Mohon tunggu...
Inung Kurnia
Inung Kurnia Mohon Tunggu... Penulis - Gemar berbagi kebaikan melalui tulisan

Ibu dari Key dan Rindang

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Banjir di Kecamatan Kebumen, Mengulik Sejarah Lembah Kedungbener

16 Maret 2022   12:17 Diperbarui: 17 Maret 2022   11:46 1994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambaran sederhana irisan kulit Bumi di lokasi mataair panas Krakal, yang keberadaannya dipengaruhi oleh sesar Kedungbener (ist/ekliptika.wordpress.com)

Pada suatu saat, akumulasi gaya tersebut telah demikian besarnya sehingga melampaui daya dukung maksimum batuannya. Terjadilah pematahan secara tiba-tiba di sepanjang sesar dan energi yang tersimpan pun dilepaskan seketika sebagai getaran permukaan bumi, yang kita kenal sebagai gempa bumi.

Sesar Kedungbener masih aktif?

Dalam tulisan berjudul "Longsor dan Banjir Alian (Kebumen) November 2014, Sepotong Kisah Bumi dari Lembah Kedungbener" di laman tersebut disebutkan bahwa di masa silam Kebumen pernah diguncang gempa dengan magtudo cukup besar. Tetapi tidak diketahui apakah gempa tersebut bersumber dari pematahan segmen batuan di sesar Kedungbener atau sumber lainnya. 

Tetapi yang jelas, Kabupaten Kebumen merupakan daerah yang berhadapan langsung dengan zona subduksi lempeng Eurasia (Sunda) dan Australia yang berada di lepas pantai selatan Pulau Jawa. Kawasan ini menjadi salah satu sumber gempa tektonik dangkal dan kuat/besar di Indonesia.

Saya beberapa kali sempat berwisata ke pemandian air panas Krakal. Pemandian dengan bau belerang yang cukup menyengat tersebut berada di area pegunungan dibagian utara Kebumen. Mata air panas luah (debit) 10 liter per menit dan suhu rata-rata 40 derajat celcius dan tingkat keasaman (pH) 8 itu banyak dimanfaatkan masyarakat untuk mengobati keluhan penyakit kulit.

Air panas tersebut ternyata berasal dari reservoir alamiah yang terletak di kedalaman 1,1 kilometer dari permukaan tanah sejauh sekitar 500 meter ke utara-barat laut dari lokasi Pemandian Air Panas. Sumber air panasnya berasal dari magma yang menyelusup lewat salah satu titik di sesar Kedungbener namun terhenti di kedalaman 8 kilometer dari permukaan tanah dan membeku menjadi granit. Panas yang masih tersisa itulah yang memanaskan air di reservoir.

Selain keluar di Pemandian Air Panas, diduga reservoir yang sama juga memasok air panas dengan luah rendah ke dua lokasi, masing-masing ke Plumbon (hulu sungai Kedungbener) dan bendung Kaligending.

Gambaran sederhana irisan kulit Bumi di lokasi mataair panas Krakal, yang keberadaannya dipengaruhi oleh sesar Kedungbener (ist/ekliptika.wordpress.com)
Gambaran sederhana irisan kulit Bumi di lokasi mataair panas Krakal, yang keberadaannya dipengaruhi oleh sesar Kedungbener (ist/ekliptika.wordpress.com)

Pada artikel yang sama, juga disebutkan bahw survei geofisika pada gelombang elektromagnetik VLF (very low frequency) memperlihatkan reservoir yang sama pun memasok air panas ke bawah kantor kecamatan Alian. Hanya saja sampai kini di lokasi tersebut belum dijumpai jalan keluar ke permukaan tanah.

Saya kutip utuh tulisan di laman ekliptika.wordpress ya, mengingat soal beginian saya benar-benar awam. Sekaligus saya minta izin Bapak Muh. Ma'rufin Sudibyo, selaku pengelola laman ekliptika.wordpress.com untuk menggunakan artikelnya pada laman saya ini. Mohon izin....(sungkem)

Sesar Kedungbener muncul di kawasan yang secara tektonik telah demikian tercabik-cabik, sebagai bagian dari sejarah daratan Kebumen purba yang istimewa. Terbentuk jauh di kedalaman samudera di dekat palung laut, yang adalah tempat lempeng Australia purba bersubduksi dengan lempeng Eurasia purba, bebatuan Kebumen purba ditekan oleh gaya-gaya tektonik yang teramat kuat hingga tercabik-cabik begitu dahsyat. Di kemudian hari segenap bebatuan terangkat seiring dinamika pembentukan pulau Jawa dan lama kelamaan muncul ke atas permukaan laut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun