Tanggal 19 dan 20 September 2022, anak saya mengikuti kegiatan Asesment Nasional Berbasis Komputer (ANBK) tingkat SMP.Â
Sebagai orang tua, saya pun sempat bertanya kepada kepala sekolah terkait materi pelajaran yang harus disiapkan atau dipelajari anak. Maklum, ini hal yang baru dan sama sekali saya belum pernah mendengar cerita-cerita seputar ANBK di group ibu-ibu maupun group dasawisma.
Terus terang, sepekan sebelum pelaksanaan ANBK, saya sempat mengunjungi toko buku untuk berburu buku kumpulan soal-soal ANBK tingkat SMP. Entah saya yang tidak menemukan atau entah memang belum ada, keliling rak buku saya tidak menemukan buku kumpulan soal ANBK.
Tetapi untuk tingkat SMA, sudah ada buku kumpulan soal ANBK. Hanya untuk SMP memang belum ada, begitu kata salesgirl toko buku.
Saya pun membuka market place, berharap ada toko online yang jual buku kumpulan soal ANBK. Dan memang tidak menemukan buku kumpulan soal ANBK tingkat SMP. Beberapa aplikasi belajar berbasis internet menawarkan latihan soal-soal ANBK. Tetapi saya juga tidak begitu sreg.
Saya pun menyampaikan kegundahan tersebut kepada kepala sekolah. Dalam rapat persiapan teknis yang melibatkan semua orang tua yang anaknya terpilih mengikuti ANBK, kepala sekolah malah berujar bahwa peserta ANBK tidak perlu menyiapkan diri secara khusus terkait materi ANBK.Â
"Biasa saja bu, tidak perlu bimbel atau apalah. Karena ini kita sedang mengukur sejauh mana proses belajar mengajar di sekolah ini berjalan," kata Kepsek.
Meski lega, tak urung usai rapat saya masih meminta anak belajar. Buku-buku teks pelajaran kelas 7 pun saya sodorkan untuk dibaca ulang, walau hanya sekilas.
Sayangnya, anak saya yang mengikuti ANBK di tengah rangkaian kegiatan Latihan Kepemimpinan Dasar (LDK) OSIS, seperti tidak berminat belajar materi kelas 7. Dia memilih menyiapkan materi dan tugas-tugas LDK OSIS. Saya, pasrah saja, karena tidak mungkin pula memaksa si bocah, bukan? Secara teman sekelasnya hanya 8 yang ikut ANBK.
Uji coba ANBK dilakukan sepekan sebelum ANBK yang sebenarnya digelar. Saat itu, anak saya mengeluh katanya soal-soal saat uji coba sulit. Terutama untuk numerasinya. Meski uji coba mengaku sulit, tetap saja anak saya tidak mau menyiapkan secara khusus, belajar secara khusus.
Bersyukur saat pelaksanaan ANBK yang sebenarnya, anak saya mengaku bisa mengerjakan soal-soal ANBK baik yang numerasi maupun literasi. Ia pun sedemikian santai tidak memikirkan bagaimana hasilnya. Sekali lagi, tidak ada persiapan khusus atau belajar secara khusus ya.
Mungkin benar apa yang disampaikan kepala sekolah, bahwa memang tidak perlu persiapan khusus untuk menghadapi ANBK. Karena ANBK sejatinya hanya untuk memetakan kondisi sekolah, situasi pembelajaran di sekolah.
ANBK tidak hanya mengukur siswa, tetapi juga guru-guru dan lingkungan. Ini dimaksudkan agar hasil pemetaan lebih akurat, lebih riil.
Kepala sekolah juga menyampaikan bahwa siswa yang terpilih mengikuti ANBK diambil secara acak alias random oleh Kemendikbudristek. Sekolah tidak bisa mengintervensi siapa-siapa siswa yang akan ikut ANBK. Pengambilan secara acak ini berdasarkan data pokok pendidikan (Dapodik) siswa di Kemendikbudristek. Entah bagaimana model dan teknik pengambilan sampelnya tersebut. Karena faktanya, siswa yang mengikuti ANBK tidak didominasi anak pinter, tidak juga oleh anak yang prestasi akademiknya rata-rata. Semua ada, semua terwakili.
Dalam rapat tersebut kepala sekolah menyinggung adanya kasus di sebuah sekolah, dimana siswa yang terpilih ikut ANBK ternyata saat pelaksanaan diganti secara sepihak oleh sekolah. Nama-nama siswa memang masih sesuai dengan Dapodik, namun siswa yang mengerjakan sudah berbeda, alias system joki.
Hasilnya, kepala sekolah yang bersangkutan kena teguran, terkena skors malahan. Dan hasil ANBK pun dianulir alias tidak terpakai.
Mendapat penjelasan demikian, saya pun lebih santai. Tidak lagi membebani anak untuk menyiapkan secara khusus, belajar secara khusus. Semua berjalan seperti biasa.
Meski ANBK tak ubahnya tengah mengikuti testing semesteran, ibu-ibu korlas (koordinator kelas) tetap heboh. Persiapan konsumsi untuk anak-anak yang mengikuti ANB pun dilakukan secara khusus. Disiapkan makan siang segala. Padahal mereka juga test ANBK nggak sampai sehari full. Cukup dari pagi sekitar pukul 07.30 sampai menjelang siang saja. Tetapi nggak apalah, setidaknya anak saya tidak perlu jajan atau bawa bekal makanan. Hahaha..
Pihak sekolah malah menekankan pentingnya dukungan orang tua peserta ANBK kepada peralatan laptop. Orang tua diminta menyiapkan laptop sesuai standar ANBK dan itu yang paham pihak sekolah.
Maka sepekan sebelum uji coba, semua siswa peserta ANBK diminta membawa laptop ke sekolah. Petugas IT pun mengecek satu persatu.Â
Dari sekian puluh siswa yang mengikuti ANBK, hanya 2 laptop yang dinilai tidak memenuhi syarat. Dan siswa tersebut pun menggunakan fasilitas komputer dari sekolah.
ANBK tahun ini sebenarnya merupakan ANBK kedua. Tahun lalu ANBK dilakukan di tengah pembelajaran jarak jauh alias PJJ akibat pandemi. Katanya sih hasilnya tidak maksimal. Nah kalau tahun ini dilakukan sesuai aturan main. Semoga hasilnya maksimal dan memberi gambaran riil tentang kualitas pendidikan di sekolah anak saya.
Meski berulang kali disampaikan hasil ANBK untuk pemetaan sekolah, saya sejauh ini belum juga paham, untuk apa hasil pemetaan tersebut. Untuk peningkatan kualitas pembelajaran? Atau untuk mengintervensi sekolah melalui kebijakan? Riilnya seperti apa, bentuknya model bagaimana? Entahlah.
Mampang Prapatan 22 September 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H