Duhai rembulan!
Kini Negeri Firdaus memancarkan sinar cahayanya!
Sang pemimpin yang ditunggu-tunggu hadir, mencabut angkara murka dari negeri.
Ia adalah Rei, seorang pemuda yang masih single.
Ia dikenal seluruh masyarakat negeri sebagai Pemuda yang tampan dan penuh keberanian.
Sifatnya yang Jujur, Religius dan Taat dengan hukum, membuat masyarakat seluruh mencintai hadirnya.
Hingga suatu ketika.
***
"Anakku Rei, kami mau menjodohkanmu dengan seorang Gadis cantik muslimah, dia sudah dikenal oleh Para Petinggi Negeri sebelum sepengetahuanmu. Kau pasti tidak akan kecewa dengan kepribadiannya." Ujar Ibunda Rei.
"Ibu... Selama kondisi bangsa dan negeri masih bersandar pada alat tukar uang dan emas, aku berprinsip untuk tidak menikah terlebih dahulu. Ketika Zaman dan Peradaban Negeri ini berubah sepenuhnya, barulah aku hendak meminang seorang gadis."
"Kami mengerti akan prinsipmu Rei. Dia kini sedang menuju rumah kita bersama kedua orang tuanya. Beliau bertiga kagum dengan kepiawaianmu menaklukan angkara murka yang hampir saja membuat negeri ini hancur."
"Baiklah Ibunda. Aku menunggu beliau semua."
***
Terdengar ketukan pintu.
"Assalamualaikum... permisi." Salam seorang gadis yang terdengar merdu nan indah bagi pendengaran Rei.
"Waalaikumsalam." Rei segera membuka pintu rumahnya.
"Oh silahkan masuk."
Ketiga orang itu memasuki ruangan tamu dengan penuh sikap santun.
Rei segera menjamu tamu yang baru pertama kali ia temui dengan menyuguhkan makanan dan minuman ala kadarnya, namun terlihat menyegarkan mata dan aromanya menggoda indera penciuman.
***
"Maaf Ananda Rei, mungkin kamu belum mengenali kami. Perkenalkan Aku ayahanda dari Sei yang hendak kami jodohkan denganmu untuk mendampingi dalam bertugas memimpin negeri ini." Jelas sang ayah dari sang Gadis.
"Perkenalkan... namaku Sei. Salam kenal." Sang gadis memperkenalkan diri dan menundukkan kepalanya yang terhijab dengan begitu indah.
"Perkenalkan... namaku Rei. Senang bertemu dengan Ibu, Bapak dan Neng Sei." Rei menyambut keramahan perkenalan dari Sei.
...
Percakapan mulai hening. Tanda ada sedikit canggung dengan suasana yang serba mendadak ini. Bagaimanapun seorang Pemimpin negeri haruslah didampingi oleh pasangan hidup, untuk menjaga kestabilan emosi sang Pemimpin dan menjadi seorang yang mampu menjaga kondisi jiwa dan raga Sang Pemimpin.
"Kami sudah paham akan prinsip hidup dirimu Ananda Rei. Namun alangkah baiknya kau boleh menjalani masa-masa perkenalan dengan anak kami." Ucap sang ibu dari Sei.
"Benar. Ananda Rei, tentu kami tidak ingin memaksa pilihan hidupmu, karena yang menjalani kehidupan rumah tangga adalah dirimu suatu saat nanti. Pilihan yang tepat akan kami senantiasa tunggu." Sang ayah dari Sei melengkapi.
"Baik ayah dan Ibunda Neng Sei. Saya mengerti. Menjadi pemimpin sebuah negeri yang tergolong berusia masih muda seperti saya tentu tidaklah mudah, dan perlu pendampingan. Saya menerima masa-masa perkenalan dengan Neng Sei. Semoga Allah meridhai hubungan di masa perkenalan ini dan restu dari Ibu dan Bapak Neng Rei." Rei pun memutuskan untuk menerima.
"Aamiin Ya Rabb. Terima kasih ananda Rei. Kalau begitu mulai hari ini, kami mengamati kemajuan hubungan kalian berdua dari kejauhan. Anak kami Sei tetap tinggal di Rumah kami berdua setelah mendampingimu bertugas, dan sementara tentunya Ananda Rei tetap menetap bersama kedua orang tua Rei."
"Rei... Sei... kalian berdua kami harap menjadi pasangan yang serasi. Kami tinggal kalian berdua ya. Semoga Allah ridha dengan kalian berdua."
Kedua orang tua dari Sei pamit. Dan nampak menunggu anaknya Sei di depan halaman Rumah Rei menduduki kendaraannya.
Rei dan Sei yang nampak malu-malu, terlihat Sei memulai percakapan.
"Aa Rei. Maaf jika hal ini terlalu terburu-buru."
"Tidak apa-apa Neng Sei. Menjadi pemimpin negeri tentu membutuhkan pendamping yang paling utama."
...
Keduanya terdiam, tersipu malu. Nampak kedua pipinya memerah, dan mulai menundukkan wajah keduanya.
Entah mereka akan melanjutkan percakapan tersebut.
Datanglah sang Ibunda dari Rei yang mencairkan suasana kecanggungan mereka berdua dengan membawakan minuman hangat untuk Sei.
Tertanda
Rian.
Cimahi, 15 Oktober 2022.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI