Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Diary Ilmu Neurosemantic: Trik Menang di Dalam, Menang di Kehidupan

11 September 2022   10:00 Diperbarui: 11 September 2022   09:59 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Winner (Sumber: Freepik)

Ah betapa cerahnya pagi ini Sahabat Kompasianer dan Reader terhormat.

Saya kembali menelusuri lembaran-lembaran masa lampau di masa saya di training Coach Ilmu Neurosemantic dalam kelas Leadership Inside-Out selama 3 hari secara tatap muka online aplikasi Zoom pada tanggal 11-13 Maret tahun 2022.

Saya merenungi kembali kata demi kata ilmu Neurosemantic yang saya jelajahi dan terkisah.

Menang di dalam, Menang di Kehidupan.

It's all about your game in life, bro, sis.

Kiat-kiat menang menaklukan apa yang ada dalam diri apa saja sahabat? Berikut triknya.

Tidak mengutuki pertemuan dan interaksi dengan sesama di masa lampau. Karena itu hanya akan menghancurkan dirimu di hari kemudian.

Perbanyak bersyukur, karena masa lalu adalah pembelajaran berharga untuk masa kini.

Setiap kritik yang diterima oleh kita, kita anggap sebagai wujud kepedulian sesama, selama kritikan tersebut aktual dan sarat kebermanfaatan (tidak menyesatkan).

Jika masa lampau dan sekarang dirasa apes mulu, bingkai fenomena hidup itu dengan penuh sifat humoris. Suatu saat kisah humoris kita akan membuat kita dikenang sebagai figur yang bersahaja.

Guru terbaik adalah pengalaman, dimana kita belajar dari kesalahan, karena dari kesalahan kita tahu apa dampak yang ditimbulkannya, yaitu kerugian.

Tidak memendam kebencian dalam pemikiran juga hati kita, karena suatu saat kita akan membenci kita sendiri, akibat kebencian yang kita tumpuk terus menerus.

Belajar untuk menerima kebenaran yang sarat kebermanfaatan dan menyelamatkan, walau itu pahit dan menyakitkan.

Tak patah semangat jika menerima ejek, hina, dan eyelan. Suatu saat lawan kita merasa gentar karena kita bangkit dari keterpurukan. Dan ada kalanya mereka tunduk hormat pada kisah semangat kita.

Sulit untuk menguasai pikiran kita, jika kita sudah terlalu serius menanggapi pembicaraan lawan bicara kita yang menganggap pemikiran kita keliru. Maka jalan terbaiknya bukan berdebat apalagi adu mulut. Melainkan menyepakati, apakah ada keuntungan dan manfaat dari apa yang kita percaya pada benak masing-masing. Kalau salah satu mengalami dampak kerugian dari hasil apa yang ia pikirkan. Maka apa yang ia yakini tersebut baru bisa dinilai sebuah kesalahan.

Dirimu merefleksikan sekitarmu, itu tergambar semua dari apa yang kau pikirkan. Buang semua pemikiran yang merusak karakter dirimu, karena sekitarmu kelak menanggapmu sebagai yang terbuang. Yakinilah engkau pemimpin sekitarmu. Dimulai dengan derma, kontribusi, penuh welas asih, perhatian dan perjuangan. 

Demikian diary-ku dalam berperjalanan menelusuri setiap bait-bait ilmu Neurosemantic.

Terima kasih sudah membaca!

Tertanda.
Rian.
Cimahi, 11 September 2022.

Indrian Safka Fauzi untuk Kompasiana.
For our spirit... Never die.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun