Pengorbanan ibu memang tak terhitung jumlahnya. Ibu rela melakukan apapun demi aku. Saat tiba waktu makan, ibu rela memberikan jatah lauk ibu kepadaku.
“Nak, itu lauknya makan aja, habiskan semua,” ucap ibu saat makan bersama dirumah
“Terus ibu makan pakai lauk apa?”
“Udah makan aja, ibu tadi sudah, kok,” jawab ibu sambil memberikan lauk tersebut kepadaku.
Aku tahu bahwa ibu berbohong mengatakan hal itu. Walau aku tidak mau menerimanya, namun ibu tetap bersikeras memberikan lauk tersebut kepadaku. Banyak lagi kejadian lain yang ibu lakukan. Hingga aku tak mampu merangkainya lewat kata-kata untuk menggambarkan pengorbanan yang ibu lakukan.
Ibu...
Memang benar lirik lagu yang selama ini kudengar “Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa...” Kasih yang ibu curahkan tetap kurasakan meskipun aku sudah menginjak usia remaja. Kejadian sore itu masih terngiang di benakku hingga saat ini.
“Bu, Inud mau ke warnet dulu, mau lihat hasil tes,” pamitku kepada ibu
“Iya Nak, hati-hati ya, semoga hasilnya sesuai dengan yang kamu harapkan.”
“Iya Bu, amiin,” kuhampiri dan kucium punggung tangan ibu lalu kulangkahkan kaki mengambil sepeda yang sedari siang terparkir di depan rumah
“Bu, Inud berangkat dulu,” seruku kepada ibu yang ternyata ikut membuntutiku hingga depan rumah.