Bang Aswin tidak sendiri. Ada banyak tukang tahu, tukang tempe atau pedagang asongan lainnya yang hidupnya bergantung pada penghasilan harian yang tak seberapa. Ibarat cari duit hari ini untuk makan hari itu juga. Tak ada istilah menabung atau punya dana cadangan.
Jadi bisa dibayangkan, jika tahu yang jadi sandaran hidupnya dijadikan komoditas politik, pakai acara hilang dari pasaran, bagaimana ia akan bertahan dan menyambung hidup.
Apalagi kalau ada oknum pejabat yang menilep bansos jatahnya. Bang Aswin tentu hanya bisa mengelus dada. "Ada ya, pejabat yang tega makan uang orang melarat kayak saya. Sedih. Coba sekali-kali gantiin pekerjaan saya, kelilingan dagang tahu. Apakah mereka masih sanggup berkilah bahwa uang yang dikutip tak seberapa," tutup Bang Aswin menyudahi cerita.
Pria yang hampir setiap subuh jadi muadzin di mushola tersebut, segera beranjak dan melanjutkan aktivitas dagangnya. Hangatnya sinar matahari membawa langkahnya kembali menyusuri jalan, mengetuk satu pintu ke pintu lain, menyapa sang pelanggan. Berharap hari itu, semua dagangan habis dan membawa selisih uang meski untung tipis.
Bang Aswin, sambil menarik kaleng bekas cat pun kembali berteriak lantang,"tahu-tahuuuuuu."
Mampang Prapatan 27 Februari 2022
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI