Serambi masjid desa yang biasanya aman, kemarinan juga sudah tergenang air pada tangga serambi paling bawah. Itu berarti debit air banjir lebih besar di banding zaman saya masih kecil.
Saya juga mendapatkan kiriman foto perahu karet di halaman rumah dan petugas Bazarnas yang siaga di lokasi. Meski sudah terbiasa mengalami banjir di desa, melihat ada petugas bazarnas dan perahu karet, sadarlah bahwa banjir tahun ini bukan banjir yang wajar.
Banjir zaman saya masih kecil yang jelas sudah berbeda dengan banjir di masa kini. Tidak ada lagi panen ikan, tidak ada lagi bocah bermain rakit batang pisang, apalagi raut kegembiraan. Banjir kini sudah diwarnai dengan kecemasan, perahu karet dan siaganya petugas bazarnas. Terkadang malah ada pembagian mie instan..
Lembah Kedungbener
Desa saya bukan satu-satunya desa yang menjadi langganan banjir di wilayah Kebumen. Mengutip laman ekliptika.wordpress.com, sejumlah desa di kecamatan Kebumen memang telah menjadi langganan banjir ratusan tahun yang lalu. Ini terjadi karena sebagian wilayah kecamatan Kebumen berada pada lembah yang dialiri sungai Kedungbener.
Sungai Kedungbener yang merupakan anakan sungai terbesar dari Sungai Lukulo di Kabupaten Kebumen memiliki hulu di perbukitan Karangsambung. Lembah Kedungbener terletak di antara pegunungan Serayu Selatan. Lembah ini memanjang dari utara (perbukitan Karangsambung) hingga laut selatan Jawa. Sungai Kedungbener menghilir ke selatan dari mata airnya di perbukitan Karangsambung sembari mengumpulkan air dari anak-anak sungai lainnya.
Lembah Kedungbener bentuknya relative lurus, memanjang dari arah utara ke selatan sepanjang sekitar 8 Km. Lembah ini terletak d perbatasan timur Kota Kebumen, termasuk di antaranya adalah desa saya, Jatisari.
Masih mengutip laman ekliptika.wordpress, lembah ini konon merupakan ekspresi permukaan bumi dari sebuah sesar (patahan/fault) yang dinamakan sesar Kedungbener atau sesar Kedungkramat. Sesar ini membentang sepanjang sekitar 12 kilometer dengan arah utara-selatan dan terbentuk tak kurang dari 2 juta tahun silam sebagai patahan turun (normal fault). Pada bagian sisi kiri ambles dan kini menjadi lembah sesar (graben). Sebaliknya semua di sisi kanan tetap bertahan dan menjadi bukit sesar (horst).
Dalam geologi, masih dari laman yang sama, sesar yang aktif merupakan zona sumber gempa yang potensial. Sebuah sesar aktif senantiasa bergerak pada kecepatan tertentu meski hanya sebesar beberapa milimeter per tahun sebagai konsekuensi dari gaya-gaya yang bekerja pada batuan di sepanjang sesar.Â
Pada suatu titik ia dapat tertahan demikian rupa sehingga melambat atau bahkan malah tak bergerak sama sekali hingga bertahun lamanya. Namun demikian gaya-gaya tersebut tetap bekerja secara terus-menerus, sehingga timbul akumulasi energi dan gaya.