Mohon tunggu...
Inung Widjaja
Inung Widjaja Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan & Konseptor Bisnis

Orang Jogja yang punya skill ganteng secara otodidak

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Melogika I-Doser

15 Oktober 2015   09:08 Diperbarui: 15 Oktober 2015   09:10 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasanya asing saat pertama kali tahu judul tersebut. Ternyata saya yang katrok dan ketinggalan berita. I-Doser sedang ramai diperbincangkan. Saya alu bergegas mengumpulkan beritanya dan mempelajarinya. Rupanya dia sedang dituduh sebagai NARKOTIKA DIGITAL. Saya pun gatel mau komentar. Habisnya banyak berita lebay sih.

Kok saya mau berpendapat, memangnya ada kepentingan? Ndak terlalu penting sih. Namun, sebelum menjadi praktisi hipnoterapi dan seorang dukun, saya pernah bermain-main di audio engineering dan mengelola media online yang membahas tentang audio. Itulah kenapa saya merasa “berkompeten” menjelaskan hal ini. Saya tegaskan lagi, saya hanya “merasa berkompeten” lho ya. Saya sendiri belum pernah menjadi pengguna I-Doser. Namun, saya tetap perlu mendengarkan sebentar produk itu sebelum mulai berkomentar. Oh, ternyata hanya seperti itu. Sama dengan audio lainnya.

Gelombang Suara

Gelombang suara adalah hasil dari getaran-getaran suatu objek yang tersebar melalui udara dan disebarkan ke segala arah. Secara singkatnya objek yang bergetar tersebut mendorong molekul-molekul udara yang mengelilinginya bergerak semakin jauh. Walaupun tekanan udara tersebut telah “dikeluarkan” ke segala arah dari objeknya, molekul-molekul udara tersebut tetap akan kembali pada posisi awalnya (hanya bergetar di sekitar daerah equilibrium-nya saja), karena hal ini sifatnya lebih kepada transfer energi antarmolekul udara, bukan semata pergerakan fisik dari molekul tersebut.

Sebaran suara juga dipengaruhi oleh objek-objek yang ada pada jalur penyebarannya. Ketika perubahan pada tekanan udara ikut menggetarkan gendang telinga kita, saraf akan mengirimkan sinyal ke otak dan akhirnya diterjemahkan sebagai suara. Jadi bisa dikatakan bahwa suara memerlukan media untuk menyebar. Suara yang masuk adalah netral atau TIDAK MEMILIKI ARTI apa pun sampai pada akhirnya otak manusia memberikan arti.

Bagaimana Pola Kerja I-Doser?

I-Doser adalah berupa komposisi audio yang diatur pada frekuensi tertentu untuk menghasilkan efek tertentu pada otak manusia. Efek tersebut muncul karena suara yang dihasilkan ini dapat berpotensi mengubah gelombang otak manusia. Gelombang otak bisa naik, bisa turun.

Audio I-Doser menggunakan pola binaural. Maksudnya adalah musik ini menggunakan dua frekuensi berbeda yang didengar oleh telinga kiri dan kanan untuk hasilkan gelombang tertentu yang diinginkan. Bisa dibilang I-Doser ini bertipe stereo.

Prinsip yang perlu dipahami adalah bahwa pada frekuensi tertentu, gelombang audio dapat menghasilkan efek tertentu pada otak manusia. Jika kondisi gelombang otak turun sangat rendah, hal ini akan berpengaruh pada mental ataupun emosi. Ada yang merasa menjadi sangat-sangat rileks. Namun ada yang jadi pemarah, badan terasa panas, gatal, mau muntah, menangis tanpa tahu apa penyebabnya, dan mengalami abreaksi. Hanya itu; nyaman dan tidak nyaman.

Jika ada yang merasa kurang nyaman karena efek audio seperti ini, solusinya adalah pertama, berhenti total mendengar musik ini, banyak minum air putih, dan tidur yang cukup. Setelah bangun tidur kondisi fisik dan mental biasanya sudah lebih stabil.

Bagaimana Kok Bisa Menimbulkan Efek Tertentu?

Oh, mungkin maksudnya efeknya seperti yang tertulis di judul dari tiap audio di I-Doser ya? Ada astral projection, orgasm, marijuana, dll. Itu kan?

Dalam hal ini saya tidak begitu yakin. Ini baru sebatas tidak begitu yakin. Jadi mungkin masih bisa salah. Saya masih berpegang bahwa suara yang masuk adalah netral dan tidak memiliki arti apa pun. Untuk bisa merasakan nuansa tertentu, otak manusia perlu memori ataupun sugesti. Tanpa memori, seseorang tak bisa membayangkan apa pun, termasuk efek yang diharapkan. Pun tanpa sugesti, hal ini tak akan terjadi. Sugesti hanya bisa bekerja jika otak manusia memahami. Oleh karena itu jika suara yang masuk ke otak itu netral maka tak akan ada sugesti yang bekerja.

Sugesti

Saya curiga, efek I-Doser ini timbul karena sugesti yang dipasang pada JUDUL dari tiap file. Komposisi audio ini dirangkai sedemikian rupa dan DIBERI JUDUL dengan tujuan dapat menghasilkan efek tertentu sesuai dengan JUDUL-nya. Ini baru kecurigaan saya. Anda boleh membantu saya membuktikan hal ini. Coba saja I-Doser didengarkan ke seseorang, namun seseorang itu jangan sampai tahu judulnya apa. Saya yakin efeknya akan berbeda.

Bisa jadi juga si pembuat komposisi audio ini memunculkan suara yang mengasosiasikan terhadap sesuatu. Misalnya untuk efek orgasme. Bisa saja ada efek suara wanita yang mendesah. Saya bilang bisa saja lho ya. Ini masih ada kemungkinan salah.

Kecurigaan lain juga disampaikan oleh Adi W Gunawan, salah satu praktisi hipnosis di Indonesia.

Frekuensi binaural yang hanya membawa seseorang turun ke frekuensi otak tertentu. Ini sama dengan kondisi trance atau kondisi hipnosis. Yang (sangat) berbahaya adalah bila dalam musik ini disusupi subliminal message (SM) yang sebenarnya adalah sugesti. Sugestinya bisa apa saja. Bila yang dengar musik binaural adalah yang sangat sugestif, apalagi anak-anak, dan diberi SM tertentu, besar kemungkinannya pikiran bawah sadar pasti akan laksanakan sugesti ini.

Dalam hal ini subliminal message adalah sugesti yang tidak dapat didengar oleh telinga SECARA SADAR, namun tetap dapat didengar dan dimengerti pikiran bawah sadar. Terselubung!

Memori

Coba juga perdengarkan I-Doser kepada orang yang belum pernah punya memori tentang efek yang akan ditimbulkan. Misalnya saja efek orgasm. Efek ini tak akan bekerja pada orang yang belum pernah punya memori tentang orgasme. Memori yang dimaksud belum tentu pernah merasakan orgasme. Melihat orang/film yang ada adegan orgasmenya pun termasuk memori.

Kok Efeknya Bisa Berbeda?

Memang begitu. Kemampuan menerima frekuensi audio dari tiap manusia berbeda-beda. Hal ini tergantung dari tipe orang. Ada lho orang yang justru tenang kalau mendengarkan audio dengan frekuensi sangat tinggi. Atau karena sebab lain. Tergantung dari tingkat sugestibilitas. Dalam hipnosis, dikenal dengan istilah tingkat sugestibilitas. Ada 3 tipe, yaitu: mudah, moderat, dan sulit.

Ada lagi. Kemampuan perangkat speaker dalam menangkap dan memancarkan frekuensi pun berbeda-beda. Jadi, audio yang sama belum tentu menghasilkan efek yang sama terhadap pendengarnya. Pun audio yang sama belum tentu menghasilkan efek yang sama ketika didengarkan menggunakan perangkat speaker yang berbeda.

Misalnya saja saat mendengarkan singing bowl jika dimainkan secara langsung, saya akan merasa nyaman dan rasanya cepat sekali saya menuju gelombang otak theta. Di kondisi ini, saya sudah masuk dalam kondisi hipnosis. Namun saat mendengarkan rekaman suara singing bowl menggunakan speaker (misalnya SIMBADA), efeknya akan jauh berbeda karena speaker yang saya pakai tidak bisa memancarkan frekuensi tertentu. Mungkin bukan hanya speaker. Perangkat yang dipakai untuk merekam pun ikut berperan. Jika mikrofon yang dipakai pun tidak bisa menangkap frekuensi tertentu maka efek yang diharapkan tidak akan bisa terjadi.

Lalu apakah i-Doser bisa menyebabkan kecanduan? Segala kemungkinan bisa terjadi. Namun jika ada orang yang kecanduan i-Doser, mungkin melepas candunya akan lebih mudah ditangani karena tidak terkontaminasi zat kimia. Tapi kalau ternyata ada yang terlalu sering mendengarkan frekuensi yang sangat tinggi dan porsinya berlebihan, hal ini bisa menyebabkan penyakit fisik. Mungkin bisa pusing atau kerusakan jaringan otak karena secara fisik, otak dipaksa bekerja lebih berat dari biasanya.

Jadi apakah I-Doser bisa digolongkan sebagai narkotika? Ya jelas bukan. Wong setahu saya tuh NARKOTIKA adalah zat kimia kok. Ini tuh masuk ke dalam kategori hipnosis. Nah, bagi yang ingin merasakan sensasi tertentu, saya siap memfasilitasi hehe. Atau bagi yang kecanduan narkoba dan sudah ingin berhenti, saya juga bisa memfasilitasi. Sambil berbagi pengalaman tuh boleh iklan to? Hehe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun