BISMA DAN PANDU DEWANATA
Hidup yang dilakoni dengan kerendahan hati, berbeda hasilnya. Begitu banyak orang meyakini, sebab jika diri selalu merasa hebat akan sulit untuk menghargai orang lain. maka anda sulit mendapatkan ilmu. Akibatnya, Anda stagnan di tempat anda semula, anda bergerak namun tak pernah bisa beranjak.
Petuah yang arif bertutur jernih, selalu menasihati saban hari, yaitu bagaikan padi yang semakin berisi akan semakin merunduk. Sebab di atas langit masih ada langit. Hidup merupakan pelajaran panjang dalam kerendahan hati. Lebih-lebih dalam mencari ilmu. Mengapa demikian?
Manusia wajib mencari ilmu, Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Tuhan akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Dan,  manakala a seorang mengejar  ilmu, maka itu akan terlihat jelas  di wajah, tangan, dan lidahnya serta dalam kerendahan hatinya ditunjukkan kepada Tuhan.
Begitulah Nasihat orang bijak. Sebab memiliki ilmu akan dapat membawanya dalam kesejahteraan kehidupan. Walaupun begitu manusia adalah sosok yang unik., karena pada hakikatnya perlu dibedah dan disadari lebih dalam.
Membedah  manusia pada sisi hakikat, kita akan bertemu  dengan pertanyaan krusial dan mendasar, yakni,  apakah dan siapakah yang disebut manusia itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut telah banyak upaya dilakukan, namun rupa-rupanya jawaban-jawaban itu secara dialektis melahirkan pertanyaan baru, sehingga upaya pemahaman manusia masih merupakan pokok yang problematis. Dengan bahasa yang berbeda, manusia  sejatinya masih  berada  di wilayah  yang penuh misteri bagi dirinya sendiri. Informasi penting sekitar kemisteriusan manusia dapat dilihat dalam buku berjudul Manusia, Sebuah Misteri, karya dari Louis Leahy (1989).
Di dimensi itu, maka manusia adalah makhluk yang pandai bertanya, bahkan ia mempertanyakan dirinya sendiri, keberadaannya dan dunia seluruhnya. Binatang tidak akan pernah bisa berbuat demikian dan itulah salah satu argumentasi rasional  mengapa manusia berada menjulang tinggi di atas binatang. Manusia yang bertanya tahu tentang keberadaannya dan ia pun menyadari juga dirinya sebagai penanya.  Jadi,  mereka mencari, di sudut pencarian itu, dia yakin bisa ditemukan, yakni kemungkinan kemungkinannya, yang terpenting adalah kemampuannya untuk membuka tabir makna kehidupannya. (der Weij, 1991: 7-8).
Jadi, dia mencari dan dalam pencariannya ia mengandaikan 2 bahwa ada sesuatu yang bisa ditemukan, yaitu kemungkinan-kemungkinannya, termasuk kemampuannya mencari makna kehidupannya (der Weij, 1991: 7-8).
Dalam rentang pencarian itu para leluhur Pandawa menaruh harapan besar pada ketiga sosok yang yang menjadi tumpuan Ibu Setyawati, karena kekuasaan itu ingin dalam genggamannya.
***
Siang itu, hari dimana tepat kejadian 3 bersaudara, yakni Pandu Widura dan Drestarasta, di yudisium, dari perguruan Satasrangga, yang rektornya, adalah Bhagawan Vyasa. Hari itu benar-benar hari bahagia.
Masing-masing mereka itu diberikan sertifikat kedigdayaan karena kompetensi yang dimilikinya, pandu ahli memanah, kuat dan tegar menghadapi tantangan, Widura bijaksana, diberikan karena menguasai hukum negara dan tata susila kemanusiaan sehingga dia berbudi luhur adil dan bijaksana, yang layak menjadi penasihat, sedangkan Drestarasta mendapat ilmu yang disebut 'Ajian Kumbalagni, Suatu ilmu, bila disalurkan benda yang disentuhnya akan hancur menjadi abu.
Setelah di acara Yudisium itu, Bisma hadir untuk memberikan wejangan agar mereka bisa melakukan aktivitas yang bertanggung jawab, Anakku kata Bisma mengawali pesannya , Ada orang yang senang saat ini, saat yang lain tidak senang; ada yang saat lain senang, saat ini tidak senang; ada senang saat ini dan saat yang lain pun senang; ada juga yang tidak senang saat ini pun tidak senang pada saat yang lainnya. Camkanlah itu, sebagai suluh dalam menjalani kehidupan.
Pandu bertanya, Paman apakah yang dimaksudkan dengan pernyataan itu? karena aku masih bingung, bahasa dan pilihan kata sangat tinggi. Bisma tersenyum. Lalu berkata, yang disebut dengan senang saat ini, hidup kaya raya dengan hartanya yang berlimpah ruah, namun hanya dinikmati untuk dirinya sendiri dan tidak pernah berkorban untuk kepentingan kebajikan dan kebenaran. Predikat bagi mereka yang seperti itu, hanya ingin menikmati kesenangan saat ini saja.
Panda dan saudaranya yang lain mengangguk, tanda mulai paham. Lalu Bisma menambahkan , sedangkan orang yang kontemplatif, berpantang berbuat jahat, tekun dalam ilmu pengetahuan, menguasai hawa nafsu, kasih terhadap semua makhluk. Orang seperti ini akan memperoleh kesenangan pada saat yang lain.
Bagaimana ciri yang akan mendapatkan kesenangan sekarang dan nanti, Paman? Tanya Pandu lagi.
Bisma tersenyum, "lalu berkata, perlu engkau ketahui bahwa  orang  yang  disebut  akan mendatangkan kesenangan saat ini dan nanti, baik di dunia ini maupun di dunia lain, yaitu, selalu giat melaksanakan segala sesuatu yang diamanatkan oleh kitab suci, selalu benar dan penuh kebajikan, dilandasi oleh kebenaran itu, dia mencari harta dengan sifat jujur, dan dinikmati nya  dengan  cara yang benar, tekun berdoa dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan, serta hormat pada orang tua dan leluhur , serta bakti kepada orang suci.
Namun orang-orang  yang tidak mau menuntut ilmu pengetahuan, tidak berpantang/puasa, tidak bersedekah, jarang dan tidak sama sekali  berdoa atau sembahyang, tidak bersyukur, selalu iri dan diliputi oleh perasaan jahat , maka mereka yang menjalani hidup seperti itu, akibatnya  tidak akan memperoleh kesenangan saat ini pun saat yang lainnya.
Perlu engkau camkan anakku, kata Bisma menambahkan, mereka yang tidak dirasuki oleh amarah dan kebencian, mereka yang mencintai kebenaran, tetap teguh dalam pengendalian indrawi, mengasihi segala makhluk seperti mengasihi diri sendiri; maka orang seperti itu penuh mendapatkan  pahala  yang sama dengan orang orang yang  giat dan tekun mengunjungi dan berdoa  ke tempat-tempat suci.
Berikut adalah orang yang akan memperoleh azab. Azab yang diterima  sepadan dengan orang yang tidak bersembahyang dan  tidak mau  berdoa ke tempat-tempat suci:, tidak menyucikan rohani dan jasmani, tidak bersedekah, tidak pernah berpuasa dan sering berbuat jahat.
Anakku pesanku lagi dan catat dalam hatimu yang terdalam, anakku, Keutamaan berkeliling untuk berkunjung dan sembahyang ke tempat-tempat suci kenyataannya lebih utama dari kurban, sebab ia bisa dilakukan oleh mereka yang miskin sekalipun; sedangkan kurban hanya bisa dilakukan oleh mereka yang berharta. Di sana kegembiraan akan muncul anakku.
Sebab kegembiraan itu menjadi awal membuat diri kita berjuang untuk menggapai segalanya, sebab kuharap malam ini hanyalah tentang mu, kuinginkan hari ini hanyalah damai mu yang kuminta detik ini ialah bahagiamu.
Jangan coba menganggap hal sepele seseorang telah memberikan perhatian tulus untuk dirimu, sebab nantinya bisa menjadi sangat luar biasa ketika dirimu sedang rapuh dan terjatuh. Ingatlah, 1 pintu kebahagiaan tertutup, tentu pintu kebahagiaan yang lain pasti dibukakan, kata Bisma penuh senyum. Semoga pikiran baik datang dari segala penjuru******
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H