Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Neurosemantic: Salah Makna, Bisa Jadi Masalah! (1)

15 Juli 2022   06:30 Diperbarui: 15 Juli 2022   06:33 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang yang kerepotan dengan masalah (Sumber: Freepik)

Selamat pagi sahabat Kompasianer dan Readers~ Saya ingin kembali membahas neurosemantic heheheh!

Salah makna, bisa jadi masalah. Wah benarkah demikian?

Saya ambil contoh kasus dalam perjalanan anda, tiba-tiba saat anda berjalan kaki di sebuah jalan ada seorang yang tiba-tiba seolah-olah memaki anda, kira-kira ekspresinya dan ucapan yang terlontar seperti ini. 

Anda tiba-tiba dimarahi dengan kata-kata kasar (Olahan Gambar Freepik dan Wikipedia)
Anda tiba-tiba dimarahi dengan kata-kata kasar (Olahan Gambar Freepik dan Wikipedia)

Lantas bagaimana respon anda? Frame of Mind apakah yang anda gunakan untuk memaknai peristiwa ini?

Apakah memaknai ini dengan Frame of Humor? Sepertinya tidak mungkin deh, karena dia bukan seorang yang akrab dengan anda, dan andapun tidak mengenalinya.

Apakah anda langsung Jump into Conclusion, menjudge seorang ini tidak sopan dan harus diberi pelajaran dengan menghajarnya dengan kepalan tinju anda? Waduh... bisa jadi masalah kalau begini...

Lantas bagaimana untuk menghadapi situasi kurang mengenakkan hati seperti ini sahabat?

Kita harus menyelidiki Frame of Mind apa yang ia gunakan, karena beda Konteks, beda Makna, dengan tidak menggunakan asumsi dan prasangka kita sendiri. Kita harus memahami apa yang dipikirkan orang lain, dengan behavior orang yang seperti itu.

Manusia itu selalu terbatas dalam melihat sesuatu, hanya yang tampak saja. Karena panca indera kita juga sangat terbatas kemampuannya untuk mengenali suatu kebenaran.

Oleh karena itu Jump into Conclusion dengan langsung mengjudge seorang itu bukanlah solusi yang tepat. Kita harus hati-hati dengan pikiran kita. Lantas apa solusi mengatasi Jump into Conclusion yang otomatis menyebabkan anda terjebak dengan permasalahan?

Lakukanlah Contextual Thinking, yakni pahami konteksnya dengan pertanyaan 5W + 1H kepada seorang tersebut agar tidak langsung menyimpulkan berdasarkan pemikiran kita yang terbatas.

Semisal anda bisa bertanya dengan tunduk hati. "Kenapa Bang, apa salah saya?"

Nah bisa jadi anda mendapatkan informasi dari seorang yang marah tersebut kepada anda, bahwa misal anda secara tidak sengaja membuat kesalahan yang membuatnya marah tanpa sepengetahuan anda. 

Ternyata eh ternyata dia gak marah kepada kita, dia berkata demikian karena HP dan dokumen pentingnya ketinggalan, yang membuatnya harus pulang ke rumah yang jaraknya sangat jauh. Kita sudah menyangka dia memarahi kita. Walah sudah salah tanggap toh!

Kalau seandainya tadi kita dengan Jump into Conclusion dengan menonjok seorang yang uring-uringan tersebut tepat di wajahnya, walah bisa berabe! Panjang urusannya! Wkwkwkwkwkw.

Terkadang ketidaktahuan kita menyebabkan permasalahan. Namun dengan berfikir Kontekstual, anda bisa dengan tenang menghadapi situasi yang kurang menguntungkan selama ini anda hadapi.

Be careful with your mind, Buddy!

Tertanda
Rian.
Cimahi, 15 Juli 2022.

Indrian Safka Fauzi untuk Kompasiana.
For our spirit... Never Die!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun