Namaku adalah Zerlinda Shamika. Aku biasa dipanggil Linda. Ibuku selalu bilang bahwa aku ini adalah gadis cantik bagaikan matahari yang baru terbit. Ayahku sudah meninggal saat aku masih berada di sekolah dasar. Ayahku merupakan seorang dokter yang cukup terkenal dikarenakan kepintaran dan kebaikannya. Semenjak Ayahku meninggal, Ibuku hanya bergantung kepadaku dan sangat berharap aku bisa menjadi dokter sepertinya. Andai Ibuku mau mendengarkanku.
Suster Naomi : "Linda, ayo bangun sudah jam berapa ini? Bisa-bisa kamu telat masuk sekolah."
Linda :"Hooaam, huh? Ah, sungguh aku sangat lelah. Biarkan aku tidur 5 menit lagi Naomi."
Suster Naomi : "Hey! Kamu mau telat lagi seperti kemarin? Apa kamu mau dimarahi lagi oleh Ibumu?"
Linda : "Tentu aku tidak mau. Lagipula kenapa Ibu selalu memarahiku? Huuuft."
Suster Naomi : "Linda, Ibumu seperti itu karena ia sayang sama kamu. Ibu ingin kamu menjadi yang terbaik. Suster Naomi yakin Ibu memarahimu untuk kebaikan kamu sendiri juga. Sudah sekarang cepat mandi, Suster sudah menyiapkan sarapan kesukaanmu di meja makan."
Akhirnya akupun bergegas mandi dan memakai seragam. Aku segera berjalan menuju meja makan. Terlihat sup jagung dan susu terletak disana. Aku segera duduk dan makan sarapanku sebelum berangkat sekolah. Terdengar langkah kaki dari arah kamar orang tuaku.
Ibu : "Pagi Linda. Mengapa mukamu cemberut seperti itu? Anak ibu yang cantik ayo senyum."
Linda : "Iya, Bu. Linda hanya merasa sangat lelah, semalam Linda begadang mengerjakan tugas sekolah, Bu."
Ibu : "Kan Ibu sudah bilang, kerjakan tugasmu seusai pulang sekolah. Bukan dikerjakan sebelum tidur. Memangnya kamu melakukan apa seharian kemarin? Melukis lagi? Sudah Ibu bilang ja-"
Linda : "Bu, cukup. Linda sudah bilang berkali-kali Linda suka melukis. Tolonglah Bu dengarkan Linda sekali ini saja, Linda tidak bisa menjadi dokter seperti Ayah dulu. Linda tidak bisa memaksakan otak ini Bu."