Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Neurosemantic: Salah Makna, Bisa Jadi Masalah! (5)

25 Juli 2022   10:30 Diperbarui: 25 Juli 2022   10:35 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ngejulidin orang lewat status (Twitter/Area Julid)

Selamat pagi sahabat kompasianer dan readers~ Masih dengan bahasan salah makna lagi... salah makna lagi...

Tulisan ini memang perlu kita perhatikan dalam etika bersosial media, seperti menggunakan aplikasi Whatsapp.

Seringkah kita menemukan status WA yang julid? Yang bikin kesemsem jadi pengin rasanya menghajar dengan cinta tepat dimukanya? Wah ini sudah bukan fenomena yang asing bagi kita semua sahabat.

Sebenarnya permasalahan terletak dari keberanian kita untuk mengungkapkan secara face-to-face berhadapan langsung dengan target seseorang yang ingin kita kritisi. Tapi karena ora ngerti (*tidak mengerti), malah dibuatkan status julid guys! Ini kesalahan fatal yang membuat orang-orang yang membaca status WA kita yang malah bukan sasaran yang dituju, menjadi emosi dan menyebabkan permasalahan yang urusannya panjang. 

Seperti contoh ada postingan julid di twitter salah seorang temannya posting begini di status WA-nya. Bisa diakses di https://twitter.com/areajulid/status/1502904714521837571

Ngejulidin orang lewat status (Twitter/Area Julid)
Ngejulidin orang lewat status (Twitter/Area Julid)
Ini sangat-sangat bermasalah, ketidakberanian mengkritik secara jaringan pribadi lewat dunia maya, ataupun langsung dengan orangnya di real life, membuat pelaku yang menshare status julid seperti ini menjadi konsumsi publik. Dampaknya, membuat orang-orang yang membacanya tersinggung jika beliau adalah seorang wanita dan kebetulan kuliah diswasta.

Pertanyaan kritis bermunculan di benak orang-orang yang menerima tulisan ini walau bukan sasaran sang pemosting.
"Memangnya salah kuliah di swasta?"
"Kok rasis ya?"

"Emang cantik identik dengan non-swasta?"
"Ada masalah dengan perempuan yang kuliah di swasta?"
"Kok sempit banget cara pandang berfikirnya?"

Dan reaksi-reaksi sentimen lainnya yang membuat pemosting jadi jatuh mental akibat apa yang ia tulis sendiri.

Yang bikin repotnya lagi, kalau orang yang sudah terlanjur tersinggung dengan postingan status WA ini, menyebarluarkan dengan screenshot. Alhasil efek domino berantai dari kejulidan ini, akan menggerus kesan positif terhadap pelaku yang membuat status WA. Gimana kalau viral? atau bahkan dibongkar siapa orangnya? Niatnya mau kritik ke seorang, ini malah menyinggung banyak perasaan orang yang bukan sasarannya. 

Inilah akibat postingan yang tidak gentlemen guys. Kalau niatnya ingin kritik, usahakan gunakan bahasa yang jauh dari kejulidan dan menyinggung perasaan seseorang. Apalagi kalau niatnya benar-benar ingin menjatuhkan harga diri seseorang, malah sang pemosting yang dimaknai sudah tidak ada harga diri dengan postingan yang tidak edukatif seperti ini. Ini sama saja dengan perbuatan mempermalukan diri sendiri.

Jadi kembali kepada niat dan bungkus dari niat tersebut (yakni tulisan dan ucap kita), juga kepada siapa kita akan menyampaikan dan apa tujuannya. Tidak jarang niat kita yang baik, namun ucap dan tulis kita kurang baik, sering disalahmaknai sebagai niat yang buruk. 

Patut kita selidiki mendalam apa yang kelak kita posting di sosmed. Salah satunya karena yang baca status WA kita itu adalah orang-orang yang sudah melakukan kontak whatsapp dengan kita. Tidak semua orang bisa menerima apa yang kita tulis. Walau kita maknai kita sudah akrab dengan seorang yang bakal kita julid-kan, tapi kan masih ada orang banyak yang tidak mengerti apa maksud kita dengan membaca status kita tersebut, bahkan bisa memaknai postingan kita sebagai tabuhan genderang perang dan permusuhan.

Jangan menuliskan hal-hal yang malah membuat diri kita menyesal dan malu dikemudian hari. Saya terinspirasi dari penulis kompasiana yang belum saya berjumpa dengannya di platform ini yaitu Ibu Patter (Yth. Ibu Celestine Patterson).

Tertanda.
Rian.
Cimahi, 25 Juli 2022.

Indrian Safka Fauzi untuk Kompasiana.
For our spirit... Never die!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun