Mohon tunggu...
Inung Kurnia
Inung Kurnia Mohon Tunggu... Penulis - Gemar berbagi kebaikan melalui tulisan

Ibu dari Key dan Rindang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kisah Bono, Menembus Pasar Basreng hingga Pelosok Negeri dengan JNE

29 Januari 2022   16:00 Diperbarui: 29 Januari 2022   16:04 2515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bono menyiapkan pesanan pelanggan online (ist/dok.pribadi)

SUMBONO Ardiansyah, warga Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat baru sekitar 6 bulan menggeluti bisnis bakso goreng alias basreng. Makanan milenial tersebut menjadi pilihan bisnisnya dengan banyak pertimbangan, seperti pangsa pasar yang lebih luas, mudah proses produksinya, mudah kemasannya dan tidak gampang busuk.

Bono, demikian biasa disapa, mengawali bisnisnya awal Agustus 2021 dengan bendera Elzato. Bekerja dalam satu tim dengan 3 teman mainnya, Bono pun memulai jualan basreng dengan menitipkan di warung-warung. Namun baru sebulan berjalan, dua temannya mengundurkan diri. Ini terjadi ketika sebagian produk basreng yang dititipkan di warung harus kembali dalam kondisi sudah rusak dan tak layak konsumsi akibat terlalu lama dipajang di ruang terbuka.

"Kami rugi sekitar 2 juta rupiah waktu itu, karena banyak produk nggak laku. Akhirnya teman pada mengundurkan diri," tutur mahasiswa Universitas Pamulang angkatan tahun 2021 tersebut berkisah.

Meski dua temannya menyerah, Bono tak putus asa. Ia tetap melanjutkan usaha jualan basreng bersama satu teman lainnya bernama Brilian dengan bendera baru PT Swara Garuda Nusa atau Swara Leo. Selain mengganti merek, ia juga mengubah strategi pemasarannya, yakni lebih banyak memanfaatkan teknologi digital terutama melalui media sosial seperti Whatshap, Instagram, Twitter dan Facebook. Hasilnya, perlahan tapi pasti, penjualan mulai meningkat.

"Makin ke sini yang pesan lewat IG dan WA makin banyak. Apalagi ada omicron, bikin orang makin mager saja," tutur Bono.

Karena itu keputusannya sudah bulat. Ia akan lebih fokus berjualan dengan memanfaatkan teknologi digital. Kalaupun memasok warung, itu sekadar menjaga langganan yang sudah mulai terbentuk.

Bono menyiapkan pesanan pelanggan online (ist/dok.pribadi)
Bono menyiapkan pesanan pelanggan online (ist/dok.pribadi)

Dan benar saja, pesanan yang datang baik melalui WA, IG dan FB datang bertubi-tubi setiap hari. Ada yang pesan basreng yang siap santap, ada juga basreng siap goreng. Pesanan melalui teknologi digital pun semakin meningkat ketika sebulan kemudian Bono bergabung pada satu marketplace.

Seiring banyaknya pembeli yang datang melalui dunia maya, persoalan baru pun muncul. Ia harus memanfaatkan jasa ekspedisi, sebab lebih dari separuh pembelinya berasal dari area luar kota bahkan luar Jawa seperti Sumatera dan Kalimantan.

"Dan ternyata ongkos kirim produk ini lumayan membebani. Beberapa pembeli terutama yang mau reseller urung membeli gara-gara ongkos kirim yang lumayan mahal," katanya.

Ia mencontohkan ketika harus mengirimkan basreng ke wilayah Tangerang Selatan. Untuk produk 50 pouch seberat 5 kg, ia harus membayar ongkos kirim Rp25 ribu. "Kalau dibebankan ke konsumen, jelas nggak mau. Tetapi kalau ditanggung penjual, itu sama saja kita nggak ambil untung," tuturnya.

Untuk menekan tarif ongkos kirim, Bono menyiasati dengan cara antar langsung. Beberapa orderan sekitar Bekasi, Cibitung, Jakarta dan Tangerang disambangi menggunakan motor.  Kecuali yang tidak terjangkau motor, ia menggunakan jasa ekspedisi. "Lelah pasti, karena sekali jalan saya bisa puluhan titik didatangi. Pernah speedometer motor saya mencapai 126 kilometer sekali jalan," tukasnya.

Bono mengantar sendiri pesanan pelanggan menggunakan sepeda motor (ist/dok.pribadi)
Bono mengantar sendiri pesanan pelanggan menggunakan sepeda motor (ist/dok.pribadi)

Tetapi seiring waktu, pemesanan dari luar kota terus meningkat. Situasi tersebut membuatnya harus berpikir ulang dengan sistem mengantar sendiri. Selain menyita waktu, sistem mengantar sendiri barang pesanan juga memiliki jangkauan wilayah yang terbatas. "Di luar area Jabodetabek tentu saya sudah nggak bisa. Padahal pesanan dari daerah lain sudah lumayan banyak seperti Yogyakarta, Klaten, Semarang bahkan Kalimantan," katanya.

Bono pun melakukan penghitungan secara cermat. Mulai dari kemasan produk yang tidak mudah rusak, ongkos kirim dan ketepatan waktu. Tiga hal tersebut sangat penting dipertimbangkan mengingat produk yang dijual berupa makanan yang gampang hancur. "Ongkos murah banyak, tetapi saya tidak yakin produk diterima dalam kondisi masih bagus dan tepat waktu," katanya.

Karena itulah, seringkali Bono menawarkan ke pelanggan terkait pemilihan jasa ekspedisi ini. "Mayoritas saya tawarkan pakai jasa ekspedisi JNE. Perusahaan ini sudah banyak cabang dan mitranya, di pelosok negeri pun sudah ada JNE," sambungnya.

Soal tarif ongkos kirim, meski sering jadi pertimbangan, tetapi banyak konsumen dari luar kota, terutama konsumen rumahan yang tidak lagi mempersoalkan. Mereka umumnya lebih memilih jasa ekspedisi yang dapat menjaga produk yang dipesan tetap dalam kondisi bagus saat sampai di tangan dan waktu yang tepat.

"Alhamdulillah, kerjaan pengiriman barang dagangan banyak terbantu oleh JNE. Perusahaan ekspedisi ini banyak direques oleh pembeli. Sebab selain ongkosnya yang relatif terjangkau, keamanan produk dan kepastian waktu menjadi pertimbangan juga," tambah Bono.

Ia ingat betul pada pertengahan November tahun lalu, ada pembeli dari luar daerah yang salah mengirimkan alamat. Akibatnya produk tak kunjung diterima pembeli. Usut punya usut ternyata pembeli yang salah mencantumkan alamat. Si pembeli mencantumkan alamat titik poin penjemputan ojek online berdasarkan map Google, bukan alamat rumah. "Makanya harusnya produk sudah diterima, ternyata lebih dari sepekan belum juga sampai," tutur Bono.

Sempat panik, tetapi akhirnya terselesaikan juga. Karena pihak kurir JNE menitipkan barang di cabang terdekat dengan alamat konsumen. "Saya pun telepon JNE pusat untuk menelusuri barang kiriman berdasarkan nomer resi, diperoleh keterangan bahwa kurir sudah mencari alamat yang dituju, tetapi ternyata alamat yang tertera merasa tidak pesan barang. Akhirnya kiriman disimpan di kantor cabang sambil menunggu pengirim atau penerima paket menghubungi," jelas Bono.

Bono memilih menggunakan jasa JNE untuk mengirimkan produk basreng ke pelanggan (ist/dok.pribadi)
Bono memilih menggunakan jasa JNE untuk mengirimkan produk basreng ke pelanggan (ist/dok.pribadi)

Bono tidak bisa membayangkan jika perusahaan ekspedisi tersebut tidak memiliki banyak mitra atau kantor cabang. Tentu akan lebih menyulitkan baik bagi kurir maupun konsumen.

"Kalau produk dibalikin ke pedagang, rugi diongkos. Karena pasti kita harus mengulang lagi kirim produk ke pembeli," jelas Bono.

Menurut Bono, banyaknya pilihan model pengiriman yang ditawarkan JNE juga sangat memudahkan proses distribusi barang. Misalnya jika pelanggan membutuhkan waktu cepat, JNE memiliki produk bernama JNE YES alias yakin esok sampai. Pelanggan yang mau ongkos kirim murah bisa pakai JNE OKE.

"Saya banyak menggunakan JNE OKE. Selain tarifnya ekonomi, JNE OKE juga bisa melayani pengiriman sampai ke kampung-kampung di seluruh Indonesia," tegasnya.

Sejak berani mengambil pesanan dari luar kota, omset basreng Bono meningkat sangat signifikan. Semula dalam sebulan omset rata-rata di bawah Rp 10 juta, sejak akhir 2021 lalu sudah meningkat menjadi Rp14 juta. Dari total omset penjualan tersebut hampir 70 persen disumbang oleh penjualan melalui online.

Bono mengakui persoalan logistik atau pengiriman barang memang menjadi masalah tersendiri bagi pelaku UMKM seperti dirinya. Meski saat ini bermunculan jasa pengiriman barang yang menawarkan ongkos kirim yang rendah, tetapi tidak semua jasa ekspedisi dapat menerima orderan hingga ke pelosok negeri. Selain itu, belum semua jasa ekspedisi bisa menjamin produk kiriman aman dan tiba tepat waktu ke tangan pelanggan.

"Beruntung ada JNE. Karena JNE, kini basreng saya sudah bisa dinikmati pelanggan dari berbagai daerah di Indonesia," tandasnya.

JNE Jadi Solusi Bisnis

Berdiri pada 26 November 1990, PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir atau JNE memulai kegiatan usahanya yang terpusat pada penanganan kegiatan kepabeanan/impor kiriman barang/dokumen serta pengantarannya dari luar negeri ke Indonesia. Perusahaan merah putih tersebut memiliki visi menjadi perusahaan logistik terdepan di negeri sendiri yang berdaya saing global dan memiliki misi untuk memberi pengalaman terbaik kepada pelanggan secara konsisten.

Untuk mewujudkan visi dan misinya tersebut, JNE yang kini sudah memasuki JNE31tahun berkarya, terus meluncurkan berbagai produk jasa pengiriman untuk berbagai kebutuhan. Produk pengiriman tersebut terbagi atas tiga divisi yakni JNE Ekspres, JNE Logistik dan JNE Freight.

Mengutip laman jne.co.id, divisi Ekspres JNE melayani kiriman paket dan dokumen peka waktu tujuan dalam negeri melalui lebih dari 1.500 titik layanan eksklusif dari penjemputan hingga pengantaran yang tersebar di seluruh Indonesia. Layanan ini memanfaatkan moda transportasi tercepat yang tersedia dan melayani beragam jenis layanan sesuai kebutuhan pelanggan.

Logo dan maskot JNE yang mudah dikenali (ist/jne.co.id)
Logo dan maskot JNE yang mudah dikenali (ist/jne.co.id)
Termasuk dalam divisi ini adalah COD JNE, Super Speed (SS), YES (Yakin Esok Sampai), OKE (Ongkos Kirim Ekonomis), Jesika (penjemputan ASI), JNE Pick-Up Point (JNE PIPO), Diplomat (layanan pengiriman barang dan dokumen bernilai tinggi), JNE Online Booking (JOB), MyJNE, HARBOKIR (Hari Bebas Ongkos Kirim), PESONA (Pesanan Oleh-oleh Nusantara), REG (Reguler), JNE Loyalty Card (JLC), Money Remittance, JNE @BOX, JNE Online Payment (JOP), JNE Trucking (JTR), International Service, dan JNE-Pop Box

Untuk divisi JNE Logistic ada Angkutan Darat JNE yakni jasa angkutan darat yang telah dilengkapi dengan GPS, Sistem Manajemen Armada, HSE Sign, Less Truck Load dan Full Truck Load. Lalu ada Angkutan Laut JNE yakni layanan jasa angkutan laut yang menggunakan fasilitas Less Truck Load dan Full Truck Load yang melayani pengaturan pengiriman atau transportasi Door To Door (DTD), Door To Port (DTP), Port To Door (PTD) dan Port To Port (PTP). Selain itu ada JNE Pergudangan yakni kiriman untuk produk volume tinggi kargo berat dan produk diangkut jarak jauh melalui jaringan rel kereta api Indonesia

Sedang untuk divisi JNE Freight meliputi Jaringan JNE Freight, Air Freight, JNE Jasa Kepabeanan, dan Ocean Freight.

Selain menawarkan berbagai produk jasa pengiriman, JNE jelas M. Feriadi Soeprapto, Presiden Direktur JNE, juga berkolaborasi dengan pihak lain untuk membantu para pelaku UMKM. Salah satunya adalah menghadirkan Smesco Fulfillment Center (gudang Smesco) yang merupakan hasil kerjasama dengan Smesco dan platform YukBisnis pada September 2021.

M. Feriadi Soeprapto, Presiden Direktur JNE(ist/jne.co.id)
M. Feriadi Soeprapto, Presiden Direktur JNE(ist/jne.co.id)

Mengutip laman smesco.co.id, Feriadi mengatakan para pelaku UMKM sering disibukkan dengan proses warehousing, pengaturan stock barang, packaging, sampai dengan pengiriman paket ke tiap buyer yang memang membutuhkan effort besar dalam proses bisnis. Hal itu berpotensi menurunkan konsentrasi terhadap upaya peningkatan penjualan, pengembangan atau inovasi produk baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

"Kolaborasi ini  menjadi langkah nyata JNEMajuIndonesia dalam memberikan kontribusi untuk memajukan perekonomian nasional. Semoga dengan kehadiran Smesco Fulfillment Center dapat mendorong kemajuan bisnis UMKM," tandasnya.

Feriadi memastikan bahwa JNE31tahun akan terus mewujudkan semangat "Connecting Happiness" yaitu mengantarkan kebahagiaan dan memberikan manfaat yang seluas-luasnya kepada seluruh masyarakat hingga ke pelosok negeri.

JNE31tahun

JNEMajuIndonesia

jnecontentcompetition2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun