Mohon tunggu...
Healthy

Mari Mengenal HIV-AIDS Lebih Jauh

6 Desember 2016   20:07 Diperbarui: 6 Desember 2016   20:19 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Oleh Audric Albertus S.Ked, dr. Stevent Sumantri Sp.PD

Menurut WHO (World Health Organization), telah lebih dari 70 juta orang yang terjangkit virus HIV dan sekitar 35 juta pasien meninggal karena HIV. Sebanyak 36,7 juta orang di dunia sudah terjangkit HIV sampai akhir 2015 dan sebanyak 1,1 juta orang meninggal karena penyakit ini.

Apa perbedaan HIV dan AIDS?

Sering kali kita bingung apakah perbedaan HIV dan AIDS. Apakah kedua hal tersebut berbeda atau sama. HIV kepanjangannya adalah Human Immunodeficiency Virus, sehingga HIV adalah sebuah virus. Virus ini menyerang sistem imun yang akan menyebabkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah tahap akhir dari penyakit HIV. Tidak semua orang yang terjangkit HIV dapat sampai ke stadium infeksi ini. AIDS adalah kerusakan sistem imun yang dapat menyebabkan sang penderita lebih mudah terjangkit infeksi oportunistik, seperti misalnya penyakit pneumonia, tuberkulosis, dll. Sehingga dapat disimpulkan, HIV adalah virus dan AIDS adalah kondisi yang disebabkan oleh HIV.

Siapa saja yang dapat terjangkit HIV?

Virus HIV dapat menyebar melalui hubungan seks lewat anal maupun vagina, penggunaan jarum suntik yang bergantian dari orang yang terjangkit, atau penularan dari ibu yang terjangkit kepada bayinya. Hubungan seksual melalui oral memiliki resiko rendah untuk terjangkit HIV. Akan tetapi, apabila anda melakukan seks oral dan memiliki luka atau sariawan pada mulut, penyakit gusi, infeksi menular seksual pada tenggorok, atau pekerjaan gigi dalam jangka waktu pendek dapat meningkatkan resiko untuk terinfeksi.

Untuk mengetahui anda memiliki resiko untuk infeksi HIV, anda dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

  • Apakah anda melakukan hubungan seksual dengan seseorang HIV-positif atau orang yang tidak diketahui status HIV nya sejak tes HIV terakhir anda?
  • Apakah anda menggunakan obat-obat injeksi (termasuk steroid, hormon, atau silikon) dan penggunaan alat, seperti jarum suntik, bersamaan dengan orang lain?
  • Apakah anda menggunakan seks untuk mendapatkan makanan, tempat tinggal, obat-obatan, atau uang?
  • Apakah anda telah terdiagnosis, atau mendapatkan pengobatan untuk penyakit menular seksual, seperti sifilis dan herpes?
  • Apakah anda telah terdiagnosis atau mendapatkan pengobatan untuk hepatitis atau tuberculosis?
  • Apakah anda pernah melakukan hubungan seksual dengan orang-orang yang memiliki faktor resiko yang ditulis di atas atau yang anda tidak ketahui riwayatnya?

Apabila anda menjawab iya dari pertanyaan diatas, maka anda memiliki resiko tinggi untuk infeksi HIV dan sebaiknya menjalani tes HIV.

Siapa saja yang harus untuk dilakukan skrining tes HIV?

Pemeriksaan HIV tentunya harus dilakukan pada orang yang memiliki resiko tinggi untuk terkena HIV, seperti penggunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Aditif lainnya) suntik, pekerja seksual komersil, klien dari pekerja seksual komersil, pasangan seksual lebih dari satu, hubungan seksual sejenis, dan populasi penjara. Selain itu, pada semua pasien tuberkulosis, infeksi menular seksual, pekerja rumah sakit, dan ibu hamil juga disarankan untuk melakukan skrining tes HIV.

Apa saja tanda dan gejala HIV?

Anda dapat terjangkit HIV dan tidak memiliki tanda dan gejala, dan ketika dilakukan pemeriksaan tes HIV dapat tidak menunjukkan hasil positif selama tiga bulan setelah infeksi. Hal ini yang disebut dengan masa jendela (window period) HIV, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk HIV masuk ke dalam tubuh manusia sampai terbentuknya antibody. Gejala HIV biasa hanya gejala flu biasa, seperti demam, lemas berat, ruam pada kulit, pembesaran kelenjar getah bening, nyeri otot, nyeri tenggorok, dan sariawan pada mulut. Gejala-gejala ini dapat disebut dengan sindroma retroviral akut dan dapat terjadi selama beberapa hari sampai beberapa minggu. Klinis pasien dapat berbeda-beda dari klinis terlalu berat sampai harus masuk instalasi gawat darurat atau bisa juga hanya merasa tidak enak badan. Akan tetapi, harus juga ditekankan bahwa tidak semua orang dengan gejala-gejala tersebut adalah pasien HIV.

Setelah fase akut, virus akan menjadi kurang aktif di dalam tubuh selama 10 tahun, dan pada masa ini biasanya pasien tidak memilki gejala sama sekali. Pemeriksaan tes HIV akan mendeteksi virus pada periode ini. Hal ini yang menjadi alasan mengapa sangat penting untuk orang-orang seksual aktif secara rutin diperiksa karena tanda dan gejala infeksi HIV sering kali terlewat atau disalahartikan.

Apakah pasien HIV dapat sembuh?

Sampai sekarang belum ada prosedur atau obat yang dapat mengeliminasi virus HIV dari tubuh pasien HIV atau mengembalikan kembali kerusakan pada sistem imun. Namun, terapi HIV dalam beberapa tahun terakhir ini telah meningkatkan secara drastis kualitas hidup pasien HIV dan memperpanjang umur pasien HIV.

Apa yang harus saya ketahui mengenai terapi HIV?

HIV diterapi dengan kombinasi obat yang akan melawan infeksi HIV. Terapi ini dinamakan terapi antiretroviral (ART). ART bukanlah untuk menyembuhkan, tetapi untuk mengontrol virus sehingga pasien dapat hidup lebih lama, sehat, dan menurunkan resiko untuk menyebarkan HIV ke orang lain. ART terdiri atas kombinasi dari obat HIV yang harus diminum setiap hari. Cara kerja dari obat HIV adalah untuk mencegah HIV untuk bertambah banyak, sehingga menurunkan jumlah HIV dalam tubuh. Kurangnya HIV dalam tubuh akan memberi kesempatan sistem imun untuk membaik dan melawan infeksi maupun kanker. Walaupun tetap ada beberapa HIV di dalam tubuh, sistem imun akan cukup kuat untuk melawan infeksi dan kanker.

Dengan menurunkan jumlah HIV dalam tubuh, obat HIV juga menurunkan resiko terjangkitnya virus terhadap orang lain. ART direkomendasikan kepada semua pasien HIV, tidak peduli berapa lama pasien sudah mendapatkan HIV dan seberapa sehat pasien tersebut. Karena, jika tidak diterapi, maka HIV akan melawan sistem imun dan akan berkembang menjadi AIDS, dimana memiliki prognosis yang jauh lebih buruk.

Untuk keterangan dan diskusi lebih lanjut silahkan hubungi stevent.sumantri@gmail.com atau twit di @steventmd.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun