Wanagiri. Ada dua jenis kopi yaitu arabika dan robusta. Selama ini pengolahan kopi dilakukan secara sederhana dan bersifat tradisional. Permintaan kopi Wanagiri terus meningkat, karena desa Wanagiri sebagai obyek wisata

Penduduk setempat sangat menyukai menanam kopi Arabica, selain mudah tumbuh, juga  memiliki nilai jual lebih mahal, biasanya dikembangkan di ketinggian 800 meter keatas. 1 kg kopi Arabica dalam bentuk gilingan kasar (kopi beras) saat ini laku dengan harga Rp 100.000. Hasil panennya pun sangat menggiurkan jika satu hektare lahan kopi dapat menghasilkan 450 kg kopi beras, sedangkan varietas kopi robusta dengan hasil panen 600 kg kopi beras per hektarenya laku dengan harga Rp 40.000/kg.

Kopi Luwak  Wanagiri 

Kopi luwak merupakan kopi yang dihasilkan dari  hasil pencernaan usus luwak atau kopi yang telah melewati usus luwak.  Keterbatasan produksi kopi luwak ini, pada aspek :   produksi masih skala kecil, lambat, sehingga hasilnya tidak pasti. 

Awalnya perkebunan  kopi masih alami, sehingga hewan luwak (Paradoxurus hermaphrodites)  masih berkeliaran menikmati buah kopi yang matang, sehingga mudah menemukan kopi bercampur dengan   kotoran luwak  di perkebunan kopi penduduk, Namun kini  harga kopi luwak yang menggiurkan, karena  sangat  tinggi didunia , maka banyak orang memburu hewan luwak  untuk ditangkarkan,  agar bisa memproduksi 'kopi luwak yang banyak.  Kondisi ini  berangsur-angsur membuat hewan  luwak  di habitatnya  yang asli di  alam mulai terganggu, akibatnya terasa amat sulit untuk menemukan luwak di alam, dan praktis kopi luwak tak mudah ditemukan di  areal perkebunan kopi  saat ini. 

  Usaha untuk memproduksi kopi luwak pun dilakukan dengan proses penangkaran hewan luwak, atau dikandangkan, lalu  diberikan makanan  berupa buah kopi.  Kelihatan hewan luwak (musang kelapa di Bali disebut Lubak)  semacam  dipaksa " untuk makan kopi' setiap hari.  Kondisi demikian kerap  menyebabkan hewan luwak mengalami stress, sehingga kualitas kopi yang dihasilkannya pun kurang bagus dan tidak stabil. Selain itu, peningkatan permintaan kopi luwak original terus meningkat, sehingga  luwak yang dibutuhkan pun meningkat. Kondisi ini membutuhkan biaya pemeliharaan, sehingga kurang efisien untuk  industri kopi. Langkah terobosan sangat diperlukan untuk mengatasi persoalan ini. 

ilustrasi pribadi
ilustrasi pribadi

  Di salah satu sisi, permintaan kopi luwak ini terus  meningkat  sehingga menimbulkan beberapa  kendala yaitu, (1) proses alaminya terkendala hewan luwak (musang), yang terbatas dan laju penangkaran mengganggu habitat luwak di alam, (2) kendala kedua, kopi luwak yang diproduksi  lewat usus luwak, prosesnya lama,dan jumlahnya terbatas, (3) produksi kopi  secara fermentasi yang sepadan dengan kondisi hewan luwak jarang dilakukan.Oleh karena itu terobosan yang dilakukan untuk meningkatkan peran masyarakat industri kopi adalah memuat kopi fermentasi dengan menambahkan konsorsium mikroorganisme yang telah ditemukan formulasinya lewat penelitian (Tika dkk, 2017 dan Tika dkk, 2020).

Sebagai desa Wisata, membutuhkan sentuhan teknologi baru untuk sebagai penikmat kopi, lebih -lebih pada saat COVID-19, beragam sentuhan yang menarik sangat dibutuhkan untuk menarik wisatawan domestik maupun mancanegara agar perekonomian masyarakat lekas bangkit. Terobosan baru, dilakukan oleh penulis  dengan langkah mengisolasi  mikroorganisme dari mikroba dari usus luwak,  mikroorganisme itu diidentifikasi, sebagai Bacillus Sp dan berbagai jenis ragi, lalu ditumbuhkan dan kemudian diformulasikan dalam bentuk konsorsium mikroorganisme lokal.

FERMENTASI DENGAN KONSOSIUM MIKOORGANISME LOKAL  

Produk  kopi dengan konsorsium ini  mulai dikembangkan pada tahun 2017 boleh   penulis (Dr. I Nyoman Tika, M.Si.) , dan pada tahun 2020 resmi di launching. Le Lac Coffee sudah melakukan kerjasama dengan berbagai pihak seperti pemerintah kabupaten, Inkubator Bisnis Undiksha, Komunitas Kopi Buleleng, dan lain sebagainya. 

Dalam Program Produk Teknologi Yang Didiseminasikan Kepada Masyarakat, merupakan produk hasil penelitian dalam bidang fermentasi, khususnya menggunakan konsorsium  mikroorganisme lokal (yaitu bakteri yang diisolasi dari usus Luwak, dan ragi Sacharomyces sereviciae hidrbida lokal), gabungan mikoroorganisme itu efektif untuk menghasilkan kualitas mutu dan citarasa kopi. Kopi yang dihasilkan setara rasanya dengan kopi luwak original. 

Kegiatan ini menggunakan dua mitra, yaitu KWT Sari  Amerta Giri, kelompok wanita tani ini memiliki anggota 20 orang, yang telah memproduksi kopi secara tradisional. Mitra kedua adalah Kelompok muda dan mudi di Disa itu disebut "seketeruna dan teruni, lebih banyak sebagai pemandu wisata di desa Wanagiri, Segmen pemuda ini dapat berperan sebagai pemasaran dan baik bersifat langsung maupun bersifat on line.

ilustrasi pribadi
ilustrasi pribadi

Berbagai kegiatan yang dilakukan dengan menggerakkan  masyarakat sasaran dalam hal ini yang diajak sebagai mitra adalah Kelompok wanita tani (KWT), Permasalahan yang dihadapi oleh mitra dapat dikelompokkan menjadi beberapa aspek antara lain (1) pengolahan kopi pasca panen (teknologi fermentasi, (2) teknologi roasting , (3) pengemasan ,dan  (4) pemasaran, aspek itu sedang dan sudah digarap   Adapun uraiannya dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

  • Mitra KWT Giri Amerta sari, yang merupakan kelompok wanita tani kopi, terdiri dari kaum wanita (ibu-ibu) yang mengusahakan kopi Wanagiri hasil perkebunan. Pengolahan kopi pasca panen masih dilakukan  secara tradisional
  • Roasting mampu menghasilkan aroma kopi, saat dipanggang, namun mitra dalam melakukan  proses roasting belum sempurna, sehingga aroma yang dihasilkan kualitasnya masih rendah.
  • Belum ada Pengemasan kopi yang diproduksi mitra, sehingga kemasannya belum menarik
  • Strategi pemasaran masih menggunakan cara pemasaran masih dengan sistem tradisional.
  • Kopi wanagiri belum memiliki   "kedai kopi  'yang memadai sebagai tempat promosi kepada para wisatawan,.

Kopi Wanagiri bisa menjadi alat untuk memberdayakan wanita Buleleng. Secara bersamaan produk kopi dapat menjadi oleh-oleh bagi wisatawan, atau dapat dinikmati selama liburan di Bali, inilah harapan Ni Nyoman Budiani, selaku ketua KWT  Sari Amrita Giri.

 Hibah PTDM (Produk Teknologi yang Didiseminasikan ke Masyarakat)  denan judul " Metode Fermentasi Kopi Dengan Konsorsium Mikroorganisme Lokal Untuk Meningkatkan  Mutu Sensoris Dan  Citarasa Kopi Wanagiri"  dalam kegiatan ini yang menjadi masyarakat sasaran adalah kelompok tani sari amerta giri di desa wanagiri gambaran teknologi yang diaplikasikan dapat dilihat di link ( https://www.youtube.com/watch?v=pTbtfZAM_qU ) dimana masyarakat sangat antosias untuk melakoni transfer teknologi ini kaena apat menguatkan salah satu aspek pendapatan masyarakat di desa wanagiri.


Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa metode Fermentasi Kopi Dengan Konsorsium Mikroorganisme Lokal Untuk Meningkatkan  Mutu Sensoris Dan  Citarasa Kopi Wanagiri telah berhasil dilkukan pada  KWT Sari Amerta Giri, karena telah k mampu memproduksi kopi  dengan cita rasa kopi luwak dengan kualitas baik  Hal ini berdasarkan   mutu sersoris menggunakan fanelis. Selain itu kegiatan PTDM ini telah dapat  meningkatkan volume produksi kopi luwak   fermentasi (Kopi luwak in vitro) , yang dengan kualitas yang sangat baik.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Manfaat yang diperoleh dapat dilihat dari dua aspek (1)  dampak ekonomi dan sosial, dan (2) Kontribusi Mitra terhadap pelaksanaan kegiatan PTDM di desa Wanagiri, kecamatan Sukasada Buleleng Bali. Adapun ulasannya adalah sebagai berikut.Dampak ekonomi dan Sosial. Kegiatan PTDM dengan judul " Metode Fermentasi Kopi Dengan Konsorsium Mikroorganisme Lokal Untuk Meningkatkan  Mutu Sensoris Dan  Citarasa Kopi Wanagiri, berdampak nyata terhadap beberapa hal, yakni Keterampilan produksi kopi dan pemahaman KWT Sari Amertha Giri dalam memproduksi kopi (dengan sampel 25 orang anggota KWT. Setelah kegiatan berlangsung terjadi peningkatkan  pada beberapa beberapa aspek pemahaman tentang kopi fermentasi  dari 60% menjadi 95% , kerjasama kelompok dari 65% menjadi 100%, keterampilan produksi kopi fermentasi dari 55 % menjadi 90%,  dan kualitas kopi yang dihasilkan dari 50% menjadi 95%.  Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa program PTDM di desa wanagirimemiliki dampak signifikan terhadap mitra.

ilustrasi pribadi
ilustrasi pribadi

Kegitan PTDM memungkinkan mahasiswa belajar  di luar kampus, dalam bentuk proyek di desa. Hasil pelatihan dan penelitian mahasiswa   di desa Wanagiri,  menghasilkan produk yang kopi bubuk luwak tanpa hewan luwak , juga telah  diikutkan lomba di tingkat internasional, dimana penulis  sebagai pembimbing bagi mahasiswa tersebut. Dalam  ajang internasional  yang  diselengarakan oleh Podomoro University dengan peserta dari berbagai berbagai negara, seperti Brazil India, Philippines, dan lain-lain dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, pengusaha hingga masyarakat umum. Sedikitnya ada 350 lebih inovasi ide bisnis yang ikut terlibat dalam ajang internasional ini,  Mahasiswa  Undiksha dengan Lelac coffee ini mendapatkan mendali perak  sebuah prestasiyang cukup membanggakan dari program PTDM. (https://undiksha.ac.id/le-lac-coffee-antarkan-undiksha-raih-prestasi-internasional/). Moga bermanfaat****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun