Keenam, jangan sesekali memblokir kontak orang yang sedang berkonflik dengan kita. Keputusan memblokir hanya akan membuat suasana menjadi semakin tidak kondusif, malah bisa memperkeruh dan memperpanjang persoalan.
Ketujuh, tetap bertegur sama jika berjumpa. Meski harus mendapatkan respon tidak mengenakkan, tidak masalah. Tuhan tahu niat baik kita.
Kedelapan, jika dengan berbagai cara yang demikian ternyata konflik tak kunjung selesai dan si baperan malah menempatkan kita sebagai musuh barunya, maka jangan bermimpi untuk kembali menjalin pertemanan. Sudahi dengan kata maaf dan maaf. Hubungan pertemanan yang penuh toxic sungguh bukan hubungan pertemanan yang menyehatkan. Lebih baik hindari agar tidak menguras energi.
Kesembilan, tetapi berpikir positif terhadap teman yang baperan. Bisa jadi si teman memang sedang banyak masalah, sedang lelah hayati, atau sedang buruk mood-nya. berpikir positif akan membuat kita lebih nyaman dan bisa menerima kondisi apapun terkait nasib kelanjutan dari group.
Kesepuluh, berhati-hati membuat group pertemanan. Bercerita yang sewajarnya ketika sudah masuk dalam sebuah komunitas atau group. Jangan membicarakan topik di luar kepentingan komunitas atau group. Bercanda lebih baik dilakukan jika berjumpa secara offline alias luring. Sebab nyatanya emoji yang bertebaran di group WA yang bisa kita manfaatkan, nyatanya tak mampu mewakili gestur tubuh dan sikap kita di dunia nyata. Percayalah, berkomunikasi langsung akan jauh lebih mudah untuk membaca gestur seseorang.
Demikian, semoga bermanfaat untuk para makmak yang rentan baperan, rentan terlibat konflik sepele.
Mampang Prapatan 100 Oktober 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H