Memang anak saya rela untuk tidak menyentuh HP, tetapi konsekuensi yang harus saya bayar cukup mahal juga.Â
Pasalnya, saya harus menyediakan novel-novel kegemarannya yang belum ada dalam daftar koleksinya. Gramedia pun menjadi solusinya. Selama tiga hari berturut-turut, si anak mengunjungi toko buku Gramedia.
Teknik merayu si emak pun jitu. Pada kunjungan pertama, anak saya cukup 'sopan' dan 'tahu diri'.Â
Ia hanya mengambil 5 novel terbaru karya Tere Liye. Sudah bisa ditebakkan, berapa rupiah yang harus saya bayar? Hahahahaha...
Saking gemarnya baca karya Tere Liye, anak saya sejak baru keluar dari Gramedia, sudah mulai melahap itu novel. Bahkan Ketika saya ajak makan di sebuah restoran, saat jalan menuju pulang. Dengan cepat dia menghabiskan satu buku.
Kegiatan membacanya berlanjut sampai di rumah. Ia hampir-hampir tak beranjak dari kamarnya kecuali untuk urusan shalat dan mandi. Benar-benar tidak ada kegiatan lain kecuali membaca novel. Sampai menjelang tengah malam, lampu kamarnya masih nyala terang. Ia baru beranjak tidur ketika saya menegurnya.
Usai shalat subuh, mengaji sebentar, saya melihat anak sudah mulai berkutat dengan tumpukan novel barunya. Itu dilakukan hingga lima novelnya habis dibaca menjelang petang.
Malam harinya, si anak merajuk lagi, minta ke Gramedia. Ia sudah menulis daftar buku-buku yang kemarinan 'malu' untuk diangkut serta. Masih ada 7 buku, katanya minta izin ke saya untuk membeli.
Oh ya, anak saya unik. Dia tidak mau membeli buku-buku novelnya di marketplace takut bajakan. Meski harga buku di Marketplace jauh lebih murah dibanding di toko buku Gramedia. Katanya kasihan penulisnya jika membeli buku bajakan. Top dah, saya acung jempol.
Kembali ke persoalan bukunya yang sudah habis dibaca belum sampai 24 jam. Jurus merayu dilancarkan si anak dalam berbagai kesempatan.Â
Meminta saya untuk Kembali membelikan buku novel plus komik. Pada Akhirnya sang emak pun luluh. Ini menjadi konsekuensi saya melarang anak main HP.