Meskipun teknologi penetasan untuk lobster karang belum ditetapkan, pasokan alami benih di beberapa lokasi cukup untuk mendukung budidaya, di mana lobster benih pengendap secara alami (pueruli) ditangkap dan kemudian ditanam di kandang laut hingga mencapai ukuran yang dapat dipasarkan.
Akuakultur lobster karang seperti itu telah berhasil dibangun di Vietnam, dan keberhasilan industri itu telah mendorong negara-negara lain di Asia Tenggara, termasuk indonesia untuk mencoba meniru.
Tumbuhnya lobster Panulirus ornatus (Fabricius, 1798), telah menjadi industri berbasis desa yang sukses di sepanjang pantai selatan tengah Vietnam sejak tahun 1995, didasarkan pada berlimpahnya benih lobster alami dan pembentukan hingga 49.000 kandang laut lobster (Anh Tuan, L., 2017).Â
Produksi lobster karang dari akuakultur sangat penting, memberikan sumber pendapatan yang berharga bagi para petani kecil. Pada 2016,misalnya, diperkirakan sekitar 1.600 ton, bernilai lebih dari 120 juta dollar AS.
Bagaimana dengan di Indonesia? Budidaya lobster pertama kali dimulai di Indonesia sekitar tahun 2004 sebagai turunan dari budidaya rumput laut dan ikan.
Contoh, di sebelah tenggara Pulau Lombok Tengah Indonesia, petani yang menanam rumput laut atau kerapu memperhatikan pueruli menetap di alat mereka. Menyadari ini adalah lobster kecil, mereka menyimpannya dalam kandang untuk terus tumbuh, dan dengan demikian industri budidaya lobster Indonesia dimulai.
Meskipun kelimpahan relatif tinggi dari benih lobster yang mengendap secara alami, dalam lima tahun hingga 2009, tidak lebih dari 50 ton lobster diproduksi setiap tahun karena keterampilan bertani yang terbatas dan pakan yang kekurangan nutrisi. Pemerintah dan lembaga riset perlu diminta mengambil peran.
Perlu diketahui, bahwa spesies utama lobster di Indonesia adalah Panulirus homarus (Linnaeus, 1758), dan biasanya tumbuh (yaitu, tumbuh sesuai ukuran pasar) selama kurang dari 12 bulan dengan ukuran rata-rata sekitar 100 g, dengan harga sekitar Rp 35.000/kg.
Panulirus homarus adalah spesies lobster berduri yang hidup di sepanjang pesisir Samudra Hindia dan Pasifik. Ia hidup di air dangkal, dan memakan kerang coklat Perna perna. Biasanya tumbuh hingga panjang 20-25 cm (7.9-9.9 in).
Di samping subspesies nominasi hijau gelap, dua subspesies merah diakui, satu di sekitar Semenanjung Arab, dan satu di sekitar Afrika Selatan. Ini adalah subjek perikanan skala kecil.
Lebih lanjut, budidaya lobster di Indonesia terus berkembang, dan ada bukti nyata bahwa ekspansi yang signifikan terlihat karena terjadinya peningkatan produksi dan produktivitas dimungkinkan dengan dukungan yang tepat.