KH. Arwani Amin menulis sebuah buku mengenai qiraat sab'ah berjudul Faidhul Barakat fi Sabil Qiraat, yang menjadi salah satu pedoman utama yang digunakan berbagai institusi pendidikan Islam. Buku ini terdiri  dari 30 juz, dengan menggunakan tulisan tangannya sendiri.  Selain buku Faidhul Barakat fi Sabil Qiraat, KH. Arwani Amin juga menulis buku Risalah Mubarokah. Buku ini berisi tuntunan praktis bagi para murid atau pengikut tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah. Buku ini di terbitkan oleh percetakan Menara.
3. Aktif dalam Tarekat
Selain pondok tahfiz dan buku, KH. Arwani Amin juga mengembangkan tarekat Naqsyabandiah Khalidiah di Kudus pada sekitar tahun 1960 setelah mendapat ijazah sebagai mursyid yang diberikan oleh KH. Muhammad Mansur di Solo. Kegiatan tarekat ini berpusat di Masjid Kwanaran.
KH. M. Arwani Amin juga pernah menjadi pimpinan Jamiyah Ahli ath-Thariqat al-Mutabarah yang didirikan oleh para kiai pada tanggal 10 Oktober 1957 M. Sekarang organisasi ini lebih dikenal dengan sebutan JATMAN.
Konsep Pendidikan KH. Arwani Amin
KH. M. Arwani Amin mempunyai konsep dalam pendidikan al-qur'an, baik yang diterapkan di pondok tahfiz yang dipimpinnya ataupun yang dikembangkan dalam masyarakat. Di antara konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ikhlas. Santri yang sedang mempelajari al-qur'an harus berlandaskan keikhlasan semata karena Allah swt. dan sehubungan dengan itu, KH. Arwani Amin memberikan keputusan hukum kepada seluruh santrinya supaya tidak mengikuti perlombaan semacam MTQ dan MHQ.
2. Taat dan patuh. Para santri harus taat dan patuh kepada tata tertib yang sampai sekarang selalu disosialisasikan di Yanbu'ul Qur'an, tertera tanda tangan KH. Arwani Amin dalam tulisan bahasa arab dan arab pegon. Barangsiapa yang melanggar akan dikenai sanksi.Â
3. Pentingnya kualitas. Di masa akhir hidupnya, KH. M. Arwani Amin menyampaikan kepada para santrinya sebuah pesan yang dalam dan penuh arti, sedikit yang berkualitas lebih baik dari pada banyak tetapi tidak berkualitas. Setiap kali mengajar, KH. Arwani Amin merupakan seorang yang perfeksionis. Santri harus menguasai dengan baik dan benar, setelah mengulangi bacaan dengan tepat barulah KH. Arwani Amin merasa yakin dan puas kemudian boleh pindah ke ayat berikutnya.
4. Sabar dan teliti. Butuh waktu satu minggu sampai satu bulan bagi seorang santri yang belajar al-Fatihah kepada KH. Arwani Amin. Hal ini menunjukkan ketelitiannya dalam mendidik santri sekaligus membuktikan kualitas santri yang belajar padanya.Â
Pada tahun 1985 KH. M. Arwani Amin melaksanakan salat Jumat keliling desa di Kudus dan Jepara. Tercatat total sekitar 83 masjid ia kunjungi. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana bacaan al-Fatihah para imam salat Jumat. Para imam yang menurutnya belum membaca al-Fatihah dengan benar akan dibimbingnya, terutama para imam yang menjadi jamaah tarekat yang dipimpinnya.