Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Keong Sawah Menjadi Sate Kakul dan Kelezatannya

9 Oktober 2021   08:24 Diperbarui: 9 Oktober 2021   08:29 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar factsofindonesia, Grab, DLL

Terlepas dari penggunaannya dalam studi ekologi dan evolusi, beberapa ampullariids, termasuk P. canaliculata dan M. cornuarietis, telah digunakan dalam studi toksikologi karena fekunditasnya yang tinggi dan sensitivitas yang tinggi dari remajanya terhadap polutan seperti logam berat, pestisida organik. dan organotin [28]. Kematian dan defisiensi pertumbuhan atau perkembangan biasanya dianggap sebagai titik akhir toksisitas yang informatif. Namun demikian, kurangnya sumber daya genom yang luas menghambat dokumentasi jalur molekuler dalam studi toksikologi siput apel menjadi menarik untuk dikaji.

Beberapa studi   molekuler pada siput  ini  mulai diminati, paling tidak ada  tujuh spesies siput apel ini yang ditelah genotifiknya diidentifikasi  yakni : Lanistes nyassanus; Pila ampulasea; Plata asolena; Marisa cornuarietis; Pomasea difusa; Pomacea scalaris dan Pomacea canaliculata

KANDUNGAN GIZI

Keong sawah atau   tutut ternyata memiliki  kandungan gizi tinggi, yakni  protein 12%, kalsium 217 mg, rendah kolesterol, 81 gram air dalam 100 gram keong sawah, dan sisanya mengandung energi, protein, kalsium, karbohidrat, dan phosfor. Selain itu kandungan  vitamin cukup tinggi, dengan dominasi vitamin A, E, niacin dan folat. Keong sawah juga mengandung zat gizi makro nutrien berupa protein dalam kadar yang cukup tinggi pada tubuhnya. Berat daging satu ekor keong sawah dewasa dapat mencapai 4-5 gram. Selain itu, 75 persen lemak di tubuh kakul  adalah asam lemak tidak jenuh , yang sangat baik  bagi kesehatan  tubuh manusia . Karena tingginya kandungan gizi di dalamnya, kakul bisa menjadi sumber protein hewani alternatif, selain kandungan protein, juga mengandung lemak yang relatif rendah.

Bila diolah menjadi makanan yang sangat enak, dan membuat ketagihan, sate kakul dengan dua jenis bumbu, yakni bumbu plecing dan bumbu serapah, dikenal luas di masyarakat Bali. Juga sudah mulai merambah restoran terkenal. Karena tidak sedikit para wisatawan manca negara yang ingin mencicipi kuliner tradisional Bali, ketika mereka berwisata ke Bali.

 Oleh karena itu, kakul  menjadi salah satu cadangan protein bagi kebutuhan protein manusia. Keong sawah memiliki khasiat tersendiri, itu sebabnya banyak yang mempercayai sebagai obat untuk penyakit tertentu

Walaupun memiliki nilai gizi yang bagus namun perlu  kewaspadaan dalam memilih keong sawah ini, sebab  dia, merupakan  inang dari beberapa penyakit parasit. Selain itu, hewan yang diambil dari dekat persawahan dapat menyimpan sisa pestisida di dalam tubuhnya, serta dari lingkungan tercemar juga mengandung bahan pencemar dalam tubuhnya.

Cangkanya mengandung  Kitin yang dapat diolah  menjadi kitosan, dan kitosan merupakan bahan bioaktif yang dapat digunakan untuk berbegai keperluan. Yaitu  sebagai bahan pembuatan obat dan berbagai perlengkapan medis, seperti lensa kontak dan plester untuk menutup luka. Selain itu, chitosan juga dapat dikonsumsi sebagai suplemen.

Kesimpulannya. Keong sawah kaya akan nutrisi yang baik bagi kesehatan manusia, namun dibutuhkan kewaspadaan dalam memilihnya  karena hewan ini merupakan inang parasit. Kalau untuk dikonsumsi carilah yang benar-benar dari lingkungan yang aman, bebas dari  pencemaran. Moga bermanfaat****

Daftar Pustaka

  • Jack C H Ip , Huawei Mu , Qian Chen , Jin Sun, Santiago Ituarte , Horacio Heras 6, Bert Van Bocxlaer 7, Monthon Ganmanee , Xin Huang  Jian-Wen Qiu  AmpuBase: a transcriptome database for eight species of apple snails (Gastropoda: Ampullariidae). BMC Genomics, 2018 Mar 5;19(1):179. doi: 10.1186/s12864-018-4553-9 .
  • Panda, F., Pati, S. G., Bal, A., Das, K., Samanta, L., & Paital, B. (2021). Control of invasive apple snails and their use as pollutant ecotoxic indicators: a review. Environmental Chemistry Letters. doi:10.1007/s10311-021-01305-9

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun