Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Bale Bengong: Diskusi Vaksin Covid-19 dan Manajemen Risiko

13 Juli 2021   00:19 Diperbarui: 13 Juli 2021   00:34 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari -hari belakangan ini, bale bengong di sudut perumahan kembali bernyawa dan bergairah. Karena ada saja orang mampir, untuk duduk bersantai, bosan di rumah saja.

Maklum karena adanya PPKM, bekerja dari rumah, ada waktu terasa lebih untuk menikmati angin sepoi yang basah dari amparan

sawah yang  digenangi air, dan tanaman air menghijau dekat di kompleks perumahan itu, apalagi kini sedang musim  panas, terasa sangat nyaman. 

Ngobrol ngalor-ngidul memang menarik, namun kali ini topiknya agak hangat karena ada berita baru tentang " vaksin Covid berbayar" atau jualan vaksin, walau tertunda, namun tetap saja menarik, ada beberapa kedodoran karena posisi penajabat strategis, lemah dalam managmene risiko, kekhawatiran dalam bentuk pernyataan negara gagal, mudah diletupkan. 

Dan banyak orang bisa ngomong, namun sedikit yang bisa kerja. Itu menjadi semacam topik-topik hangat di atmosfer Bale bengong itu.

Made Bolig, adalah penguni tetap bale bengong itu, dia selalu hadir disana, sejak covid-19 menyeruak dia harus jadi pengangguran , dalam arti yang sebenarnya. 

Setelah di rumahkan karena hotel tempatnya bekerja sepi, Dia berinisiatif mengembangkan profesi baru, yakni belajar menanam anggur import di belakang rumahnya., ke depan di akan usahakan menjual bibitnya dan pupuk organik yang dia buat.

Tentu, cita-cita itu bagus, namun dia sadar, dia harus berhasil dahulu di demplot tanaman anggur yang dibuatnya, sehingga ada yang dibicarakan lewat you tube.Bolig sadar bahwa pesan ayahnya dia pegang, yakni, " Lakukan sesuatu hari ini yang akan membuat dirimu berterima kasih di hari-hari mendatang." 

Di depan beberapa orang di bale bengong, Gede Bolig  berkata, ' sekarang sedang dibuka penjualan vaksin, oleh salah satu BUMN, langkah yang menarik, dan tentu banyak pro dan kontra-nya. Karena menuai pro dan kontra, maka ditunda sampai ada pengumuman lebih lanjut., Lucu ya, tambahnya, semua yang hadir menyimak, dan John yang hadir di tempat itu berkata, aku belum mengerti Bli, kata-katamu.

Lalu dia menjelaskan lagi, John..... engkau sebagai mahasiswa harus melek berita, harus memberikan kontribusi pemikiran, dan yang ditunggu kerja nyatamu, untuk ikut berpartisipasi dalam memutus pandemi COVID-19 ini. Ya...Bli, aku paham sekarang arah bicaramu, namun aku tetap belum utuh mengetahui vaksin gotong royong itu? Bli.

John, pemerintah dalam pelaksanaan vaksinasi Covid-19 individu tersebut merupakan upaya untuk mempercepat penerapan vaksinasi gotong royong, tentu tidak masalah kalau ada yang mau dan mampu. Namun asal usulnya memang agak keliru sebab Vaksinasi Gotong Royong yang sudah di gadang-gadang sejak Februari, saat ini seolah-olah seperti layangan putus entah melayang ke mana ide itu. 

Kini kebijakan sepertinya bergeser ke arah penjualan vaksin, bukan lagi vaksinasi lewat perusahaan seperti kebijakan semula. Kalau itu terjadi, ada begitu banyak kerja buang-buang waktu dan  sia-sia saat berbagai perusahaan mendaftar untuk ikut Vaksinasi Gotong Royong, Wah.... Benar juga ya, kata John yang mulai melek di Bale bengong itu.

Bolig menambahkan, "John,perlu engkau tahi, bahwa fakta itu seakan memperkuat dugaan Ibas, sang pangeran Cikeas itu untuk melontarkan kritik kepada pemerintah dengan menyebut jangan sampai Indonesia menjadi bangsa gagal lantaran tak mampu menyelamatkan rakyat dari Covid. 

Ibas menuding pemerintahan Presiden Jokowi tidak sigap menangani Covid, padahal pandemi ini sudah memasuki tahun kedua. Harusnya sudah pengalaman menanganinya. Diskusi Bale bengong semakin panas, semua mendengarkan secara seksama.

Wayan Godogan, yang dari tadi menyimak, mengangguk, sambil berucap, Ya sih, tuding menuding itu boleh saja, itu namanya anak muda ingin mengingatkan yang tua-tua, jangan sampai terjerumus menjadi negara gagal. Sebagai anggota dewan, dia juga sudah bersuara, namun kerap sering bersuara lantang, di luar sidang, dengan kata lain , karena dia sering bolos kalau sidang soal rakyat.

Dia.... Juga sering disebut-sebut waktu kasus Ambalang, tapi tak pernah dimintai keterangan, karena bapaknya selalu pasang badan untuk pangeran yang satu ini. Seru Bolig.

Bolig menambahkan, Ibas, memang sedang membangun citranya Padahal di satu sisi pemerintah telah mati-matian berjuang dengan mengerahkan segala sumber daya yang ada untuk menyelamatkan rakyat Indonesia dari Covid.

Citra diri ketika babenya berkuasa, dan tak salah dugaan orang, penguasa mempermainkan hukum, selalu tumpul ke atas. Saut John mahasiswa yang sudah hampir habis semester di perguruan tinggi. Skripsinya tak kelar kelar, mau ngambil data ke lapangan ke buru PPKM, ambyar jadinya skripsinya termakan pandemi Covid -19

Kamu pintar John , Koq, kenapa kamu belum tamat juga ? Tanya Guru Wayan yang kebetulan ada di sana. Maklum tak mengenal manajemen risiko. Guru, sahut  wayan Godogan.

Gede Bolig tertawa dan berkata, bukan John saja yang tak tahu manajemen resiko, pemerintah kita juga lemah dalam manajemen resiko. Manajemen risiko adalah segala proses kegiatan yang dilakukan semata untuk meminimalkan bahkan mencegah terjadinya risiko institusi atau perusahan. Di dalamnya ada kegiatan identifikasi, perencanaan, strategi, tindakan, pengawasan dan evaluasi terhadap hal-hal negatif yang kemungkinan akan menimpa usaha.

Gede Bolig menambahkan, seharusnya melalui manajemen risiko kita menghitung risiko apa yang akan kita hadapi, dan menyiapkan langkah-langkah antisipasi. Itu seharusnya, kalau melaksanakan manajemen risiko itu jitu,maka Yang terbaik adalah mematikan segenap potensi ancaman sebelum ia pecah menjadi masalah. Kemudian, saat ia sudah jadi masalah, bagaimana menanganinya secara cepat.

Kita harus memilih mana masalah yang harus jadi prioritas tertinggi untuk ditangani, dan tindakan apa yang secara jitu bisa menyelesaikan masalah itu secara cepat. Kamu omonannya berfilsafat, contohnya apa? Tanya John balik

Misalnya, John tahu kan baca, bantuan kemanusiaan sebanyak 200 unit oxygen concentrators. Sebelumnya, pada hari Senin, 10 Mei 2021, pemerintah beserta asosiasi dan pelaku industri Indonesia juga telah mengirimkan 1.400 tabung oxygen cylinders ke India. Bantuan kemanusiaan ini adalah wujud solidaritas bangsa Indonesia kepada India. Bantuan kemanusiaan ini diharapkan dapat membantu India dalam penanganan Covid-19, begitu kata sambutan Menlu, saat menyerahkan bantuan itu

Perlu dicatat, bahwa mengirim bantuan itu tidak salah. Tapi mengirim bantuan saja, tanpa menyadari bahwa situasi yang sama sangat mungkin terjadi pula di sini adalah kesalahan besar. Perintah untuk memproduksi tabung oksigen secara darurat baru dilakukan setelah banyak pasien mati kekurangan oksigen. Padahal semua itu bisa dilakukan sejak bulan Mei benar khan begitu, masih banyak lagi manajemen risiko kita masih lemah.

Guru Wayan menjelaskan, Di saat kita membutuhkan tindakan-tindakan cepat dan tepat, yang kita saksikan adalah kelambanan dan kekacauan. Krisis makin membesar. Semakin  menunda-nunda dan lambat bertindak, semakin banyak dan besar volume pekerjaan yang harus kita lakukan untuk mengatasinya. Sekali lagi, kunci dalam penanganan krisis adalah bertindak cepat dan jitu. Ini yang belum terlihat ada pada berbagai pejabat strategis yang menangani krisis ini.

Kita berharap semoga Covid-19 ini dapat diatasi dibutuhkan kita saling membangun semangat dan saling mengingatkan agar badai Covid ini segera sirna. Dengan menggalakkan vaksinasi, dan makin banyak orang yang ter vaksinasi. Kalaupun sampai kena, ya paling tidak semua orang harus dirawat intensif sehingga beban nakes dan RS berkurang dan mereka bisa fokus ke pasien-pasien yang memang butuh penanganan ekstra.

Kata John, Cintai orang lain dan tolonglah orang lain untuk berkembang, hanya dengan memberikan cinta dengan sungguh-sungguh. Cinta itu menular dan energi penyembuh terbesar akan hadir dalam setiap alunan napas kehidupan.

Guru Wayan berkata bijak, dalam kondisi saat ini, yang dibutuhkan adalah pelayan pada masyarakat luas, walaupun kecil dapat memberi kita manfaat spiritual yang besar , yakni pertama-tama hal itu akan menghancurkan sifat egois kita, Kesombongan akan mengubah teman menjadi musuh , hal ini bahkan menjauhkan kaum kerabat dan menggagalkan segala rencana yang baik. Pelayanan pada masyarakat akan meningkatkan kerendahan hati di dalam diri kita Kerendahan hati membuat kita bekerja dengan orang lain dalam keselarasan yang membahagiakan.

Pandemi ini mengajarkan memang kadang solusi membuat kita harus menjadikan diri kita lebih rendah hati Biarkan cinta mengalir sehingga cinta menyucikan dunia. Kemudian, manusia bisa hidup dalam damai, daripada kekacauan yang mereka buat di kehidupan masa lalu, dengan semua kepentingan dan ambisi dunia.

Suasana bale bengong itu tenang, semua setuju. Mereka semua bubar karena hari sudah sore, yang tinggal adalah desau angin selatan yang sejuk, membawa kedamaian di hati. Moga bermanfaat****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun