Malam ini sepi, suara cerau hujan tak datang, walau lama telah dinanti. Hujan seakan tak menampakkan jiwanya. Sebab, alam bertindak lain, dia hadirkan banyak ujian bagi manusia. Kehidupan masyarakat manusia berletik, seperti suara kaca yang kena air panas' bersimbah ke lantai, tanpa basa basi, semua berteriak mencari kambing hitam disiang hari, bukan di malam hari.
Kehidupan mahluk, kadang sangar, suaranya berderau-derau memohon dalam doa, lalu setelah ujian lewat tak bergeming lagi, pergi seperti kabut kepanasan menguap mengukir langit.
Alam meminta hiduplah selaras, itu berarti manusia membutuhkan 'penyerahan", sebab alam bak ibu kandung yang bisa memberikan sesuatu pada manusia, tanpa berbalas.
Ketika manusia mengejar pemenuhannya keluar. Sejatinya kebebasan tak pernah mampir. Lalu, 'manusia hendak mencari kedalam dirinya, bukan melekatkan di ujung indria-indrianya. Ke dalam diri, dekat namun tak mudah, maka ketika berhasil mereka bermetamorfosis menjadi "sosok swarajya' sang penguasa diri justru itu lah kebebasan sesungguhnya sebagai terminal akhir.
Kebebasan itu ibarat senyum yang kembali mengembang, dalam bulir-bulir pasir di tepi pantai, terasa semakin mendekat, sebab disana ombak menjadi saksi bahwa, hidup selalu ada kisah yang membuat hati tersenyum.
Senyuman yang semakin jernih, seperti jernihnya air laut pantai utara yang masih tenang dan memikat.
Tak bisa lama namun kadang hati tak lelah menanti, saat itu tiba, sebab cahaya rembulan tipis menyerengai di ufuk timur dalam lembaran kabut tipis dibalik bayangan daun kelapa.
Wajahmu berbinar penuh makna, dalam dekapan malam yang tipis cahaya dan siluet itu penuh aura yang membuat jiwaku melayang, terbang diangkasa biru nan indah, untuk menari sebagai"vijnaanamaya kosha" berhubungan dengan pikiran dan perasaan yang cemerlang.
Hati menjadi semakin terbuai akan benih-benih kasih, menelusuri ujung perjalanan bahwa semuanya, tak bisa tergesa dan penuh jeda yang panjang. Mengharapkan sebuah benih suci terjadi dalam rentang kehidupan panjang, tak tahulah, hanya mukzisat yang kuasa yang merestui.
Hati bergetar menjulang seperti peluru laras senjata. Kalau memang terjadi terjadilah, sehingga tak lama menanti seperti patung yang kian berlumut dan rapuh, tak ada jawaban, kecuali suara cecak bersautan dalam kelamnya malam, yang sepi hening dan penuh dengan aura misteri.
Diantara belantara hati , kehidupan ini semakin menuju pusaran, pusaran yang kian mendekatkan pada pembebasan. Layaknya dentingan suara belalang malam yang terus memancing, agar ritme hidup terus bernyanyi merdu, bahwa, dunia tak henti bergerak, menyusuri riuhnya malam, untuk menyambut fajar menyingsing.