
Tidak hanya itu, sekolah ini juga mencoba membantu menggali potensi setiap anak didik. Maka yang kemudian terjadi, beberapa anak sudah menemukan dunianya. Salah satunya Rayyan Luthfie Ahmad, keponakan saya ini. Hobinya pada dunia entertainment telah mengantarkannya menjadi seorang artis. Sekolah mendukungnya melalui proyek teater, hingga akhirnya Rayyan berhasil membintangi puluhan film, tidak hanya film pendek untuk festival, film dokumenter atau iklan, tetapi juga tampil di layar lebar bersama sejumlah artis ternama.
Memori Menjadi Guru
Saya ingat betul, awal datang ke Jakarta tahun 1997 sempat mencoba profesi guru. Saya mengajar di sebuah SMP dan SMA swasta di bilangan Manggarai Selatan, Tebet, Jakarta Selatan. Sekolah dengan input siswa yang IQ-nya sedang-sedang saja, bahkan ada yang berkategori sulit menangkap pelajaran.
Soal bandel, itu sudah biasa. Dalam sehari, saya pasti mendapati satu atau dua siswa yang kepergok melakukan pelanggaran. Mulai dari merokok, baju tidak dimasukkan, terlambat jam pelajaran, membolos, tidak mengerjakan PR atau rambut gondrong sampai terlibat tawuran.
Saya menghadapi keunikan setiap siswa dengan cara berbeda. Seringkali saya mengajar tidak berdasarkan buku teks. Saya mengajak mereka 'nongkrong' di kantin untuk belajar tentang ekonomi mikro (UMKM). Atau pernah juga saya mengajak mereka jalan-jalan ke Pulau Tidung Besar Kabupaten Kepulauan Seribu untuk belajar tentang potensi ekonomi laut. Hasilnya? Mereka lebih mudah menangkap materi pelajaran saya.

Terhadap siswa bermasalah, hukuman lebih kepada pengayaan pelajaran melalui tugas-tugas tambahan. Saya berprinsip bahwa nahkoda yang tangguh tidak pernah lahir dari laut yang tenang. Demikian juga dengan guru. Guru yang tangguh lahir dari banyaknya persoalan yang dihadapi di lapangan. Guru yang hebat tidak pernah lahir jika tidak ada murid bermasalah. Dan itulah yang menguatkan saya sebagai guru.
Namun sayangnya, hobi menulis mendorong saya untuk meninggalkan dunia mengajar. Saya hanya bertahan dua tahun menjadi guru, untuk selanjutnya menekuni dunia tulis menulis. Passion saya memang tidak di sana, tidak di lingkungan sekolah, tidak di depan kelas.
Sepakat dengan Mas Menteri
Saya memang tidak lagi menjadi guru. Tetapi ketika mengikuti episode demi episode dalam Semarak Merdeka Belajar yang diinisiasi Mendikbudristek Nadiem Makarim yang akrab disapa Mas Menteri sejak 2020, saya seperti mendapati mimpi jadi kenyataan.