Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Rajapala, Selendang Pelangi Bidadari

11 Desember 2018   13:21 Diperbarui: 11 Desember 2018   13:24 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

  Rajapala berkata, "Nak perhatikan juga , kalau  mereka yang selalu bersedih akan yang mati, adalah mereka yang selalu bersedih akan harta yang hilang; sangat besarlah kesedihan hatinya, kesedihan itulah sumber dari kesengsaraan hidup di dunia ini, selalulah bergembira, sebab bergembira membawa kehidupan yang lapang. Bantulah orang lain , Ketika kamu dalam posisi membantu seseorang, maka berbahagialah! Karena Tuh menjn yang maha kasih menjawab  doa orang itu melalui dirimu. Lalu, Kamu tak butuh uang untuk membantu orang lain, kamu hanya membutuhkan hati untuk membantu mereka.

 Ayah, apakah obat memusnahkan kesedihan itu, tanya Durma kembali?,  Inilah obat untuk memusnahkan kesedihan, jangan pernah membiarkan diri larut dalam kesedihan yang berkepanjangan akibat kehilangan dan kematian, jangan pernah menenggelamkan diri dalam kedukaan hati, sadarilah bahwa pada akhirnya tiada apapun yang kekal, manusia akhirnya akan berpisah dengan orang-orang yang disayang, akhirnya mereka akan kehilangan harta kekayaan; orang yang senantiasa sadar dan ikhlas pada yang hidup pasti akan mati, yang datang pasti akan hilang, dapat terbebas dari kedukaan dan kesedihan hati.

 Durma terdiam , apa fungsi kekayaan itu?  Rajapala berkata, " Anakku, Ada kalanya orang meninggalkan kekayaannya, seringkali kekayaan meninggalkan orang, tiada kekallah pertalian orang dengan hartanya dan harta dengan orangnya, inilah bukti bahwa segala sesuatu itu tidak akan pernah kekal; orang yang bijaksana dan sadar akan hakekat ini, memutuskan  ikatan.

Durma, Anakku, sebaiknya kuatkanlah diri dengan ilmu pengetahuan yang benar, yang dapat membimbing orang untuk senantiasa berkeadaan sadar pada hukum ketidak kekalan dan dapat terbebas dari ikatan. Walaupun layu bunga yang disuntingkan dirambut kepalanya tidak akan membuatnya berduka atau bersedih, sedangkan mereka yang buta, amat bersedih hatinya jika sesuatu yang diyakininya sebagai kepunyaan menjadi berkurang walaupun hanya beberapa bagian kecil saja.

 Rajapala terus memabarkan ajaran adiluhung kepada Durma, Anakku.,  Perhatikan orang yang bahkan hingga mempertaruhkan jiwanya demi menumpuk harta kekayaan, orang seperti ini sungguh kurang bijaksana sebab mereka yang bijaksana hanya mau bersusah-susah asalkan dengan tidak susah juga ia dihilangkan. Orang yang kurang bijak karena mendapatkan harta dengan sangat susah menjadi terikat kuat dengan hartanya itu, sedangkan mereka yang bijak meskipun tampaknya harta didapat dengan cara susah tidaklah terikat beliau olehnya.

 Anakku, Ada suka pasti ada duka; ada yang kaya pasti ada yang miskin; ada yang hidup pasti ada yang mati. Sekarang suka suatu saat pasti mengalami duka, sekarang kaya suatu saat pasti menjadi miskin, sekarang hidup suatu saat pasti akan mati, demikianlah keadaannya datang dan pergi, hidup dan mati silih berganti; mereka yang bijaksana tidak bergembira pada yang datang dan tidak pula beliau bersedih pada yang pergi, senantiasa tenang dan jernih pikirannya.
  Rajapala menambahkan, Anakku,  nikmatilah kesukaan dan kesedihan, jalani hidup dalam kaya dan miskin, ikhlaslah pada yang hidup dan yang mati. Janganlah pikirkan hasil dan kontribusi yang didapatkan dari usaha, akan tetapi teruslah berbuat bajik dan benar, bagaikan orang bersawah tahan akan panas terik matahari dan tetap bekerja berdasarkan kewajiban, setelah saatnya tiba panen pasti akan diperoleh.

 Kita adalah Durma, di masa milenial, yang siap bertarung dengan perpisahan 'budaya'yang cepat usang, dan larut mengemulsi dengan budaya baru yang benar-benar asing, yang kerap menghilangkan identitas keaslian kita.   Maka, kita dituntut harus selalu menerima hal yang baik atau menyenangkan. Jadilah Rajapala  atau Raja  pahala yang baik, dari perbuatan yang lakukan, sebab  dalil  bekerjalah tanpa suara, dan biarkan kesuksesan kita  yang berbunyi nyaring' senyaring pupuh Durma yang sampai kini tetap dilantunkan untuk  menyentuh hati , membangkitkan dan menyemangati hidup untuk lebih bahagia (Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Bali, 11 Desember 2018)*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun