Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Balada Dagang Nasi Kuning

23 April 2020   09:34 Diperbarui: 23 April 2020   09:44 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup memang seakan menjadi saksi betapa kehidupan selalu berubah. Perubahan-perubahan harus dibiasakan dalam hidup, namun saat ini perubahan terus ke arah yang lebih berat, Bu ayu berkata lirih, "Semuanya terkena dampak, dan aturan social distancing, sudah dihadapi bersama, dan aturan sudah tidak pilih kasih, ya kita sebagai rakyat kecil harus terima, demi keselamatan kita semuanya."

Dia menambahkan lagi , "Saya pasrah. Dagang banyak tidak laku, namun harga bahan pokok, sudah mulai merambat naik, bumbu yang didatangakan dai luar Bali (antar pulau) sejak Covid-19, makin jarang  ada pasokan, maka kenaikkan terus terjadi, walaupun masih di atas wajar.

Sebagai rakyat kecil, rakyat sesungguhnya, memang patuh. Hidup menyisakan banyak derita dan suka duka, dalam keringat yang mengucur dari pedgang nasi kuning itu, seakan memesankan bahwa tekadnya bulat untuk hidup hari ini dan esok masih ada harapan.

Semangatnya mengkhabarkan bahwa hari kemarin telah selamanya pergi. Manfaatkan sebaik-baiknya hari ini dan esok jika kita ingin menebus waktu yang hilang, perasaan seperti itu  terus bergulat dengan  cekatan dan  ditunjukan dengan cepat meladeni pembeli.

Asap nasi kuning, yang mengepul, karena termosnya terbuka bau arum nasinya membuat ngiler bagi yang menghirupnya.

Saya pas datang pagi itu, untuk membeli dua bungkus nasi, dia tersenyum dengan tulus, dan mengangguk, "Saya tidak bisa memakai masker, sesak," bebekan katanya, ketika saya menyinggung kenapa tidak pakai masker. 

Sambil memesan dua bungkus, Dan, satpol PP yang menyemprot disinfektan di wilayah itu, segera memberi tahu dan memberikan masker, "Ibu itu wajib memakai masker". Kata petugas, yang berhenti sambil membeli makanan dan makan bersama di warung itu.

Saya tersenyum, ibu itu berkata lagi, "Inilah kehidupan Pak, kalau kami tak kerja, tidak ada untuk biaya hidup anak-anak kami, semuanya tergantung dari hasil penjualan ini." Nasi kuning itu seakan menunjukkan bahwa manusia memiliki kekuatan untuk merubah pemikirannya ke dalam realitas fisik, manusia bisa bermimpi dan mewujudkan mimpinya.

Wabah Covid-19, seakan merubah banyak hal, baru kali ini perubahan drastis terhadap usahanya yang telah lama digeluti. Ekonomi rakyat kecil ambruk dengan wabah  Covid -19,  walaupun demikian pedagang nasi kuning itu, tetap tersenyum, karena ini musibah wabah kadang tak bisa di duga datangnya.

"Berjualan adalah pekerjaan saya, saya harus tetap optimis bisa bangkit, semasih orang lapar saya akan tetap di butuhkan." Ketika saya mendekat untuk mengambil  dua nasi bungkus, pesanan saya, Dia berucap, "Saya selalu bersyukur masih sehat, moga dijauhkan dari bahaya yang lagi melanda  dunia dengan virus corona ini. Masalah hidup seperti ombak tepi pantai, ia akan datang tapi pada saatnya ia akan pergi."

*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun