Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengambil Risiko atau Puas Menjadi yang Biasa

8 Juni 2021   06:52 Diperbarui: 8 Juni 2021   07:09 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini adalah kisah orang sukses dari desa. Desa kadang bisa memicu daya kreatif tak terbendung, sebab alam kadang mendesaknya untuk berpikir lain, berpikir alternatif, dan itu sebabnya, jangan merasa rendah diri kalau anda berasal dari Desa.

Pagi itu, saya bertemu dengan sosok yang berhasil dalam dunia dagang, karena saya menjadi pelanggannya, yang selalu membeli kebutuhan harian di tokonya. Saya senang bertemu dan ngobrol dengannya di pasar Banyuasri, sebut saja namanya Pak Jro. Beliau  merantau sejak kecil dari  wilayah Bali Timur (Karangasem)  ke Singaraja.

Dididik dalam keluarga urban, pasar adalah tempat yang menjadi  incarannya. Pasar pada era tahun 1960, Singaraja ibarat cahaya lampu yang menggiurkan bagi para laron untuk  mencari kehangatan. Tempat mengadu nasib, yang paling dekat. Mengapa? ketika Pelabuhan Buleleng masih aktif sebagai terminal transportasi laut, transaksi pengiriman barang masuk dan keluar bali , terpusat di Pelabuhan Buleleng. Sungguh hiruk pikuk terasa. 

Namun kini, ketika pindah Ke Celukan bawang (Bali utara)  dan Ke Benua (Bali selatan), maka pelabuhan Buleleng hanya tinggal " monumen Kelelahan masa silam'

Kembali ke Pak Jro itu, Pasar akrab dengan dirinya sejak kecil, berjualan, dan membantu orang tua di pasar kerja yang tak ada pilihan lain. Kerap menjadi buruh kalau ada yang membutuhkan. Pasar menjadi "kantor dinasnya" untuk pekerjaan awal, sambil sekolah tentu. Asal mau bekerja dan tinggi mental, pasar menampilkan "keindahan tersendiri".

Setelah menamatkan  sekolah menengah, beliau  mencoba  menjadi petugas keamanan (SATPAM), di salah satu Rumah sakit di Singaraja. ketika itu gaji kecil, tidak cukup untuk hidup satu bulan, katanya masih besar hasil kerja buruh di pasar. Menjadi buruh seumur hidup, bukan cita-citanya.

Maka jadi Satpam, adalah inovasi bidang lain, namun di sini dia tidak puas,  ini terjadi tahun 1980 an.  Jadi Satpam  selain gajinya kecil,  minta libur  susah, dan dia berpikir kalau terus menerus begini maka, ke depan tidak bisa diharapkan, hidup sendiri bisa, namun bagai mana kalau punya bini dan anak-anak, pasti tidak cukup.

Untuk meniru kiat sukses para orang berpunya, menjadi pekerja monoton bukan jalan yang tepat. Di terminal itu, pola pikir dari mereka sukses dipelajari dengan cermat.

Maka, Dia harus membanting setir untuk mencari jalan lain. Dia keluar dari Satpam, dan berusaha sendiri. Dia mengamati ketika jadi satpam, jumlah orang berkunjung ke rumah sakit itu, sangat banyak. Lalu, dia membuka usaha dengan berjualan es campur, namun sebelumnya dia berkeliling rasa es yang enak, akhirnya dia menemukan rasa , dengan memodifikasi gula dengan cita rasa tertentu, khas yang dapat resep dari seorang ' yang kebetulan besuk ke rumah sakit. Lalu dia berjualan.

Pimpinan rumah sakit heran, keluar dari satpam, yang sudah gaji pasti tiap bulan, malah berjualan es campur. Jualannya laris manis, dan dia mengalahkan kompetitor yang lain. Setelah mendapat keuntungan yang besar, tiap hari, maka dia berpikir, bagaimana agar uang  bekerja untuk dirinya. Model baru dia pun cari.

Di sinilah titik baliknya, dia belajar bagaimana orang-orang di perantauan menjadi kaya dan sukses. Dia sedang mencari pola untuk menjadi orang berhasil  Dia mencari sesuatu perilaku untuk bisa di tiru. Dimana uang bekerja untuk dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun