Selain itu, letusan gunung api sebagai penyebab alami perubahan iklim pada rentang waktu yang banyak. Kemampuan untuk memprediksi respons iklim terhadap erupsi tropis yang besar selama 2 tahun ke depan akan terbukti bernilai bagi masyarakat. Selain itu, untuk mendeteksi dan mengaitkan iklim antropogenik di negara-negara berkembang, aerosol, dan turunan lapisan ozon, sangat penting untuk mengukur perubahan iklim.Â
Gunung Erge misalnya, letusannya menyuntikkan gas belerang ke stratosfer, yang mengubah aerosol menjadi sulfat dengan waktu tinggal sekitar 1 tahun. Partikel abu besar jatuh lebih cepat. Efek radiasi dan kimia dari awan aerosol ini menghasilkan respons terhadap sistem iklim. Penyebaran aerosol dengan menyerap radiasi matahari memanaskan stratosfer.
Kita berharap dan mengambil pelajaran bahwa Gunung Agung, saat ini sedang memberikan banyak nasehat lagi, banyak pesan dimuntahkan dan kita semua diharapkan memetiknya dengan bijak, dan berdoa, walaupun terjadi letusan, semoga tidak parah, hanya letupan proses alamiah tanpa korban yang berarti. Walaupun begitu, Gunung Agung telah menyatukan kemanusiaan kita, menyatukan asrat kita bahwa hidup harus saling tolong menolong.
Dibingkai itu, gejolak kehidupan Gunung Agung, selalu memberikan lahan dan ladang, untuk kita berbenah dalam membangun kesadaran bahwa hidup harus saling berempati dan bersimpati, dengan sebuah kultur ketulusan untuk berbagi derita. Oh.. ternyata, Tuhan dan alam semesta memberikan ruang untuk 'berbuat baik bagi sesama" saling tolong-menolong adalah karakter yang saling menguatkan. Semakin kita melakukannya semakin kuatlah kita.
Kini saudara kita yang terdampak erupsi gunung Agung, bertahan atau mungkin mereka mengungsi sementara. Mereka menunggu perbuatan baik dan rasa berbagi pada sesama. Mereka telah hadir mengetuk pintu depan rumah kita saat ini. Kata guru saya, jadilah terdepan dalam melakukan sedekah, terdepan dalam membantu walapun hanya doa dari hati yang paling dalam, dan tindakan tolong-menolong, karena tolong menolong menjadikan kehidupan penuh dengan kemudahan, menjadikan hidup penuh dengan kebaikkan. ****
ReferensiÂ
Jaupart, C., & Allgre, C. J. (1991). Gas content, eruption rate and instabilities of eruption regime in silicic volcanoes. Earth and Planetary Science Letters, 102(3--4), 413--429. https://doi.org/10.1016/0012-821X(91)90032-D
Robock, A. (2000). Ic Eruptions, (1998), 191--219.
Sabroux, J. C. (1982). Measurements of the gas discharge at Vulcano (Italy). Bulletin Volcanologique, 45(3), 277--278. https://doi.org/10.1007/BF02597746
Wallace, P. J. (2005). Volatiles in subduction zone magmas: Concentrations and fluxes based on melt inclusion and volcanic gas data. Journal of Volcanology and Geothermal Research, 140(1--3), 217--240. https://doi.org/10.1016/j.jvolgeores.2004.07.023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H