Mohon tunggu...
Inung Kurnia
Inung Kurnia Mohon Tunggu... Penulis - Gemar berbagi kebaikan melalui tulisan

Ibu dari Key dan Rindang

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Reuse hingga Donasi, Langkah Sederhana Kurangi Sampah Plastik Belanja Online

22 Februari 2022   14:14 Diperbarui: 22 Maret 2022   18:05 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Plastik double wrap dikumpulkan/dokpri

Seberapa banyak saya belanja secara online, sebanyak itu pula sampah plastik saya dapatkan. Entah itu dalam bentuk double wrap, atau sekadar plester atau solatif. Intinya tetap membawa sampah plastik.

Awalnya plastik terutama double wrap saya simpan. Rapih tertata di lemari dapur. Tujuannya untuk bisa digunakan ulang ketika saya mau mengirimkan barang. Tetapi ternyata antara sampah plastik double wrap yang dihasilkan tak sebanding dengan intensitas saya memanfaatkan kembali. Karena kegiatan belanja online saya jauh lebih sering dibanding mengirim barang.

Walhasil, itu plastik double wrap numpuk di lemari. Lumayan banyak juga. Belum lagi plastik kresek yang sering dibuat bungkus tukang sayur dan tukang buah. Seberapa besar pun tas yang saya bawa saat belanja ke pasar tradisional, bukan berarti pedagang mau menaruh belanjaan saya begitu saja masuk  ke dalam tas belanjaan non plastik. Pasti ada acara membungkus pakai plastik dulu, baru kemudian dimasukkan ke dalam tas belanjaan saya. Kebiasaan itu memang tak mudah untuk dihindari.

Nah soal plastik-plastik dari pasar atau warung ini, relative lebih mudah untuk di atasi. Saya selain membiasakan bawa tas belanjaan non kresek saat ke pasar atau ke warung, juga membawa wadah jika berencana membeli makanan siap santap. Bubur ayam, kue pancong, martabak atau apa saja.

Lantas bagaimana menghadapi sampah plastik yang dihasilkan dari kegiatan belanja online? Selain menyimpan untuk kemudian dipakai ulang (reuse) saat akan berkirim barang, plastik double wrap itu saya donasikan ke pedagang online. Kebetulan keponakan jualan makanan camilan secara online.

Ide itu muncul ketika sekali waktu datang ke rumah keponakan yang jualan camilan. Ada tumpukan barang yang siap dikirim melalui jasa ekspedisi. Dan semuanya menggunakan plastik double wrap. Lantas kenapa tidak saya donasikan saja koleksi plastik double wrap di lemari dapur?

Plastik double wrap tersebut ternyata meringankan beban si keponakan. Setidaknya jumlah plastik double wrap yang dibeli bisa dikurangi.

Langkah lainnya adalah memanfaatkan selotip atau plester sisa untuk membersihkan sofa berbahan kain. Terus terang, untuk membersihkan sofa berbahan kain dari debu dan bulu kucing sering tidak maksimal. Nah dengan plester bekas yang masih punya daya rekat baik ini, saya bisa membersihkan sofa-sofa dari debu dan bulu kucing. Caranya cukup menempel plester berulangkali memutar di sofa. Hasilnya bulu kucing dan debu bisa menempel dan terangkat sempurna. Sofa pun jadi bersih.

Nah untuk plester sisa membersihkan sofa ini, sampai sekarang saya masih belum punya solusi. Jadi maaf, masih sekadar saya gulung kemudian dibuang di tempat sampah khusus non organic. Karena untuk membakarnya pun tidak mungkin, secara rumah saya berada di pemukiman padat penduduk.

Di luar plastik double wrap, belanja online sering menghasilkan plastik kresek. Terutama jika belanja makanan di warung UMKM. Tak banyak UMKM yang sadar untuk tidak menggunakan kantong plastik. Kalaupun ada yang sudah beralih pakai kotak dari kertas, tetap saja bungkus luarnya menggunakan kantong plastik.

Selalu ada plastik menyertai/dokpri
Selalu ada plastik menyertai/dokpri

Saya sebagai konsumen tentu tak bisa berbuat apa-apa. Secara belanja online ke UMKM juga tidak dilakukan rutin. Sesekali dan UMKM-nya juga berganti-ganti. Chat dengan driver ojol untuk tidak menggunakan kantong plastik pun kurang efektif. Sebab tidak semua driver ojol membawa tas untuk melayani konsumennya.

Solusinya? Saya kumpulkan kantong plastik tersebut bersama kantong plastik yang dihasilkan dari belanja di warung atau pasar tradisional. Plastik-plastik yang terkumpul ini sebagian saya gunakan untuk membungkus sampah, sebagian besar lainnya saya sumbangkan ke pedagang sayuran. Dan mereka mau. Malah bilang terimakasih.

Apakah semua plastik sisa yang saya sumbangkan ke keponakan dan ke pedagang sayur itu aman dan bersih? Saya pastikan semuanya aman dan bersih, karena saya hanya akan mendonasikan plastik yang kondisinya memang masih bersih. Kantong plastik sisa bungkus daging ayam, sisa tahu, sisa gorengan, tentu tidak masuk dalam kelompok ini.

Ya, meski ada saja plastik yang tidak lolos persyaratan untuk didonasikan, tetapi setidaknya apa yang saya lakukan sudah dapat mengurangi sampah plastik yang dihasilkan dari belanja online atau belanja offline malah. Setidaknya bak sampah saya tinggal sedikit menyisakan sampah plastik.

Pernah terpikir juga untuk memilih pedagang saat mau belanja secara online. Yakni mereka yang memang sudah menerapkan kelestarian lingkungan dan menghindari penggunaan kantong plastik. Sayangnya belum banyak pedagang yang punya kebijakan seperti itu. Tetapi tak mengapa juga sih kalau langkah ini masuk dalam cara saya mengurangi sampah plastik dari kegiatan belanja online.

Bisa jadi, solusi-solusi saya ini terlalu kecil dan sederhana. Tetapi saya membayangkan, jika semua rumah tangga melakukan hal yang seperti saya lakukan, sampah plastik yang dihasilkan belanja online pasti bisa berkurang secara signifikan. Bukankah dari hal yang sederhana, dapat menghasilkan hal besar di luar dugaan?

Mari peduli lingkungan dengan mengelola sampah plastik belanja online, mulai dari diri sendiri, dari keluarga dan dari orang-orang terdekat kita. Salam sehat salam lestari...

Mampang Prapatan 22-02-2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun