Alkisah, ada seorang anak bernama Arya. Arya bersekolah di SMP Nusantara. Dia punya teman bernama Beno. Mereka berteman sejak kelas 1 SMP. Sekarang mereka sudah berada di kelas 3 SMP.
Arya tinggal bersama dengan Ibu dan Adiknya. Bapaknya sudah tiada. Ibunya menjadi kepala keluarga yang bekerja apa saja. Pagi pagi ibu sudah bekerja untuk berjualan jamu gendong sampai siang. Kemudian sore ke malam, ibu menjadi tukang cuci atau pijat keliling.
Sarung, adalah benda yang terakhir diberikan Bapak pada saat Arya berulang tahun ke 12. Sarung itu diberikan ketika Arya sudah Balig. Sarung itu diberikan agar Arya tidak lupa untuk beribadah apalagi sudah masa balig.
Sarung itu sering sekali dipakai oleh Arya. Bahkan kadang dipakai juga oleh Ibunya untuk berjualan jamu. Â Sarung itu menjadi rusak. Warna pudar, beberapa jahitannya mencuat keluar dan agak bolong dibagian bawah.
Kelas 3 SMP adalah masa masa ujian. Ada ujian tulis dan juga praktek. Besok, ada ujian praktek solat di sekolah. Semua siswa wajib membawa sarung.
Pagi hari ketika ingin ke Sekolah untuk ujian praktek, sarung yang sudah Arya siapkan menghilang. Ditanya ke adiknya dijawab, sarungnya dipinjam ibu untuk berjualan. Arya pun hanya terduduk lemas.
Di Sekolah hari itu, Beno tidak melihat Arya. Padahal kemarin Arya masih masuk sekolah dan hari itu mereka akan ada ujian praktik solat. Beno bertanya tanya apa yang terjadi pada Arya. Sepulang sekolah dia akan ke rumah Arya.
Pulang sekolah tiba, Beno pergi ke rumah Arya.
Beno : "Tok tok tok, Assalamualaikum, Aryaaaa"
Gak lama suara pintu terbuka, muncul Arya.
Arya : "Waalaikumsalam, eh Ben. Ada apa kemari?"
Beno : "Kamu tadi gak masuk sekolah. Kenapa?"
Arya pun menceritakan masalah yang terjadi. Bahwa sarung yang sudah disiapkan dipakai ibunya untuk berjualan jamu.