"Itu pake kata "biasa" lagi, jangan jangan Mamah biasa bahas beginian yah ama si Bedu!"
"Tunggu-tunggu ini salah paham Pah."
Ibu Dosen membalas balasan Bedu.
"Aduh Bedu tolong yang sopan yah, kenapa malah jadi kolor. Apa maksudnya??"
"Astaga! Maaf Ibu, tadi baru masuk chat kawan-kawan nanya saya kenapa ga dibales-bales juga. Temen-temen udah paham, kalau saya nyebut kolor... berarti koneksi molor... Maafkan saya Ibu."
Saking pengen beresnya segala urusan, kata demi kata disingkat-singkat, memang kebiasaan mahasiswa yang ga mau ribet serba instan dan yang penting urusan ama dosen kelar.
Bukannya kelar, malah kelar idup lo!
Adudududuh...
Ya itu baru segelintir fenomena dalam dunia memaknai tulisan dan ucapan. Jadi tetap perhatikan tata bahasa kita ya sahabat! Hindari menyingkat-nyingkat kata, apalagi singkatan itu menjerumuskan kita pada berbagai permasalahan.
Jangan sampai kata-kata yang kita tulis dan ucap menjebak kita pada persoalan hidup yang mencengangkan. Apalagi sampai merusak rumah tangga orang. Kasihan bang!
Salah makna, bisa jadi masalah!
*Cerita diatas hanyalah fiksi belaka. Hayoo~ siapa yang senyam-senyum sendiri yaa... jangan-jangan kamu, kamu dan kamu~
Tertanda.
Rian.
Cimahi, 24 Juli 2022.
Indrian Safka Fauzi untuk Kompasiana.
For our spirit... Never die!