Dalam riuh BLT itu, Saya kagum dengan laki-laki paruh baya itu, duduk diantara para pekerja yang tak ada job, mereka bergerombol , sambil merenungi nasib, saling putar otak, di Balai bengong itu.
Namun ketika ada khabar BLT turun, maka sontak temannya berangkat semua, namun dia sendiri tersisa, dia menerawang jauh, BLT, oh... benar-benar "Bantuan lewat terus."
Dia tidak mengerti mengapa, dan kenapa dia tidak dapat, padahal dia juga termasuk keluarga terdampak, pandemi Covid -19, tempat usahanya berhenti , kerajinan tidak ada yang membeli , pariwisata terpuruk. Ketika dia tak muncul namanya , dia heran, dimana kesalahannya, namanya tidak muncul sebagai penerima BLT. Pikiran berhenti untuk menyalahkan orang lain. Sampai disini, sosok ini menjadi kian menarik.
Namun laki-laki itu, tampak tegar dan sabar. Saya mendekatinya, tak ada perasaan gelisah ketika, namanya tak muncul. Dia memang benar-benar memahami dan mendalami kesabaran itu. Sabar adalah suatu sikap menahan emosi dan keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluarkan kedengkian, di merasakan pengendalian diri yang tinggi, semua itu seperti termanifestasikan dalam kediriannya.
Dia berucap dengan, bahagia, saya yakin katanya, mengawali pembicaraan sore itu, ketika sebuah keluarga hidup dengan rukun, mereka akan diberikan dengan nasib baik, dan kemakmuran. Akan tetapi ketika sebuah keluarga dipenuhi dengan pertentangan akan didatangi bencana dan kemunduran. Sambil duduk di sore hari menjelang hari raya, terasa desiran kebaikan hadir dalam pribadi yang sederhana itu.
Saya menyapanya, mengapa anda bisa begitu bersyukur? Dia memperbaiki tempat duduknya, sambil menarik napas dalam-dalam di balai bengong itu, " Saya hidup dengan kelengkapan anggota badan, dengan istri yang setia dan bisa memberikan dua anak, laki dan perempuan, tidak ada kebahagiaan yang melebihi dari segalanya, dengan itu semuanya saya merasa sangat "kaya', sebab banyak keluarga dengan banyak uang , harta melimpah namun tak pernah rukun, tak pernah harmoni, hidup seperti dalam neraka.
Kata-katanya penuh filsafat, dia bisa begitu karena tempaan hidup yang sangat keras.
Saya selalu bersyukur dengan khusuk, bahwa manusia tak ada artinya dibanding alam semesta, dan anugerah yang luar biasa yang kami terima semuanya,
"Saya percaya bahwa satu lilin bisa menyalakan ribuan lilin, tanpa berkurangnya cahaya lilin pertama tadi. Itulah hakikat sebuah kebahagiaan, takkan berkurang meskipun dibagi-bagi. Kebahagiaan saya bagikan adalah ke benaran itu.
Dia menambahkan, Kebahagiaan saya bersama istri dan anak-anak kami. Kebencian yang dilawan dengan kebencian lain, tidak akan pernah usai. Hanya dengan cinta, sebagai aturan yang abadi.
Katanya lagi, " Akan banyak luka yang dialami dan diciptakan oleh mereka yang saling membenci, tetapi pikiran yang diarahkan pada hal yang salah akan jauh lebih melukai lagi.