Laboratorium dapat dianggap sebagai tempat di mana studi eksperimental dengan berbagai peralatan dan perangkat, dan analisis serta pengamatan dilakukan. Laboratorium adalah instalasi atau lembaga yang melaksanakan pengujian. Sedangkan Laboratorium menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tempat atau kamar tertentu yang dilengkapi dengan peralatan untuk mengadakan suatu percobaan. Secara  operasional, laboratorium kemudian didefinsikan Laboratorium (disingkat lab) adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan.Â
Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. Laboratorium ilmiah biasanya dibedakan menurut disiplin ilmunya, misalnya laboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratorium biokimia, laboratorium komputer, dan laboratorium bahasa.
Lalu sejak kapan pendidikan mengikutkan penggunaan laboratorium? Inilah pertanyaan sederhana yang perlu diajukan, sebab pembangunan laboratorium sebagai prasayarat  dalam memenuhi  standar proses dalam pembelajaran khususnya  pengadaan  sarana dan prasarana menuntut  biaya yang tidak  murah.
Pada abad terakhir, jumlah laboratorium meningkat dan hampir semua disiplin memiliki laboratorium sendiri. Di Indonesia  hampir semua sekolah menengah  dan  perguruan tinggi memiliki laboratorium IPA ( fisika, kimia dan biologi) dan universitas juga memiliki versi yang sangat khusus.
Laboratorium juga memiliki klasifikasi, yaitu: (1) Laboratorium pendidikan, adalah laboratorium yang digunakan untuk lembaga pendidikan terutama tingkat SD, SMP, SMA. Kedua, laboratorium riset, adalah laboratorium yang digunakan oleh para praktisi keilmuwan dalam upaya menemukan sesuatu untuk meneliti suatu hal yang dibidanginya. Lalu , kapan laboratorium itu di masukkan dalam pendidikan, sebagai  standar proses, yatu standar sarana dan prasarana.
Laboratorium pertama kali di kenal dalam pembalajran sains. Di amerika serikat , pendidikan sains awalnya dianggap sebagai studi filsafat alam (Elliott, Stewart, & Lagowski, 2008).Karena, peng-alam-an  yang ditemui di lingungan hidup manusia  di bawa ke bangku kuliah, atau sepotong alam di bawah ke ruang kelas, sebagai bahan pembelajaran. Dari sini  para pemimpin  fase --fase awal  di Amerika seperti Franklin dan Jefferson sangat  menekankan pentingnya pendidikan sains (Fay, 1931; Newell, 1925).  Pendidikan sains memiliki hakikat  aspek proses, produk, nilai/sikap dan juga  model,.
 Itu sebabnya, sains adalah ilmu yang mempelajari tentang sebab akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA dapat juga didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang sistimatik dari gejala - gejala alam. H.W. Powler mendefinisikan pengertian tentang IPA sebagai " Systematic and formulated knowledge dealing with material phenomena and based mainly on observation and inductionÂ
"Lalu, pendidikan Sains yang lebih dikenal dengan pendidikan IPA merupakan gabungan dari beberapa ilmu pendidikan IPA untuk menangani pendidikan khususnya jurusan IPA diantaranya Fisika, Kimia dan Biologi. Â Pendidikan sains dapat dikategorikan ilmu yang didapat, diolah untuk alam dan dimanfaatkan untuk kehidupan manusia bermasyarakat. Untuk itu materi yang di cakup tidak lepas dari alam.
Awalnya,  Pendidikan yang menggunakan  laboratorium dan metode laboratorium tidak digunakan di Amerika Serikat sampai pertengahan abad ke-19. Sejarah pendidikan laboratorium memberi tahu kita tentang perkembangannya. Meskipun ada laboratorium kimia baik di Amerika Serikat dan di Eropa, penggunaan laboratorium untuk tujuan pendidikan berasal dari Jerman (Good, 1936). Ada laboratorium pendidikan pada akhir tahun 1700-an di AS, tetapi pengaruh sarjana Jerman, Justus Von Liebig, membuat pendidikan laboratorium jauh lebih luas (Browne, 1941; Fay, 1931; Fife, 1975; Sheppard & Horowitz, 2006 ; Sheppard & Robbins, 2005).
Reformasi tentang peningkatan program pendidikan sains di Amerika Serikat segera mempengaruhi pendidikan sains di Eropa dan kegiatan pendidikan serupa mulai digunakan. Reformasi semacam itu mencakup peningkatan isi mata pelajaran sains dan matematika. Setelah Perang Dunia I, sebuah diskusi tentang perlunya laboratorium untuk tujuan pendidikan dimulai. Diskusi ini berfokus pada pertanyaan-pertanyaan berikut: "haruskah siswa melakukan eksperimen di laboratorium untuk belajar?" Dan "Bisakah siswa belajar sains hanya melalui teknik demonstrasi?"Â
Setelah Perang Dunia II, pertanyaan tentang penggunaan laboratorium untuk tujuan pendidikan menjadi luar biasa. Pada saat yang sama, pentingnya pendidikan sains kembali diakui. Diasumsikan bahwa laboratorium adalah salah satu metode pengajaran yang valid dan berharga dalam pendidikan sains.Â