Jeritan suara rakyat yang menderita sangatlah indah, kekasih, sudikah dikau mengindahkan suara itu. Hamka Pakka.
Terbaring lemah dengan tatapan kosong, sesekali menangis dengan memanggil nama almarhum ibu nya. Begitu lah kondisi Muhammad Sultan, anak yatim yang berumur 15 bulan penderita gizi buruk di Dompu, NTB.
Hal di atas merupakan lead (teras berita) dari tulisan salah satu awak media news.detik.com yang terbit pada 14/03/2022. Sebagai pembaca, lead di atas mengundang saya secara pribadi untuk lebih lanjut membacanya hingga selesai.
Saat saya membaca berita di atas, ternyata dalam isi berita itu, di ceritakan kisah seorang anak bernama Muhammad Sultan terlahir dari pasangan Arjun Syah Putra (23) dan almarhum Ivo Rusnawa (29). Warga Dusun Marampa, Desa Saneo, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Seorang anak yang berusia balita mengalami gizi buruk sejak ditinggal oleh ibu nya ketika menginjak umur 7 bulan. Dalam tulisan itu juga, dijelaskan, Sultan tidak lagi mendapatkan asupan asi dan makanan pengganti lainnya, mengakibatkan kondisi tubuh Sultan tak tumbuh dan berkembang dengan baik.
Usai membaca berita di atas, saya mencoba mencari data tentang penderita gizi buruk di Indonesia. Dalam pencarian saya di internet, saya menemukan artikel dari unicef.org yang terbit pada 30 Juni 2020 yang lalu.
Artikel itu berisi tentang peringatan UNICEF terhadap Indonesia dalam mengtasipasi peningkatan gizi buruk terhadap anak dalam masa pandemic Covid-19, seperti yang dijelaskan oleh Kepala Perwakilan UNICEF Indonesia, Debora Comini.
COVID-19Â memukul keluarga yang paling rentan. Jika kita tidak segera meningkatkan layanan pencegahan dan perawatan untuk anak-anak yang mengalami masalah gizi, kita berisiko melihat peningkatan penyakit dan kematian anak terkait dengan masalah ini.
Covid-19 memang sangat berdampak di Indonesia, khususnya bidang ekonomi, salah satu kasusnya adalah Muhammad Sultan, anak yang berasal dari NTB mengalami gizi yang buruk akibat kondisi ekonomi.
Potret kemiskinan di Indonesia sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan masyarakat. Mengapa? Karena, pelayanan kesehatan terhitung masih sulit di jangkau oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Seolah, negara dalam melayani di bidang kesehatan seperti berbisnis dengan rakyatnya, hanya orang yang melangsungkan akad yang bisa menikmatinya.