Udara berdesir sejuk, sesejuk wajah indah sang  Ratu Selatan , yang dilukiskan oleh seniman spiritual lewat penampakan mata batinnya yang eksotik. Dengan gambaran-gambaran  yang beratraksi dengan daya elektrostatik di antara atom-atom keyakinan, kemudian meruang menjadi gugusan ion-ion  dalam hibridisasi liniear orbital  kehendak yang  mengangkasa, disanalah berstana kondisi keindahan baru yang bermetamorfosis dalam jeda teori fungsional rapatan kasih sayang, yang kerap membuat dunia kehidupan tak pernah sepi untuk dimaknai, sehingga rintangan sterik suka duka tak pernah terasakan.
Saat itu, Arjuna tersenyum memandang indahnya lukisan alam nyata dihadapan riuhnya gelombang samudra , betapa hatinya berbunga, bahwa alam memberikan resonansi pikiran damai yang menyatu dalam setiap buih-buih ombak yang membentur kekokohan  karang-karang laut, sehingga molaritas  serpihan --serpihan karang  yang dihasilkan tiap detik  deburan reaksi samudra tak pernah bisa dirumuskan sebagai orde  kinerja yang berbasiskan pikiran dangkal.
Disanalah Arjuna mendapatkan pesan indah, bahwa hidup haruslah setekun gelombang laut, yang  tak pernah berhenti berusaha menggapai bibir pantai.  Sejuknya hari dan indahnya pagi itu,  Arjuna bertemu dengan Dewi Subadra dalam rindangnya  pohon padan pantai selatan di wilayah  Barata  Warsa itu, memberikan kesan tersendiri yang kerap menjadi teroka baru kasih sayang, dimana laut menjadi saksi bahwa mereka disatukan oleh keindahan alam,  hati mereka menyatu membentuk suatu senyawa dengan bentuk ikatan  padat  dan rapat yang  memiliki energi ikatan tinggi sehingga sulit dipisahkan.
Lalu Arjuna berkata lembut, " Subadra, engkau harus bercermin pada ketekunan samudera yang terus menerus berderu ingin  menggapai pantai idamannya, bila engkau ingin mendapatkan sesuatu lakukanlah usaha yang dilandasi oleh ketekunan itu.  Dengan sebuah konsepsi  negasi, Subadra. Apa itu kakanda Arjuna, tanyanya  serius.
"Taklukkanlah kemarahan orang lain tanpa kemarahan taklukkanlah penjahat dengan kebaikan taklukkanlah orang yang kikir dengan sifat saling memberi taklukkanlah kebohongan dengan kebenaran" Itulah ajaran yang selalu aku dapatkan dari para guru yang hadir dalam setiap jeda hidup ini kata Arjuna, Â Â
Lalu , ketika dirimu masih berkecamuk tentang pikiran --pikiran  jahat, maka sulitlala memasuki wilayah kosong itu, sebab menjadi Orang berilmu lebih utama daripada orang yang selalu sembahyang,  dan berpuasa. Karena apabila mati orang berilmu, maka terdapatlah kekosongan dalam hati masyarakat  yang tidak dapat ditutup selain oleh penggantinya yaitu orang berilmu juga. Pesan itu terasa menggetarkan hati Subadra. Bagaimana peran Tuhan kalau begitu, Kakanda, "tanya Subadra kembali."Â
Tuhan sebagai "Vidvath Poshana", artinya melindungi orang-orang yang mendalami ajaran suci. melindungi orang-orang yang mendalami  yang menanamkan keyakinan yang mendalam, bahwa barang siapa yang mendalami kitab suci akan terlindungi hidupnya oleh kesucian itu sendiri. Mendalami ajaran suci  bisa dengan melakukan kegiatan rohani seperti menyanyikan kidung-kidung suci (bhajan), atau mengulang-ulang nama suci Tuhan (japam).
Bisa juga dengan melakukan pengabdian kepada sesama ciptaan Tuhan sesuai dengan swadharma masing-masing (sevanam). Kata Arjuna. Subadra terdiam dan mengangguk tanda paham, Â Arjuna melanjutkan, Â "Subdara, engkau dapat meraih jauh lebih banyak saat satu jam bersama Tuhan daripada seumur hidup tanpa Dia dan yang terpenting adalah, penyadaran diri bahwa "Kita terlalu sering mengasihi benda dan memanfaatkan orang, seharusnya kita memanfaatkan benda dan mengasihi orang.
Untuk mencapai itu, lanjut Arjuna, " Subadra motivasi untuk menuntut ilmu harus selalu dikembangkan, karena tanpa motivasi kuat, menuntut ilmu sangat berat. Tapi dengan motivasi yang tepat, menuntut ilmu akan terasa ringan, bahkan sangat ringan. Jika engkau selalu gagal melakukan sesuatu, itu artinya ada ilmu yang belum engkau ketahui, tapi harus engkau  ketahui.
Subadra, renungkanlah kata-kataku ini, bahwa hal itu tak akan tercipta tanpa peran orang-orang berilmu. Jika engkau memiliki kekayaan, maka sisipkanlah sebagian untuk menuntut ilmu. Karena itu adalah investasi terbaik. Jika ada seseorang berinvestasi tanpa didasari sebuah ilmu, jika dia untung, itu karena faktor keberuntungan semata. Â Ilmu tak akan engkau peroleh dengan bermalas-malasan.
Terimakasih kakanda Arjuna, kata Subadra. Dalam kehidupan ini, diriku bersyukur pada yang maha kasih, telah mempertemukan aku dengan diri kakanda, semoga Tuhan memberikan kesehtan selalu. Arjuna berkata lagi, "Jika harus memilih antara ilmu dan harta, maka pilihlah ilmu. Karena ilmu yang tepat bisa melahirkan harta.