Mohon tunggu...
Inung Gunarba
Inung Gunarba Mohon Tunggu... -

Suka lari, seneng renang, demen jalan-jalan, doyan makan. Suami dari bundanya bocah laki-laki :). Lahir dan besar di Jogja, tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berkunjung ke Tambang Emas Freeport: dari Atas Awan hingga Perut Bumi

29 Maret 2017   15:20 Diperbarui: 30 Maret 2017   02:00 4057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oya sebagai gambaran bagaimana saya mengalami mountain sickness level ringan, sepertinya disebabkan perbedaan ketinggian yang terbilang mendadak dan cepat. Dari Mimika yang merupakan dataran rendah tak jauh dengan tingginya permukaan air laut, saya dibawa menuju ketinggian 2000 meter (Tembagapura) dalam waktu kurang dari 1 jam. 

Lantas, selama 1,5 jam diantar ke Overlook Bunaken di Grasberg pada ketinggian 4285 meter di atas permukaan laut, alias lebih tinggi dibanding puncang Mahameru Gunung Semeru, gunung tertinggi di Jawa. Total jenderal, hanya dalam waktu 2,5 jam saya "loncat" dari 0 meter ke 4000an meter. Tak heran jika pening kepala.

Di Grasberg, 4.285 mdpl (dokumentasi pribadi)
Di Grasberg, 4.285 mdpl (dokumentasi pribadi)
"BERTEMU" SALJU CARTENZ

Tiba di Bunaken, sebelum turun dari mobil, kami diingatkan untuk selalu mengambil napas dengan pelan dan melangkah serta bergerak dengan lambat. "Ini karena oksigennya tipis. Secara prinsip, kita berada di puncak gunung. Dan, jika merasa tak kuat, napas sesak, pusing dan lain-lain, segera istirahat," begitu kami diwanti-wanti.

Benar saja, baru berjalan lima langkah, kaki saya terasa berat. Seperti berjalan di bulan. Dada seperti sempit dan gerakan terasa sekali terbatas. Alhamdulillah, dua cangkir bandrek panas membantu melegakannya.

Di kawasan gardu pandang yang berupa hamparan luas ini, saya menyempatkan berfoto maupun memotret lanskap cekungan raksasa tambang Grasberg. Secara khusus pula saya bertanya kepada rekan pemandu tentang arah pandang ke Puncak Cartenz. 

Meski awan putih lumayan melingkupi pegunungan, puncak tertinggi di Indonesia masih dapat dilihat dengan mata telanjang. Lagi-lagi, lensa sapujagad 18-270mm pada kamera DSLR membantu "pertemuan" saya dengan salju abadi yang  makin menipis itu.

Masjid bawah tanah - Al Munawwar - 1700 di bawah permukaan tanah (dokumentasi pribadi)
Masjid bawah tanah - Al Munawwar - 1700 di bawah permukaan tanah (dokumentasi pribadi)
MASJID BAWAH TANAH

Kini, beralih dari atas tanah berganti ke perut bumi. Masih di Grasberg, saya dan rekan-rekan diajak memasuki area tambang bawah tanah deep mile level zone (DMZ).

Paling berkesan adalah ketika salat dhuhur dan ashar di Masjid Munawwar yang bersebelahan dengan Gereja Oikumene Soteria. Tempat ibadah ini berhak menyandang status istimewa lantaran berada di kedalaman 1700 meter di bawah permukaan tanah. 

Rekor MURI pun direngkuh oleh PT Freeport Indonesia bersama Rekor Dunia Masjid di Elevasi Tertinggi" di ketinggian 3.730 mdpl, Masjid Al A'raf. Salut!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun