Ibu : "Linda. Almarhum Ayahmu ingin kamu menjadi dokter. Kamu jangan mengecewakan dia Linda. Ibu mohon."
Karena muka sedih yang dipasang Ibu, akupun minta maaf atas perkataanku. Dan aku segera pergi ke mobil untuk berangkat sekolah.Â
Kelas hari ini sungguh membosankan. Bu Anita sedang menjelaskan pelajaran matematika yang membuatku pusing dan mengantuk. Akupun mengambil secarik kertas dari bukuku dan mulai menggambar untuk menghilangkan rasa kebosananku. Rose, teman sebangkuku terusÂ
menyenggolku sedari tadi. "Hey Linda! Berhenti menggambar, Bu Anita nanti akan menegurmu." bisik Rose. "Tenang saja dia juga tidak akan menyadarinya Rose. Lihat gambarku ini, aku menggambar diriku sedang me-"
BRAKK. Seluruh kelas tertuju padaku. Bu Anita terlihat sudah berdiri di depan mejaku. "Sedang apa kamu? Dari tadi tidak memperhatikan Ibu menjelaskan di depan?" omel Bu Anita. "Maaf Bu, saya tidak akan mengulanginya lagi." jawabku. Guru matematika itu mengambil kertas gambaranku dan menyobeknya. Aku hanya terdiam tidak berkata-kata. "Setelah bel pulang kamu ke ruangan Ibu, saya akan panggil orang tua kamu." tutur Bu Anita.
KRIIING. Bel pulang pun sudah berbunyi. Aku segera berjalan ke ruangan Bu Anita, dari jendela sudah terlihat Ibuku sedang berbincang dengannya. Aku masuk dan duduk sebelah Ibuku. Bu Anita menunjukkan sobekan gambarku kepada Ibu. Ibuku memberi tatapan yang sangat mengerikan kepadaku. Ibuku hanya meminta maaf dan meminta Bu Anita untuk mengawasi aku agar aku tidak mengulangi perbuatanku yaitu menggambar.
Setelah kejadian itu aku dan Ibuku segera ke mobil dan jalan pulang.Â
Ibu : "Bukannya Ibu tadi pagi sudah memberi tahu kamu? Apa itu kurang Linda?"
Linda : "Tapi Linda sudah bi-"
Ibu : "BILANG APA LINDA? Ibu sudah cukup muak dengan semua ini. Ibu hanya ingin kamu fokus belajar, sebentar lagi sudah masa ulangan Linda. Cukup dengan hal melukis dan menggambar ini. Jika Ibu melihat kamu sekali lagi menggambar atau melukis, Ibu akan menyita semua barang-barang kamu. Ibu jadi menyesal membelikan kamu barang-barang tidak berguna itu."
Linda : "Tidak berguna? Ibu tarik kembali ucapan ibu. Hanya itu yang Linda suka. Melukis dan menggambar membuat Linda bahagia Bu. Linda juga sudah berusaha memperlihatkan hasil lukisan Linda kepada Ibu. Namun Ibu tidak pernah mau melihatnya, Ibu selalu sibuk sendiri dengan pekerjaan Ibu. Ibu jarang sekali menyempatkan waktu bersamaku. Yang Ibu tahu hanya menyuruh aku untuk belajar, belajar, dan belajar supaya bisa menjadi dokter seperti Ayah. Linda tidak pintar untuk hal seperti itu Bu. Linda sudah bilang dari awal."
Ibu : "Sudah. Ibu tidak mau mendengar alasanmu lagi. Sekarang kamu turun dan kerjakan pekerjaan rumah dari gurumu. Ibu ada pekerjaan sebentar. Maafkan Ibu sudah berteriak kepada kamu tadi, Ibu hanya terbawa emosi. Tolong belajarlah dengan giat ya, Nak."