Mohon tunggu...
inu wicaksana
inu wicaksana Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Psikiater

Dokter Psikiater

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cerita Pendek Psikiater

29 Mei 2021   22:28 Diperbarui: 29 Mei 2021   22:43 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba2 kepalanya ditegakkan, Sukro memandang mereka dengan nanar.
"He mau apa kau Sukro?"
Sukro tersenyum, tidak menjawab. Tapi tiba tiba tongkat yang dipanggulnya disabetkan ke sepupunya. Tidak pas mengenai kepalanya. Hanya menyerempet lehernya. Tapi sepupunya sudah menjerit. Ia terguling ke depan..

Kedua kawannya yang kaget langsung mencabut pisau dan menghambur ke depan. Dengan tetap tersenyum Sukro menyabet 2 kali secepat kilat.Kedua pisau berjatuhan kesamping. Dan sebelum mereka sadar, Sukro membuat sabetan 2 kali menyambung. Dan mereka menjerit kesakitan. Tubuh2 mereka roboh seperti pohon pisang ditebang. Sudut desa yang sepi jadi gempar . Ibu Sukro berlari sambil berteriak teriak menghentikan anaknya.

Terlambat. Dosis obat antipsikotik yg diminum Sukro dosis kontrol. Minimal. Rupanya belum bisa menekan waham dan halusinasi. Sejak aku kecil dunia sudah menolakku. Tak mengharapanku.

Wajah ibu Sukro sekarang nampak seperti wajah iblis. Sukro segera menyabetkan tongkatnya mendatar setinggi pundak. Ibunya terpukul pundaknya. Ia menjerit, terpental jatuh tanpa bergerak lagi.

Dua satpam perumahan bergerak mendekat dengan pentungan karet. Tapi wajah mereka bergetar juga. Wajah Sukro tenang  menghadapi mereka.

Mendadak Sukro melemas. Rupanya dosis obat antipsikotik masih berefek juga. Wajah Sukro jadi santai. Tongkatnya yg mirip "walking tall" jadi lunglai menghadap ketanah.

"Bawa aku ke RSJ" katanya pelan tapi tegas.  Pak RT, Kades, yang mengelilinya mengangguk angguk. Bersama sama mereka berjalan mengikuti Sukro yg berjalan gagah seperyi pahlawan. Menuju ke mobil Polsek yang akan membawanya ke RSJ.

Demikianlah Sukro mengakkhiri kisahnya. Di tengah bangsal Matswopati , bangsalku. Aku sebagai psikiaternya mendengarkan cermat. Tiga perawat jiwa ikut menndengarkan di belakangku. Dengan siswa2 praktikan Akper mengelilingi, ikut menyemak.

Sukro menunduk dan menangis tersedu.
"Anda menyesal ?" Tanyaku.
"Sangat. Untung teman2ku tidak mati. Hanya dirawat di IGD sehari. Ibu saya yg harus mondok 2hari. Krn sudah tua. Pukulan tongkat saya terlalu keras"
"Padahal kondisi mental anda sudah baik sekali dan semangat untuk hidup normal .anda besar"
"Karena  dirangsang oleh ejekan tiap hari. Saya ingin beri pelajaran sekali saja. Tapi saya jadi tak terkendali."
"Dan mereka kapok?"
"Nampaknya dok. Mereka menyadari hal itu salah. Mereka bahkan sudah minta maaf"
"Oh bagus, dan anda memaafkan?".
"Jelas dok" Ia mengangguk mantap.

Demikianlah dan Sukro menjalani terapi kerja di Unit Rehab lagi. Menanam ketela dan papaya, menyiangi kebun, menanam cabai dan beternak kambing. Karena prinsipnya ia sudah stabil, bahkan sudah rehab sendiri di rumah dengan rajin, ia cepat dipulangkan. Ibunya menjemput dgn memeluknya sambil menangis tersedu sedu.*****.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun