Statemen perpanjangan masa jabatan presiden dengan 3 periode, menjadi isu seksi saat ini. Banyak orang kaget,  berbagai komentar berhamburan  sehingga atmosfer negara ini menjadi relatif  gaduh.  Banyak dugaan muncul, salah satunya adalah  pengalihan isu.
 Karena ada banyak kerja yang belum selesai khususnya,  kebangkitan  mengatasi  Pandemi Covid-19 yang belum berakhir.
 Isu  presiden 3 periode itu, memang beralasan menghadirkan  kekhawatiran., karena pemerintahan yang didukung mayoritas partai bisa melakukan apa saja. Ada juga yang menyebut isu ini  sebatas  halu atau bisa jadi strategi ' test the water' untuk grand design yang lebih besar, dengan melihat reaksi masyarakat. Entahlah,  yang jelas pernyataan  3 periode itu menjadi semacam bola panas
Bola panas yang dilempar tokoh reformasi Amin Rais itu , menggelinding dengan sangat liar. Akibatnya, banyak yang menggorengnya, goreng sana dan goreng sini. Namun Presiden Jokowi pun, langsung mematikan kompornya'. Gorengan-demi gorengan berhenti, hasilnya bahan yang digoreng tidak sampai gosong, yakni  dengan presiden memberikan pernyataan, tidak berminat, Beliau ingin  hanya dua periode, artinya sampai 2024. Semua keraguan  ditepis oleh presiden.
Isu semacam itu memang menumbuhkan literasi  politik, dan membuat rakyat semakin bergairah  dalam  kecenderungan  apatisme rakyat  yang  kian meninggi, karena  tekanan kehidupan masa pandemi yang tidak mudah. Keraguan demi keraguan pun muncul di hati sang rakyat
Yang berdiri sebagai kelompok oposisi' pun ' ragu,  atas pernyataan Presiden Jokowi, siapa tahu' seperti' kasak kusuk, ketika Jokowi, masih jadi Gubernur DKI, menyatakan akan menuntaskan 'jabatan Gubernur itu. Pada  awalnya diduga tidak mencalonkan diri jadi presiden. yah akhirnya, maju juga dalam  pemilu  presiden dan terpilih.
Seorang  Jokowi  sejatinya tidaklah bebas,  baik saat  menjadi gubernur  maupun  nanti,  dia harus tunduk karena  ada partai pengusung  dan dia juga tunduk atas nama rakyat  yang menghendaki yang terwakili di ruang kehormatan DPR.  Kedirian anggota dan kader partai lebur menjadi tujuan Partai, di dimensi itu, kader partai  'benar-benar mengejewantah sebagai " Petugas Partai" Kondisi itu nampaknya tidak bisa ditolak.
Akibatnya, tak salah pernyataan politik 'selalu cair dan sangat liar" Identik dengan kata-kata, Pak  Moeldoko, tidak tahu menahu tentang kudeta, eh... malah beneran jadi kudeta. Lidah tampaknya memang tidak bertulang kalau urusan politik.
Lalu, apa salahnya kalau mau dicoba 3 periode? Sebuah berita yang lagi riuh, dan Presiden menyadari kegaduhan bisa muncul," Saya tegaskan, saya tidak ada niat., dan tidak  berminat menjadi presiden tiga periode," ujar Jokowi, Janganlah membuat kegaduhan baru. Kita saat ini tengah fokus pada penanganan pandemi," kata Jokowi melalui tayangan YouTube Sekretariat Presiden, Senin (15/3/2021).
Pernyataan ikutannya  ' ini baru gue demen, kata teman saya, yang telah lama istirahat , karena tidak berangkat ke kapal pesiar, akibat pandemi ini. Langkah itu pun membuat saya amat setuju dengan kata-kata itu, refocusing pada mengatasi pandemi Covid-19, adalah ajakan bijak, kita semua harus menyambutnya, Kata teman saya., ketika disodorkan  pernyataan presiden itu
Teman saya memang serius, dia berkata bahwa, tidak sulit untuk menemukan contoh betapa menjeritnya masyarakat akan Pandemi saat ini. Coba  lihat di daerah Lovina, obyek wisata di Bali Utara  Buleleng sebagai misal, khususnya pelaku wisata sudah berteriak, hotel banyak yang tutup, hotel dan Villa ramai ditumbuhi perdu dan ilalang, bukan ramai kedatangan tamu, karena tak mampu membayar gaji karyawan untuk merawatnya. Waktu setahun sudah cukup membuat mereka mati suri, kalau diperpanjang akan menjadi mati beneran.