Mohon tunggu...
Inview
Inview Mohon Tunggu... Freelancer - Indonesia View

Cara lain melihat Indonesia dari sudut pandang berbeda, ditulis dengan santai dan bebas. Namun tetap menjaga kaedah jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Tradisi

Ramadhan Journey - Medan Kaya Akan Tradisi Kebersamaan di Bulan Ramadhan

30 Maret 2023   09:15 Diperbarui: 30 Maret 2023   09:21 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Ramadhan di Medan, foto ilustrasi oleh waspada.co.id

Ramadhan Joerney kali ini memotret Ramadhan di Sumatra Utara, ini adalah serial kedua setelah Ramadhan Journey yang memotret Tradisi Meugang di Aceh.

Suasana Ramadhan di Medan selalu terasa meriah dan penuh kebersamaan. Sebagai kota terbesar di Sumatera Utara, Medan memiliki banyak tradisi unik yang dilakukan oleh umat muslim jelang Ramadhan. Salah satu tradisi yang paling terkenal adalah pasar malam Ramadhan yang menjual berbagai makanan khas seperti ketupat, opor ayam, kolak, dan masih banyak lagi.

Selain itu juga ada tradisi Punggahan yaitu; Tradisi yang dilakukan sebagai bentuk rasa syukur dan sarana untuk berkumpul bersama masyarakat di sekitar tempat tinggal. Punggahan biasanya dilakukan di rumah dengan mengundang tetangga sekitar dan kyai untuk memimpin pembacaan tahlil dan doa, atau bisa juga diadakan di masjid atau mushola-mushola yang ada, dikutib dari berbagai  sumber terbuka.

Menu hidangan yang harus ada adalah nasi kluban, bubur nasi, dan menu wajib pada tumpeng yang harus ada yaitu apem, pasung, gedang rojo (pisang raja) dan ketan. Makanan yang dibawa ini pada dasarnya sebagai simbol datangnya bulan suci Ramadan yang diperintahkan untuk kita mensucikan diri, saling memaafkan terhadap sesama dan memohon ampunan kepada Allah SWT.

Mengenai hal ini saya menghubungi beberapa warga Medan, Ari dan Eliza Silaen. Menurut Ari, sebelum masuk Ramadhan di Medan diadakan dulu Punggahan sebagai bentuk tasyakuran dan kebersamaan dalam menyambut Bulan Suci Ramadhan.

Selain itu juga ada tradisi buka puasa di rumah, masjid dan mushalla. Namun tidak ada jadwal takjil bergiliran, karena masyarakat disana membawa masing-masing makanan untuk berbuka. Tetapi makanan yang dibawa tersebut kemudian di campur semua dan dihidangkan untuk buka bersama. Jika masih tersisa setelah shalat Tarawih mereka lanjutkan makan bersama menu buka puasa yang tadi.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Eliza Silaen di desa Labuhan Batu Utara.  Tradisi Punggahan disini masyarakat desa akan membawa makanan dan berkumpul di masjid yang berada di kampung itu. Kemudian, setelah itu masyarakat akan duduk bersama sebagai momentum mempererat tali silaturahmi, saling memaafkan dan membersihkan hati sebagai persiapan untuk menyambut Ramadhan esok harinya.

Selain itu juga ada pawai keliling dan safari Ramadhan bersama tokoh agama serta Organisasi Da'wah dan Kemasyarakatan.

Tujuan utama dari kegiatan diatas sebagai bentuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam suasana Ramadhan di Medan, terasa kebersamaan dan kehangatan di antara umat muslim. Termasuk suasana membangun saur dan juga saur bersama menjadi suasana yang sulit di lupakan.

Semoga tradisi-tradisi yang dilakukan selama bulan suci ini dapat terus dilestarikan dan menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun