Mohon tunggu...
Inung Gunarba
Inung Gunarba Mohon Tunggu... -

Suka lari, seneng renang, demen jalan-jalan, doyan makan. Suami dari bundanya bocah laki-laki :). Lahir dan besar di Jogja, tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jogja yang Tak Habis-habis

26 Juli 2010   06:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:36 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Trunojoyo, Jakarta.
Pembuluh Ibukota itu terbilang lengang kemarin malam.Saya berkuda besi tanpa sentakan gas maupun rem, jalanan memang begitu lapang bagi roda dua.

Melirik speedometer, jarum kecepatan mentok di angka 40, terpatok pada gigi persneling 2 dan 3. Wuihhh... laju sepelan ini bukanlah watak Jakarta. Dan saya menikmati alunnya tanpa terburu.

Di ruas Pattimura, siluet kanopi dedaunan angsana serupa lorong panjang berpendar lampu merkuri. Ujung jalan membujur meliuk seolah menyeret saya ke satu tempat di masa berselang.

Alih-alih menjejak aspal Jakarta yang beku bekas diguyur hujan bulan Juli, roda karet seakan mengukur ruas jalan Menukan, Gayam, Kota Baru, hingga Bulaksumur. Kadang juga memilih Taman Siswa, seputar Kraton dan Malioboro.

Itulah jejalanan yang kutempuh bertahun lalu dari rumah teduh di tepi selatan Jogja hingga sisi utara Kampus Biru
***

Kawan, tak tahu kenapa senyap sepenggal jalan semalam seolah mampu membawaku ke kota kelahiran itu. Mungkin ini saatnya merindu.

Meski banyak kawan bilang, kotaku mulai sesak dan pekak oleh klakson, aku tetap bertahan membayangkannya tak sekalap Ibukota.

Nun jauh di masa Mataram, kota ini pun memang dibangun di tengah garis imajiner antara laut dan gunung dengan Tugu dan Kraton selaku patoknya. Jarak kota dengan pantai 25 kilometer, begitu pula bentangan hingga Kaliurang di punggung Merapi.

Gunung Merapi, dilihat dari arah Deles, Klaten, Jawa Tengah (Inung Gunarba)

Tak terhitung pula angkringan yang aku singgahi, juga sate klathak, dan soto Klebengan.Tentu komplit dengan kudapan keramahan untuk saudara kita yang bertamu dari negeri lain.

Aku pernah bertutur tentang ini lewat Jogja Hospitality. Di kotak komentar, sahabat Morishige mengaku: "...kalo Jogja sih sampe sekarang masih murah senyum. Banget. Orang-orangnya suka nolongin tanpa diminta. Ibu saya aja sampe bilang gini, "Sejak kuliah di Jogja kamu kok jadi tambah sopan aja." :D

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun