Mohon tunggu...
Inung Kurnia
Inung Kurnia Mohon Tunggu... Penulis - Gemar berbagi kebaikan melalui tulisan

Ibu dari Key dan Rindang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Platform Merdeka Mengajar: Cerita Rayyan Terhubung dengan Guru di Tengah Shooting Film

2 April 2023   20:41 Diperbarui: 2 April 2023   21:02 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rayyan bersama artis Gisella usai nobar film Anak Titipan Setan (dokpri)

Awal Januari 2023 saya mengikuti acara nonton bareng film Anak Titipan Setan di Jogya City Mall, Yogyakarta. Nobar bersama kru dan pemain film ini sengaja saya datangi karena tertarik dengan sosok artis cilik bernama Rayyan Al Mathor, pemeran Dhika, salah satu tokoh utama film karya sutradara Erwin Arnada. Bocah berusia 10 tahun tersebut kini duduk di kelas 4 di sebuah sekolah dasar di kawasan Bantul Yogyakarta.

Saya tertarik dengan sosok Rayyan karena ia tidak hanya terlibat dalam shooting film layar lebar, tetapi juga beberapa film proyek mahasiswa ISI Yoyakarta, iklan pariwisata, iklan produk dan kegiatan sulap bocah yang dilakukan secara luring. Hari-harinya banyak disita dengan jadwal shooting. Setidaknya itu yang saya baca dan saya ikuti di media sosial Rayyan. Lantas bagaimana dengan sekolahnya?

Sang ibu, Eta Fatmawati berkisah bahwa semua kegiatan pembelajaran di sekolah bisa diikuti dengan baik oleh Rayyan meski harus shooting film. Kok bisa? "Dengan Platform Merdeka Mengajar, memungkinkan guru bisa tetap terhubung dengan Rayyan termasuk ketika berada di arena shooting," kata Eta yang saya jumpai di lokasi nobar film Anak Titipan Setan.

Ia hanya perlu berkoordinasi dengan kru film untuk mengatur kapan Rayyan shooting dan kapan harus konsentrasi belajar dengan bantuan aplikasi teknologi informasi. Rayyan cukup mengikuti panduan materi yang diberikan oleh guru di sekolahnya sesuai jadwal mata pelajaran harian. Jika ada kesulitan, maka Rayyan akan melakukan komunikasi dengan guru melalui group Whatshapp kelasnya. "Jadi peran guru dalam model pembelajaran Rayyan ini sangat besar, tentu terbantu dengan platform Merdeka Mengajar," tukasnya.

Eta mengakui setiap mendapatkan tawaran shooting maupun manggung untuk aksi sulapnya, selalu menghubungi pihak sekolah. Beruntung sekolah yang sudah menjadi salah satu pengimplementasi Kurikulum Merdeka sangat mensupport Rayyan.

"Ini kesempatan Rayyan untuk mengoptimalkan potensi diri. Silakan kalau Rayyan mau shooting. Nanti guru akan kirim materi atau bisa juga mengakses materi belajar di platform Merdeka Belajar. Juga materi-materi tambahan sebagai pengayaan," kata Eta menirukan penjelasan pihak sekolah.

Kesibukan Rayyan dalam bidang seni peran dan sulap bocah ini sudah dilakukan sejak Rayyan masih kelas 1 SD. Namun saat itu, job shooting dan manggung hanya bisa dilakukan saat libur sekolah atau sore hari sepulang sekolah.

"Waktu itu kan belum ada Merdeka Belajar, belum ada Kurikulum Merdeka. Rayyan sekolah itu wajib hadir secara fisik," jelas Eta.

Menurut Eta, anaknya Rayyan cukup beruntung. Lahir dan sekolah pada era diberlakukannya kebijakan Merdeka Belajar dan Kurikulum Merdeka. Karena melalui Merdeka Belajar dan Kurikulum Merdeka, Rayyan bisa mendapatkan hak belajarnya sekaligus hak untuk mengembangkan potensi diri.

Salah satu penampilan sulap Rayyan di sebuah TK (dokpri)
Salah satu penampilan sulap Rayyan di sebuah TK (dokpri)

Saya pun manggut-manggut. Saya jadi teringat beberapa artis cilik yang lahir di era zaman dahulu, yang terpaksa mengorbankan sekolahnya demi meniti karier di bidang entertainment. Pada akhirnya pilihan mereka adalah home schooling dengan berbagai kekurangannya.

Saya yakin, anak-anak seperti Rayyan sangat banyak. Mereka sering terbentur dengan kegiatan sekolah ketika dunianya memanggil, ketika peluang untuk menggali bakat dan potensinya datang. Pilihan sebagian besar orang tua adalah memilih sekolah meski pada akhirnya bakat sang anak tidak terasah dengan baik sejak dini. Padahal kesempatan emas itu jarang datang dua kali.

Meski belajar melalui platform teknologi, Eta menjelaskan bahwa Rayyan tercatat sebagai siswa dengan prestasi 10 besar terbaik di kelasnya. Tidak hanya itu, dari segi karakter, banyak guru memuji Rayyan.

Sebagai contoh, sekali waktu, kata Eta, di kelas Rayyan ada project belajar kelompok membuat iklan. Rayyan tentu menjadi rebutan teman-temannya. Semua ingin satu kelompok dengan Rayyan. Tetapi anehnya Rayyan memilih anak berkebutuhan khusus sebagai timnya. Alasannya, anak berkebutuhan khusus akan kesulitan mendapatkan tim.

Rayyan pun membuat script sederhana iklan produk makanan anak-anak dengan memperhitungkan timnya yang berkebutuhan khusus tuna wicara. Hasilnya, tim Rayyan mendapatkan point terbaik.

Tidak hanya itu, Rayyan seringkali mengajari teman-teman sekelasnya bagaimana trik seni sulap. Dengan peralatan sederhana, aksi Rayyan di sekolah sering membuat teman-temannya terhibur.

Menurut Eta, Rayyan bukan tergolong siswa dengan kemampuan matematika maupun sains yang bagus. Malah boleh dikatakan pas-pasan. Rayyan bahkan pernah mengalami kesulitan belajar membaca pada saat kelas 1 SD. "Teman-teman sekelasnya sudah lancar membaca, Rayyan baru hafal huruf. Belum bisa membaca sampai semester kedua," jelas Eta.

Podcast Rayyan di TVRI Yogyakarta (dokpri)
Podcast Rayyan di TVRI Yogyakarta (dokpri)

Ia pun bernisiatif mendatangkan guru les membaca ke rumah. Targetnya sederhana saja, Rayyan bisa membaca dan menulis!. "Butuh kesabaran pada akhirnya Rayyan bsa membaca dan menulis setelah mau naik kelas 2," katanya.

Bakat dunia entertainment diakui Eta sudah terlihat menonjol sejak Rayyan masih usia 5 tahun. "Suka main sulap, lalu ikutan daftar di SCTV waktu masih usia 5 tahun, tampil bareng pesulap terkenal Demian," sambung Eta.

Selain di SCTV, Rayyan pernah satu panggung offline bareng pesulap Tarno dan main seni ketoprak di TRVRI Yogyakarta. Hanya saja bakatnya di dunia entertainment sempat tersendat karena urusan sekolah.

Kini dengan platform Merdeka Belajar dan implementasi Kurikulum Merdeka, Eta berharap Rayyan bisa mengoptimalkan passionnya di dunia entertainment tanpa harus tertinggal materi pelajaran di sekolah.

Sejak diluncurkan platform Merdeka Mengajar guna mendukung implementasi Kurikulum Merdeka, kata Mendikbudristek Nadiem Makarim, kini telah ada lebih dari 1,2 juta guru memanfaatkan pembelajaran berbasis teknologi ini. Platform Merdeka Mengajar adalah platform teknologi yang disediakan untuk guru dan kepala sekolah dalam mengajar, belajar, dan berkarya. 

"Terima kasih kepada jutaan pendidik yang sudah mengakses dan saling berbagi materi di platform Merdeka Mengajar, sebuah kanal bagi guru-guru untuk belajar, untuk mengajar, dan untuk berkarya serta mendukung implementasi Kurikulum Merdeka," kata Nadiem mengutip laman kemdikbud.go.id, Jumat (19/8/2022).

Saya berkesempatan foto bareng Rayyan (dokpri)
Saya berkesempatan foto bareng Rayyan (dokpri)

Selain itu, terdapat 3,2 juta pendidik dan dinas pendidikan di seluruh Indonesia telah mengakses berbagai platform teknologi dengan akun belajar.id. Akun belajar.id yang dirilis di penghujung 2020, merupakan salah satu platform yang turut membantu akselerasi transformasi pendidikan.

Banyak guru mengakui berkat platform belajar.id, proses pembelajaran menjadi lebih efisien dan efektif. Platform belajar.id memberikan akses kepada para pengajar dan murid ke beragam aplikasi pendidikan, seperti alat-alat kolaborasi Google Workspace for Education, seperti Google Classroom, Google Meet, Google Chat, Google Drive, dan masih banyak lagi.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Balai Layanan Platform Teknologi (BLPT) berkolaborasi dengan komunitas belajar belum lama ini telah memilih 202 guru yang akan terlibat untuk menginspirasi para pendidik dalam upaya penyebaran dan peningkatan pemanfaatan platform teknologi guna mendukung implementasi Kurikulum Merdeka di 34 provinsi. 

Para guru yang ditunjuk menjadi Duta Teknologi dan Kapten Belajar.id memiliki tugas selama setahun ke depan untuk memberikan kontribusi dan menyebarkan penggunaan platform teknologi berbasis e-pembelajaran dalam mendukung peran sebagai pendidik di daerah.

"Mereka akan bergerak menginspirasi mewujudkan Merdeka Belajar melalui berbagai praktik baik dalam memanfaatkan platform teknologi. Mereka pun akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dan UPT di daerah dalam hal distribusi dan penyebaran platform teknologi berbasis e-pembelajaran ini," jelas Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) Kemendikbudristek, M. Hasan Chabibie, Kamis (16/3/2023).

Tahun ini, mereka akan dilibatkan secara langsung dalam kegiatan pemanfaatan berbagai platform e-pembelajaran yang dikembangkan. Pertama, Rumah Belajar yaitu platform konten pembelajaran bagi siswa SD, SMP, dan SMA. Kedua, platform Merdeka Mengajar (PMM) yaitu platform edukasi untuk menjadi teman penggerak guru dalam mengajar, belajar dan berkarya, dalam penerapan Kurikulum Merdeka. 

Ketiga, platform Rapor Pendidikan (PRP) yaitu platform berbasis data yang menyajikan hasil asesmen nasional dan data lain mengenai capaian hasil belajar satuan pendidikan ke dalam suatu tampilan terintegrasi.

Rayyan bersama artis Gisella usai nobar film Anak Titipan Setan (dokpri)
Rayyan bersama artis Gisella usai nobar film Anak Titipan Setan (dokpri)

Pada akhirnya saya semakin paham mengapa Kemendikbudristek perlu menerapkan kebijakan Merdeka Belajar dan Kurikulum Merdeka. Perkembangan teknologi informasi yang sedemikian pesat mengharuskan semua lini melakukan adaptsi, termasuk juga dunia pendidikan. 

Maka ketika dunia pendidikan menerapkan Merdeka Belajar dengan Kurikulum Merdeka, anak-anak berbakat seperti Rayyan akan tetap bisa mendapatkan hak belajarnya, hak sekolahnya, juga hak untuk mengembangkan potensi diri. Teknologi telah memungkinkan itu semua terjadi. Tetapi yang terpenting adalah adanya dukungan regulasi dari pemangku kepentingan dalam hal ini Kemendikbudristek.

Selamat bertumbuh dan meraih masa depan, Rayyan...Semoga apa yang kamu lakukan bisa menginspirasi anak-anak lain untuk tidak takut berkarya sejak usia sekolah. Tidak perlu khawatir karena guru makin cerdas dengan bantuan platform Merdeka Mengajar...

Mampang Prapatan 2 April 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun