Nangkring bertema "Inovasi Strategi Bisnis di Media Online" ini akhirnya dimulai. Satu persatu, mbak Wawa si moderator memperkenalkan narasumber atau pembicara, yaitu mas Nurulloh (admin Kompasiana), lalu mas Wahyu Aditya (dari Hellomotion) dan yang ketiga Pak Andre Vincent Wenas dari JNE.Â
Saya penasaran, nangkringnya Kompasiana ini rasanya seperti apa. Heran saja, kok bisa ya JNE diajak nangkring? Karena setahu saya JNE itu kan perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengiriman barang atau dokumen. Tapi kok bisa nggandeng Kompasiana yang katanya media massa ala warga? Apa hubungannya JNE dengan Kompasiana? Ada kong kalikong apa antara keduanya? Itulah pertanyaan saya sewaktu baca pengumuman nangkring Kompasiana yang say abaca beberapa saat lalu.
Akhirnya pertanyaan-pertanyaan saya terjawab. Maklum, lagi-lagi mohon maklum nggih, saya agak kurang gaul soal dunia internet.
Waktu mas Nurull angkat bicara, saya baru tahu apa itu Kompasiana. Saya kira selama ini orang-orang yang nulis di Kompasiana cuma wartawan atau profesional saja, tapi ternyata siapapun bisa nulis di Kompasiana. Ternyata, Kompasiana itu mirip facebook ya? Hehe… Tapi ini beda dari Facebook. Dari nangkring alias seminar ini saya baru tahu kalau ternyata Kompasiana itu termasuk media sosial. Media sosial yang merupakan produk pers. Jadi, kalau nulis di Kompasiana harus hati-hati. Walaupun Kompasiana ini mirip blog kroyokan, bukan berarti saya bisa nulis sembarangan.
Selain belajar nulis di Kompasiana, ternyata bisa punya banyak teman seperti di facebook. Bahasa modernnya sharing and connecting.
Lalu selain mas Nurull, yang saya tunggu-tunggu untuk angkat bicara adalah pembicara dari JNE. Pak Andre Vincent Wenas  akhirnya menjelaskan bahwa ternyata JNE itu punya prinsip connecting happines.
Maksudnya apa? Setelah dijelaskan lebih jauh oleh pak Andre, maksud dari connecting happiness itu kebahagiaan orang yang mendapat kiriman barang yang diinginkan dalam kondisi baik dan dalam waktu yang relatif singkat. Inti yang saya dapat adalah soal kepuasan para pelanggan yang menggunakan jasa JNE.
Dari materi-materi yang disampaikan pak Andre, saya jadi bisa membandingkan antara JNE dengan jasa kurir/logistik lain yang banyak membuka lapak di Indonesia.
Saya sendiri pernah dapat kiriman paket dari toko buku online langganan saya yang ngirim buku pesanan saya lewat JNE. Waktu saya dan keluarga tidak sedang di rumah, paketnya nggak ditaruh diemperan rumah begitu saja. Tapi dibawa ke kantor JNE lagi untuk kemudian menghubungi saya via telepon bahwa saya dapat kiriman paket.
Berbeda dengan jasa kurir lain yang pernah ngirim paket ke rumah saya. Tukang kurirnya naruh di emperan rumah begitu saja saat saya nggak ada di rumah atau pas lagi kerja. kalau begini kan bahaya juga jika isi paket yang nilainya penting dan ditunggu-tunggu bisa hilang diambil orang kalau ditaruh di emperan.