Sel Surya Perovskite adalah perangkat fotovoltaik yang menggunakan bahan perovskite sebagai lapisan aktif untuk menyerap cahaya dan mengubahnya menjadi listrik. Struktur perovskite biasanya memiliki rumus kimia ABX3, di mana A adalah kation organic atau anorganik, B adalah kation logam (seperti timbal), dan X adalah anion halide (seperti iodide, klorida, atau bromida). Sel surya ini telah berkembang pesat karena efisiensinya yang tinggi, biaya produksi yang relatif rendah, dan fleksibilitas aplikasinya.
Keunggulan utama dari teknologi ini adalah efisiensinya yang cepat meningkat, dari sekitar 3% menjadi lebih dari 25% dalam decade terakhir. Dibandingkan dengan sel surya silikon tradisional, PSC lebih mudah dan murah diproduksi, serta dapat diterapkan pada substrat fleksibel.
Lapisan -- Lapisan Pada Solar Cell Perovskite
Struktur sel surya perovskite terdiri darii beberapa lapisan, dimana setiap lapisan memiliki fungsi penting dalam proses konversi energi cahaya menjadi Listrik. Berikut adalah penjelasan mengenai lapisan-lapisan tersebut:
ITO glass (Indium Timah Oksida glass): ITO (Indium Timah Oksida glass) adalah substrat transparan yang konduktif secara elektrik. ITO memiliki dua peran penting dalam sel surya perovskite:
- Elektroda Trasparan: Karena sifatnya yang transparan terhadap cahaya dan konduktif secara listrik, ITO memungkinkan cahaya matahari masuk ke dalam lapisan perovskite sambil berfungsi sebagai elektroda depan untuk mengumpulkan elektron.
- Substrat Mekanis: ITO glass juga berfungsi sebagai substrat tempat lapisan-lapisan lainnya dibentuk.Â
Bahan ITO terdiri dari campuran indium oksida (In2O3) dan timah oksida (SnO2), yang memberikan sifat konduktivitas tinggi dengan transparansi optik yang baik.
ETL (Electron Transport Layer): Lapisan transport elektron (Electron Transpost Layer, ETL) adalah lapisan yang ditempatkan di atas ITO dan berfungsi untuk memindahkan elektron dari lapisan perovskite ke elektroda depan (ITO). ETL membantu mengurangi rekombinasi muatan dan meningkatkan efisiensi sel surya. Bahan yang sering digunakan untuk ETL meliputi:
- TiO2 (Titanium Dioksida): Sering digunakan dalam sel perovskite karena stabilitasnya yang baik dan kemampuannya dalam mengangkut elektron dengan efisien.
- SnO2 (Tin Oxide): Alternatif yang memiliki mobilitas elektron lebih tinggi, sehingga memungkinkan pergerakan elektron yang lebih cepat.
Lapisan Perovskite
Lapisan perovskite adalah inti dari sel surya perovskite, dimana proses penyerapan cahaya dan pembangkitan muatan terjadi. Lapisan ini menyerap foton dari sinar matahari dan menghasilkan pasangan elektron-hole. Bahan perovskite biasanya terdiri dari campuran organik dan anorganik dengan struktur ABX3, di mana A adalah kation organik (misalnya metilammonium atau formamidinium), B adalah logam (biasanya timbal atau timah), dan X adalah halide (misalnya iodide atau bromide). Lapisan ini penting karena memiliki koefisien penyerapan cahaya yang sangat tinggi, artinya hanya lapisan tipis yang diperlukan untuk menyerap sebagian besar cahaya yang masuk.
HTL (Hole Transport Layer)
Lapisan transport hole (Hole Transport Layer, HTL) ditempatkan di atas lapisan perovskite untuk memindahkan hole (muatan positif) ke elektroda belakang. HTL juga membantu mencegah rekombinasi hole dengan elektron yang dapat menurunkan efisiensi sel surya. Beberapa bahan yang umum digunakan sebagai HTL adalah:
- Spiro-OMeTAD: Merupakan salah satu bahan HTL yang paling umum digunakan. Spiro-OMeTAd memiliki stabilitas dan performa ternsport hole yang baik.
- CuSCN (Copper (l) Thiocyanate): Merupakan bahan alternatif yang lebih murah dan ramah lingkungan dengan sifat transport hole yang baik.
Back Elektroda (Katoda)
Elektroda belakang atau katode adalah lapisan terakhir yang berfungsi untuk mengumpulkan hole dari lapisan HTL dan menyelesaikan sirkuit untuk menghasilkan arus Listrik. Elektroda ini biasanya terdiri dari logam yang konduktif. Bahan yang sering digunakan untuk elektroda belakang ini anatara lain:
- Perak (Ag) atau Emas (Au): Keduanya sering digunakan untuk konduktivitas Listrik yang tinggi. Emas umumnya digunakan untuk meningkatkan kinerja perangkat, meskipun lebih mahal daripada perak.
Setelah muatan Listrik dikumpulkan oleh elektroda belakang, arus Listrik akan mengalir dan dapat digunakan untuk menghasilkan Listrik dari sinar matahari.
Mekanisme Proses Annealing Pada Lapisan Perovskite
Proses annealing pada lapisan perovskite berperan penting dalam mengatur struktur kristal dan meningkatkan kinerja sel surya perovskite. Proses ini melalui beberapa tahap yang melibatkan perubahan pada kristalisasi lapisan perovskite, termasuk tahap supersaturasi, nukleasi cepat, dan pertumbuhan kristal. Berikut adalah penjelasan detail dari setiap tahap:
Tahap Supersaturasi
Pada tahap awal proses annealing, larutan precursor perovskite yang telah dideposisikan (misalnya melalui metode spin-coating) mulai mengalami supersaturasi ketika pelarut menguap secara bertahap akibat pemanasan. Supersaturasi mengacu pada kondisi di mana larutan mengandung labih banyak precursor daripada yang dapat larut dalam pelarut pada suhu tertentu. dalam hal ini, prekursoe perovskite mulai mendekati betas kelarutan sehingga siap untuk mengalami proses kristalisasi.
- Penguapan pelarut: Annealing mempercepat penguapan pelarut dari lapisan basah yang menyebabkan konsentrasi precursor perovskite meningkat.
- Kondisi termodinamika: Sistem ini mulai mendekati kondisi di mana precursor (seperti timbal halide dan kation organic) tidak lagi sepenuhnya larut dalam larutan, sehingga fase padat (kristal perovskite) mulai terbentuk.
Tahap Nukleasi Cepat
Setelah larutan mencapai kondisi supersaturasi, terjadi nukleasi cepat. Nukleasi adalah tahap di mana pusat-pusat kristal (inti kristal) mulai terbentuk. Pada proses ini, nuclei (nukleus) kecil dari kristal perovskite terbentuk secara tiba-tiba dan cepat pada permukaan substrat.
- Pusat kristalisasi: Nukleasi dimulai di tempat-tempat tertentu di lapisan prekusor, membentuk inti kristal perovskite. Ini sering terjadi secara cepat dan meluas seiring peningkatan suhu annealing.
- Kecepatan pembentukan: Kecepatan nukleasi harus dikontrol dengan hati-hati untuk menghindari pembentukan terlalu banyak nuklei yang dapat menghasilkan butiran kecil, yang bisa menurunkan efisiensi sel.
- Kondisi kinetik: Nukleasi cepat dapat terjadi karena pelarut telah menguap dengan cepat dan meningkatkan konsentrasi ion-ion precursor hingga di atas batas kelarutan, memicu pembentukan kristal.
Tahap Pembentukan Kristal
Setelah inti kristal terbentuk, mereka mulai tumbuh selama tahap pertumbuhan kristal. Pada tahap ini, atom atau ion-ion precursor perovskite yang tersisa di larutan secara bertahap tersusun ke dalam struktur kristal yang lebih besar. Pertumbuhan kristal ini memerlukan waktu dan suhu yang tepat untuk menghasilkan lapisan kristal yang besar dan seragam.
- Pertumbuhan terkontrol: Butiran kristal yang telah terbentuk mulai membesar, di mana ion-ion timbal dan halide bergabung dengan kristal yang sudah ada.
- Ukuran butiran: Proses annealing yang tepat memungkinkan pembentukan butiran kristal yang besar dan seragam. Kristal yang lebih besar dan seragam. Kristal yang lebih besar dan seragam cenderung memiliki lebih sedikit batas butiran, yang dapat mengurangi rekombinasi muatan dan miningkatkan edisiensi sel surya.
- Pengaruh suhu: Suhu annealing yang lebih tinggi atau waktu yang lebih lama dapat mendorong pertumbuhan kristal yang lebih besar, tetapi terlalu panas bisa menyebabkan degradasi material.
Mekanisme Keseluruhan
Dalam proses annealing, suhu dan durasi pemanasan adalah parameter kritis yang memengaruhi ketiga tahap di atas. Tahap supersaturasi mendorong penguapan pelarut yang berlebih, nukleasi cepat memastikan pembentukan awal kristal, dan tahap pertumbuhan kristal menciptakan lapisan perovskite yang berkualitas tinggi. Kristal yang lebih besar dan lapisan yang lebih seragam menghasilkan peningkatan mobilitas muatan dan penurunan rekombinasi elektron-hole, sehingga meningkatkan efisiensi konversi energi dalam sel surya perovskite.
Secara umum, keseimbangan antara kegita tahap ini harus dijaga agar terbentuk lapisan perovskite yang optimal dengan struktur kristal yang baik, sehingga menghasilkan kinerja perangkat yang maksimal.
Faktor -- Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Lapisan Perovskite
Kualitas lapisan perovskite sangat dipengaruhi oleh sejumlah faktor utama, antara lain sebagai berikut ini:
- Suhu dan Durasi Annealing: Suhu yang tepat dan durasi annealing yang ideal sangat penting untuk memastikan pertumbuhan kristal yang optimal. Suhu yang terlalu tinggi atau waktu pemanasan yang terlalu lama bisa menyebabkan degradasi material.
- Komposisi Bahan: Perubahan kecil dalam komposisi bahan, seperti variasi anion halide atau kation, dapat mempengaruhi sifat optik, elektronik, dan stabilitas lapisan perovskite.
- Konsentrasi dan Homogenitas Larutan: Konsentrasi precursor perovskite dan homogenitas larutan selama deposisi mempengaruhi ketebalan serta kualitas lapisan yang terbentuk.
- Metode Deposisi: Teknik deposisi seperti spin -- coating, blade -- coating, atau inkjet printing memberikan dampak besar pada morfologi lapisan dan kualitas keseluruhan dari film perovskite yang dihasilkan.
- Kelembapan dan Atmosfer Proses: Proses deposisi perovskite sangat sensitive terhadap kelembapan dan udara, yang dapat menyebabkan degradasi material atau permbentukan cacat pada lapisan.
Kemajuan dan Tantangan Sel Surya Perovskite
Kemajuan Sel Surya Perovskite
- Efisiensi yang Tinggi: Sel surya perovskite telah mencapai efisiensi konversi energi di atas 25%, menjadikannya salah atu teknologi fotovoltaik dengan pertumbuhan tercepat.
- Biaya Produksi yang Rendah: Dibandingkan dengan teknologi fotovoltaik lainnya, sel surya perovskite dapat diproduksi menggunakan metode yang lebih sederhana dan murah, menjadikannnya paling yang ekonomis.
- Fleksibilitas: Kemampuan perovskite untuk diproduksi pada substrat fleksibel menjadikannya lebih mudah diterapkan pada berbagai permukaan, seperti jendala, pakaian, dan perangkat portabel.
Tantangan Sel Surya Perovskite
- Stabilitas: Salah satu kendala terbesar adalah stabilitas perovskite yang rendah terhdap kelembapan, panas, dan radiasi UV. Ini menyebabkan degradasi efisiensi perangkat seiring waktu.
- Toksisitas Timbal: Sebagian besar sel perovskite mengandung timbal, yang merupakan bahan beracun dan menimbukjan kekhawatiran lingkungan jika sel ini digunakan dalam skala besar.
- Skalabilitas: Produksi sel perovskite dengan efisiensi tinggi dalam skala besar masih menjadi tantangan yang membutuhkan solusi teknologi lebih lanjut.
- Sertifikasi dan Regulasi: Pengujian dan sertifikasi jangka pangjang masih diperlukan sebelum sel surya perovskite dapat diterapkan secara luas dalam industri energi.
KesimpulanÂ
Sel surya perovskite merupakan salah satu teknologi fotovoltaik yang paling menjajikan dalam upaya transisi menuju energi terbarukan. Dengan efisiensi tinggi, biaya produksi yang rendah, dan fleksibilitas aplikasinya, teknologi ini memiliki potensi besar untuk bersaing dengan sel surya silikon konvensional. Namun, tantangan terkait stabilitas material, toksisitas timbal, dan skalabilitas produksi masih perlu diatasi untuk memastikan adopsi luas di industry energi.
Setiap lapisan dalam struktur sel surya perovskite memainkan peran penting dalam mengoptimalkan efisiensi konversi energi cahaya menjadi listrik. Mulai dari lapisan ITO glass yang berfungsi sebagai elektroda transparan, hingga lapisan perovskite yang menjadi inti penyerapan cahaya, serta lapisan transport elektron dan hole yang mengalirkan muatan, semua komponen ini bekerja sama untuk menciptakan sel surya yang efisien.
Jadi tantangan ini dapat diatasi, sel surya perovskite dapat menjadi salah atu solusi kunci dalam penyediaan energi berkelanjutan dan ramah lingkungan di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H