puisi dengan mode Puisi Makna ah~ heheheheh! Selamat malam sahabat Kompasianer dan Readers~ Mau buat
Selamat membaca!
Mode Puisi: Puisi Makna
Judul Puisi: Akhir Hayat Manusia
Akhir hayat manusia.
Beragam.
Inilah akhir hayat mulia.
Dalam keadaan melawan sakit.
Dalam keadaan bersedekah.
Dalam keadaan beribadah.
Dalam keadaan lindungi seorang tersayang.
Dalam keadaan memberikan kebermanfaatan.
Dalam keadaan berderma ilmu pengetahuan.
Dalam keadaan melayani bangsa dan negara.
Dalam keadaan mensejahterakan masyarakat.
Dalam keadaan memperjuangkan perdamaian umat manusia.
Dalam keadaan menyelamatkan dunia dari kehancuran.
Dan inilah akhir hayat yang hina.
Dalam keadaan kikir melekat.
Dalam keadaan menghardik sesama.
Dalam keadaan bermain jalang.
Dalam keadaan memanipulasi pikiran sesama.
Dalam keadaan mengekploitasi sesama hingga tak tersisa.
Dalam keadaan mempropagandakan perpecahan bangsa.
Dalam keadaan menyiksa sesama hidup dengan kejam.
Dalam keadaan merampok kesejahteraan bangsa.
Dalam keadaan membahayakan seluruh kehidupan dunia.
Manusia berhak memilih.
Akhir hidupnya.
Mulia atau hina.
Manusia yang ia tinggalkan.
Yang menilai.
Namun Tuhan yang berwenang.
Berkehendak.
Surga atau neraka kah untuknya?
Apakah kemuliaan akhir hidupnya mampu menjadi pembelajaran sesama?
Apakah kehinaan akhir hidupnya mampu mengingatkan kita di alam dunia?
Semua punya kisah.
Yang menyadarkan kita.
Akan arti kehidupan.
Mari kita doakan beliau semua.
Yang telah tiada meninggalkan kita.
Tanpa membeda-bedakan apa nilainya.
Agar dalam keadaan tenang damai berbahagia.
Karena telah memberikan kita tentang pelajaran berharga.
Untuk menjadikan versi terbaik diri kita sebelum wafat menjelang.
Tertanda.
Rian.
Cimahi, 2 Agustus 2022.
Indrian Safka Fauzi untuk Kompasiana.
For our spirit... never die!